Share

Jacpot

   Pagi ini feeling ku benar-benar baik. Setelah berpikir serta memperhitungkan kebutuhan ku sepanjang semester ini uang dari pekerjaan sampingan ku tidak mungkin akan cukup. Terlebih aku harus melepas pekerjaan ku sebagai kurir karena waktunya yang bersamaan dengan jadwal kuliah ku. Sehingga aku harus menambah pekerjaan. 

  Mungkin aku bisa mendapat sekitar lima ratus dolar jika menerima pekerjaan dari tuan Nam. Itu jauh lebih tinggi dari pada bekerja sebagai kurir yang paling digaji paling tinggi dua ratus dolar. Aku juga akan melepas pekerjaan sebagai pelayan ku yang gajinya hanya dua ratus dolar. Tapi sedikit sayang karena makan sudah ditanggung oleh pemilik restoran. Tapi aku tidak punya pilihan karena harus kuliah juga.

  Pekerjaan sebagai pengantar susu akan tetap aku pertahankan karena tidak menggangu jadwal lainnya. Jadi setiap subuh aku akan mengantar susu sebelum berangkat kuliah. Dalam perjalanan ke rumah salah seorang pelanggan aku mendengar sekelompok orang tengah menggunakan narkotika? aku tidak tau nama barang terlarang yang mereka gunakan itu. Mereka cukup gila pikir ku, subuh-subuh begini di saat orang lain masi tidur mereka malah melakukan hal itu.

   Aku tidak mau terlibat masalah dengan orang yang sedang teler jadi ku kayuh sepeda ku lebih cepat. Sialnya ban sepeda ku melindas kaleng soda dan membuat mereka sadar akan keberadaan ku.

Sial!

   Saat aku hendak mengayuh sepeda ku lari dari tempat itu, rantai sepeda ku malah lepas dari jalurnya dan membuat ku tidak bisa lari dari situ. Segera aku memperbaiki rantai sepeda ku. Tapi terlambat orang-orang itu berjumlah lima orang dan mereka sudah mengelilingi ku. Di tengah redupnya pencahayaan aku bisa melihat wajah mereka samar-samar. Wajah mereka terasa tak asing.

"Yo man! sedang apa disini?", kata salah seorang dari mereka yang berdiri tepat di depan ku. Cara bicaranya aneh, dia pasti sedang teler. Aku benar-benar gugup karena tidak bisa menebak apa yang sedang mereka pikirkan.

"Damn it! dia bocah asia minggu lalu!", balas temannya yang berdiri disamping ku. Minggu lalu apa maksudnya saat aku menolong Ki Tae. Ku mohon bukan, Luka di perut ku yang masi sakit terasa nyeri mengingat kejadian itu.

"Kau benar, hei dimana teman lumpuh mu itu?", tanya pria yang berdiri di depan ku sambil tertawa dan memegang dagu ku. Ini benar-benar berbahaya! lepas kan aku, tugas ku mengantar susu masi banyak. Ada sepuluh keluarga yang menunggu ku untuk mengantar susu ke rumah mereka.

"ku rasa dia bisu. Si bisu yang berteman dengan si lumpuh!", suara tawa mereka memenuhi jalanan. Sudahlah kalian boleh menghina ku sepuasnya tapi jangan halangi jalan ku.

   Salah seorang yang berdiri di sisi belakang lalu menyentuh tas kain yang berisi susu yang berada di sepeda dan kemudian mengejek ku karena aku hanyalah seorang kurir susu tapi berani mendekati mereka.

Hei aku tidak pernah mendekati kalian!

   Saat ingin protes tiba-tiba seseorang diantara mereka mengambil sebotol susu dan lantas melemparnya ke jalan.

"prang!"

   Suara pecahan kaca mengagetkan ku. Mereka berlima kemudian tertawa kemudian mulai melempari botol susu lainnya.

"tolong hentikan! aku bisa dipecat jika semua botol itu kalian pecahkan!", namun teriakan ku tak didengarkan.

"ku mohon berhenti. Kenapa kalian mengganggu ku di saat aku bahkan tidak kenal kalian", tanya ku dengan nada memelas namun perhatian ku tertujupada tiga botol susu yang terakhir yang belum mereka pecahkan.

"sebenarnya tidak ada. oh ada. Kau menggangu pemandangan ku", ucap seorang diantara mereka. Dari cara  bicaranya saja jelas dia tengah teler. Kemudian dia melempar dua botol ke lantai. Usai sudah hidup ku pikir ku.

   Seseorang kemudian mengambil botol terakhir. Namun bukan memecahkannya seperti yang lain dia malah meminum susu tersebut kemudian memuntahkannya.

"rasanya seperti urin sapi", ujarnya sambil menunjukkan ekspresi jijik

"kau pernah minum urin sapi?" tanya temannya tertawa. Mereka semua kemudian tertawa. Hanya aku yang tidak bisa tertawa dengan semua perbuatan jahat mereka.

   Tak sempat melawan, aku kemudian menyadari badan ku sudah dimandikan dengan susu dari botol terakhir tadi. Tawa mereka semakin kencang. Sesudah semua susu habis untuk memandikan ku, dia kemudian melempar botol itu. Seketika botol itu pecah.

   Aku kemudian membereskan semua pecahan botol tadi. Aku tidak mau merusak pagi orang lain dengan mengempeskan ban kendaraan mereka. Jari-jari ku di penuhi darah karena aku harus membereskan serpihan kaca itu dengan tangan telanjang.

   Ku kayuh sepeda ku menuju toko susu tempat ku bekerja. Melihat tubuh ku yang basah anak pemilik toko itu terkejut, terlebih melihat tangan ku yang berlumuran darah. Dia lantas bertanya apayang terjadi pada ku. Di tengah cerita, ayahnya yang sekaligus pemilik toko datang dan lantas marah-marah karena dia menerima komplain dari pelanggannya. Tentu saja pelanggan toko ini komplain karena susu yang seharusnya sudah diantar ternyata sampai sekarang belum sampai.

   Pemilik toko lantas mengabaikan keadaan ku dan langsung bertanya aku ke manakan susu-susu itu. Aku kemudian mengatakan bahwa boto-botol susu itu dipecahkan oleh sekelompok anak di tengah janlan saat aku menuju ke rumah pembelinya. Aku juga akan menceritakan kenapa aku basah kuyup dan kenapa tangan ku terluka. Tapi sepertinya si pemilik toko tak peduli dengan itu semua.

   Setelah mendengar bahwa botol-botol itu sudah pecah dia latas hendak memukul ku. Untung saja anaknya dapat menahan ayahnya. Anaknya segera memberi aku isyarat agar segera pergi dari tempat ku sekarang. Saat hendak keluar toko aku sempat mendengar pemilik yang berteriak

"keluar sana dasar pembawa sial dan jangan kembali. Sekali berurusan dengan anak-anak seperti itu kau pikir aku akan memperbolehkan mu terus bekerja disini?'

   Sepertinya stelah teriakan itu pemilik toko itu masi terus memaki ku. Dalam perjalanan aku merasa sedikit pusing. Apa karena darah ku terus mengalir? huff ku putuskan untuk singgah sebentar ke apotek untuk membeli obat.

   Melihat keadaan tangan ku, seorang apoteker kemudian berinisiatif memberikan pertolongan pertama. Dia juga meminta ku untuk ke rumah sakit saja. Takut lukanya terkena infeksi. Namun aku bersikeras menolak dan meminta untuk dipilihkan obat untuk mengobati luka ku.

   Setelah pergi dari apotek itu aku langsung menuju studio ku. Pikiran ku dipenuhi dengan pikiran apa yang harus aku lakukan selanjutnya? saat memperhitungkan kebutuhan ku, aku memerlukan pekerjaan sebagai pengantar susu ini. Gajinya memang tak sebanyak pekerjaan sambilan lain, tapi karena waktu yang diperlukan tidak banyak dan terhitung strategis, pekerjaan ini sangat cocokuntuk ku.

Lalu sekarang apa yang harus ku lakukan? minggu depan kegiatan perkuliahan sudah di mulai. api aku malah kehilangan satu pekerjaan ku. apa ini artinya aku hanya bisa bergantung pada keluarga Nam? terlebih tangan ku masi terluka. Aku pasti tidak bisa melakukan pekerjaan berat.

   Ku tutup mata ku dengan telapak tengan ku dan mulai mencoba menenangkan diri. Berharap hari esok lebih baik. Tiba-tiba ponsel ku berbunyi. Aku sangat malas untuk melihat siapa yang melepon ku. Memangnya siapa juga yang akan menelepon aku?

  Karena merasa terganggu dengan bunyi dari ponselku, akhirnya aku bergerak untuk meraih ponsel ku. Mata ku terbelalak begitu mengetahui siapa yang menelepon ku.

Itu sekretaris Park!

   Sekretaris pribadi tuan Nam. Kemarin siang aku memang sempat menghubungi sekretaristuan Nam dan bertanya apakah bisa bertemu langsung dengan tuan Nam karena aku ingin menyampaikan kesediaan ku secara langsung. Namun, tidak ku sangka aku akan menerima balasan secepat ini.

   Sekretaris Park lalu mengatakan bahwa tuan Nam bersedia bertemu dengan ku secepatnya dan beliau juga mengundang ku ke rumahnya malam ini untuk makan malam bersama karena nyonya Nam ingin bertemu dengan ku juga.

  Ini kesempatan bagus pikir ku! kebetulan stok makanan sudah habis. Setidaknya aku bisa menghemat pengeluaran untuk hari ini. Apa lagi aku baru saja kehilangan sumber pendapatan. Segera aku membalas sektretaris Park dan menyetujui untuk datang ke rumah tuan Nam hari ini.

Ku harap keluarga itu tidak menganggap ku sebagai benalu.

.

.

.

   Malamnya, saat aku tengah bersiap-siap untuk berangkat menuju rumah kediaman keluarga Nam, aku tiba-tiba dihubungi oleh nomor tidak dikenal. Awalnya aku ragu untuk mengangkat telepon itu. Tapi karena sedang buru-buru takut membuat tuan serta nyonya Nam kembali menunggu ku, tanpa pikir panjang lagi aku mengangkat telepon itu.

   Ternyata itu telepon dari supir pribadi keluarga Nam. Benar-benar aneh bukan keluarga itu seakan bisa membaca pikiran dan kebutuhan ku serta langsung menyiapkannya untukku. Aku jadi mengingat para pelayan di rumah ku dulu. Mereka selalu tau akan keinginan ku, ya walau aku selalu ragu pada sikap mereka. Aku selalu curiga mereka ramah kepada ku karena menganggap ku putra dari Simwoon Grup.

   Anggapan bahwa keluarga Nam membuat ku ingat akan pelayan di rumah ku dulu membuat ku merasa malu. Bagaima mungkin keluarga terhormat itu aku samakan dengan pelayan ku dulu?

  Segera aku keluar dari studio ku dan menaiki mobil itu. Dalam perjalanan aku sibuk memikirkan bagaimana nanti aku menyapa keluarga baik itu, bagaimana cara aku mengiyakan tawaran dari tuan Nam tanpa membuat seolah-olah diri ku adalah orang yang materialistis?

"sepertinya tuan akrab dengan tuan muda kami ya? tuan muda tidak pernah mengajak teman ke rumah, apalagi tuan diundang langsung oleh Tuan besar", ucap supir itu memecah keheningan yang sedari tadi memenuhi mobil ini.

   Aku hanya bisa mengiyakan dalam canggung. Bagaimana pun aku dengan Tae Ki baru bertemu sekali. Apa sebaiknya aku memanggilnya dengan Tae Ki hyung? tapi aku takut ditertawakan karena sebelumnya sempat menolak.

"saya dan para pekerja lainnya berharap tuan bisa datang lebih sering. Keadaan rumah terasa benar-benar hidup saat tuan berkunjung", balas supir itu lagi saat kami memasuki gerbang utama. Apa benar Tae Ki hyung anak yang terkucilkan? padahal saat orang-orang tau kalau aku anak dari pemilik Simwoon grup, semuanya bersikap ramah dan sibuk menjilat ku. Kenapa Tae Ki hyung tidak menerima perlakuan itu?

   Ketika mobil sudah dekat dengan pintu masuk rumah, aku bisa melihat ada tiga orang beserta beberapa orang dibelakangnya sedang berdiri seolah sedang menunggu ku. Ternyata itu tuan dan Nyonya Nam serta Tae Ki hyung beserta beberapa pelayan. Kenapa mereka seperti ini? ah aku benar-benar merasa tidak enak. Aku juga meminta maaf pada mereka karena sudah merepotkan. Tapi mereka hanya tertawa dan mengajak ku masuk ke dalam karena udara di luar sangat dingin.

   Saat itu pandangan nyonya Nam tertuju pada tangan ku yang dibalut perban, ia pun mendekati ku agar bisa melihat lebih dekat. Nyonya Nam lalu bertanya kenapa tangan ku bisa dipenuhi luka seperti itu dan aku hanya mengatakan ada kecelakaan saat kerja. Tidak mungkin kan aku membahas mengenai orang-orang yang dulu mengganggu Ki Tae hyung. Karena ekspresi mereka bertiga tampakcemas, aku pun meyakinkan mereka kalau aku baik-baik saja dan ini hanya luka ringan, bahkan aku juga bisa menggunakan tangan ku dengan leluasa.

   Setelah mereka sedikit yakin dengan keadaan ku, kami segera masuk ke rumah dan menuju ruang makan. Bisa ditebak kalo meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai jenis makanan. Mulai dari berbagai jenis masakan berbahan dasar daging, sayuran dan juga makanan laut. Perlahan sudut bibir ku mulai naik membayangkan dapat menyantap semua makanan itu. Tangan ku yang sedari tadi sebenarnya terasa nyeri saat digerakkan, sekarang terasa seakan baik-baik saja. Aku makan dengan sangat lahap.

   Di tengah kesibukan ku mengisi mulut ku dengan makanan itu, tuan Nam membuka pembicaraan mengenai tawaran pekerjaan ku saat ini dan apakah pihak yang mempekerjakan ku sudah memberi konpensasi karena aku terluka saat bekerja. Jangankan konpensasi, aku bahkan dipecat!

   Tapi aku tidak mau membuat masalah semakin rumit, jadi aku hanya bilang pihak yang mempekerjakan ku sudah melakukan kewajibannya itu. Tuan beserta nyonya Nam tersenyum lega, anehnya Ki Tae hyung tersenyum aneh. Senyum yang seolah-olah mengatakan "aku tau kau sedang berbohong".

   Tuan Nam kemudian menyuruh ku untuk berhenti bekerja disana dan fokus haja bekerja di kantor pemasaran yang minggu lalu kami bahas. Aku tanpa tau malu segera mengiyakan tawaran itu. Tuan Nam kemudian berkata lebih baik kami membahasnya setelah makan. Nyonya Nam kemudian menambahkan lauk ke dalam mangkuk makan ku sembari berkata aku harus makan lebih banyak karena aku kelihatan makin kurus dari sebelumnya.

   Tindakan kecil itu membuat ku merasakan kehangatan di hati ku. Kapan terakhir kali ada yang peduli dengan keadaan ku? apa lagi kalau tau aku bukan siapa-siapa. Ku rasa ini pertama kalinya aku menerima perlakuan khusus seperti ini. Makan malam itu itu pun dilanjutkan dengan beberapa obrolan ringan lainnya. Selesai makan aku mengikuti tuan Nam ke ruang kerjanya di rumah.

   Tuan Nam kemudian menyodorkan kontrak kerja. Benar-benar profesional! Aku pun mulai membaca ketentuan kerjanya. Aku benar-benar kaget dengan ketentuan kerja itu, benar-benar sesuai dengan kebutuhan ku karena jam kerja di mulai dari jam sebelas pagi sampai jam lima sore. Tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah ku yang di mulai jam tujuh pagi sampai jam sepuluh pagi tiap harinya. Aku benar-benar beruntung.

   Tapi rasa kaget ku tidak berhenti di situ karena ternyata pekerja disediakan tempat tinggal dan yang membuat mata ku terbelalak adalah nominal gaji bulanannya. Sebulan aku digaji seribu dolar, itu belum termasuk tunjangan bulanan dan tunjangan kesehatan. Makan siang juga disediakan! aku benar-benar mendapat jacpot!

Tidak tunggu ini adalah jacpot terbesar dalam hidup ku !

   Aku terlalu hanyut dalam pikiran ku sampai tidak sadar kalau tuan Nam sedang memperhatikan ku dengan seksama. Aku kemudian mengalihkan pembicaraan dengan bertanya aku harus tanda tangan dimana. Tuan Nam kemudian bertanya apa perjanjiannya sudah sesuai dan apa perjanjian itu tidak mengganggu waktgu kuliah ku?

   Tentu saja aku langsung menjawab bahwa ketentuan kerja itu adalah hal yang benar-benar ku butuhkan saat ini. Tuan Nam tertawa mendengarnya dan mempersilahkan ku menandatangani perjanjian itu. Kami berjabat tangan sebagai penutup. Tuan Nam bilang aku mulai bekerja dua minggu lagi, tapi kalau mau segera menempati fasilitas tempat tinggal pekerja aku bisa segera pindah.

   Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya dan berterima kasih. Tak lupa aku membungkuk sembilan puluh derajat untuk menunjukkan rasa hormat ku. Tuan Nam buru-buru menyuruh kuuntuk tidak melakukan itu, karena dia sudah menganggap ku anaknya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status