Share

Bab 9 : Confused (2)

"Selamat datang, Pak. Saya Nadella Paramita yang ditunjuk Pak Haria untuk menjadi sekretaris anda."

Mata Raka melebar sempurna. Pria itu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia benar-benar syok dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Della?"

Della mengangguk cepat. Gadis itu tersenyum lebar pada Raka. "Benar, Pak. Pak Raka boleh panggil saya Della."

Raka termanggu. Saat terakhir bertemu Della, hubungan mereka tidak baik. Bahkan yang terburuk, Della melihatnya bercumbu dengan gadis lain di toilet.

Kemudian mereka hilang kontak sama sekali. Dan Raka memutuskan untuk pergi ke Bali. Saat pulang, mereka bertemu kembali namun saat ini Della sudah berubah.

Gadis yang ada di hadapannya ini, sangat berbeda dengan Della satu tahun yang lalu. Penampilannya masih sama. Wajahnya pun sama. Tapi Raka meresa dia seperti bukan Della. Raka bahkan tidak mengenali Della yang sekarang.

Memangnya sejak kapan dia mengenal Della?

Gadis itu terlihat bingung saat Raka menatapnya tanpa kedip. Della melambai di depan wajah Raka. Membuat pria itu tersadar seketika.

"Bapak baik-baik saja?" tanyanya.

Raka refleks menggeleng. Namun sedetik kemudian dia mengangguk. "Y-ya. Aku baik-baik aja," ucapnya tanpa sadar.

Della terdiam sejenak. Gadis itu berdehem pelan karena merasa tak enak akan pandangan mata bosnya yang tidak teralih sedikitpun.

Dipandangi sedekat dan seintens itu oleh Raka Milan, atasannya yang seorang cassanova dan penakhluk wanita, begitu yang Della dengar dari teman-temannya, membuatnya panas dingin. Tanpa sadar gadis itu meremas jemarinya karena gugup.

"K-kamu..." Ucapan Raka terhenti saat mendengar suara pintu diketuk dari luar.

Pria yang tadi mengantarnya kesana muncul dari balik pintu.

"Maaf, Pak. Anda sudah ditunggu oleh Pak Haria dan yang lain."

Raka mengangguk pelan. "Saya akan segera kesana!" ujarnya. Lalu dia kembali memandang Della.

"Kita kesana sekarang!" perintah Raka.

Dan Della langsung mengangguk. Gadis itu terus tersenyum saat berlalu dari hadapan Raka. Tentunya hal itu makin membuat Raka kebingungan.

Kenapa Della terlihat baik-baik saja disini? Sedangkan dirinya...

***

Raka bersandar lelah di kursi ruangannya. Setelah acara penyambutan selesai, dia langsung kembali ke ruangannya. Dia tidak tahan untuk berada disana terlalu lama. Sepertinya di pergi begitu lama, sampai rasanya tidak nyaman saat kembali ke kantornya sendiri.

Perlahan, Raka memejamkan mata. Ingatannya kembali berputar tentang saat di acara penyambutan tadi di aula. Pria itu tidak sekalipun melepaskan pandangan dari sekretaris barunya.

Dia sungguh merasa bingung melihat perubahan Della. Gadis itu berubah. Melihat gelagat dan sikap yang ditunjukkan Della, Raka merasa gadis itu sudah tidak lagi membencinya. Dan itu aneh.

Kalau setahun lalu Raka selalu melihat kebencian di mata gadis itu, namun tidak saat ini. Della bersikap seolah begitu senang melihat Raka.

Itu tidak wajar bagi Raka. Dia tau kesalahannya tidak mungkin bisa termaafkan oleh Della. Raka sudah banyak membuatnya terluka.

Jadi kalau gadis itu tiba-tiba bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa dengan mereka, itu benar-benar...

Raka tersentak saat mendengar suara pintu diketuk dari luar. Tak lama, orang yang menyita pikirannya masuk dengan senyuman lebar.

"Siang, Pak. Saya disuruh Pak Haria memberitahu Bapak, kalau Pak Haria menunggu Bapak untuk makan siang bersama."

Hening. Raka tidak menjawab sedikitpun.

Della mengerutkan keningnya. Gadis itu bingung melihat Raka yang hanya diam mematung sembari menatapnya.

"Pak?"

Della mendekati Raka saat tidak mendapatkan jawaban apapun darinya.

"Pak Raka?" Della menyentuh lengan Raka.

Dan saat itupula Raka memegangi tangannya. Della yang kaget langsung mundur ke belakang.

"Kenapa kamu bisa tiba-tiba ada disini?" tanya Raka.

"S-saya tadi-"

"Aku tanya kenapa kamu ada disini!"

Della mundur beberapa langkah dengan wajah ketakutan saat Raka membentaknya. Wajah Raka terlihat tegang. Della bisa merasakan aura kemarahan Raka di sekitarnya.

"Pak Haria-"

"Aku nggak tanya kenapa kamu kesini! Aku tanya kenapa kamu bisa ada disini!" teriak Raka sekali lagi.

"Maaf, Pak. Saya minta maaf kalau saya menganggu Bapak. Saya akan keluar sekarang, Pak."

Della sudah berbalik badan dan hendak melangkah keluar ruangan Raka. Namun panggilan Raka sontak membatalkan niatnya.

"Della!"

Della menoleh ke arah Raka. Wajah Raka sudah tidak setegang tadi. Pandangannya sudah agak melembut. Tentu hal itu membuat Della sedikit tenang.

"Sejak kapan kamu bekerja disini?"

"Sudah sejak enam bulan lalu, Pak."

Raka mengangguk kecil pada gadis itu. "Siapa yang merekrut kamu?"

"Pak Haria sendiri, Pak."

"Pak Haria?"

Della mengangguk. Gadis itu tersenyum kecil pada Raka. Dan itu membuat Raka langsung mengalihkan pandangannya ke samping.

Dia tidak suka melihat senyum Della yang seolah menyiratkan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Raka benci itu.

"Pak Raka pasti kenal Verona, kan? Kakak saya itu istrinya Mas Romeo. Nah saya kenal Pak Haria juga karena beliau mertuanya Kak Ve. Dulu waktu mereka nikah, Pak Raka-"

"Aku tau itu, Della! Kamu nggak perlu jelasin tentang keluargaku!"

Della menunduk takut-takut. "Maaf, Pak. Saya nggak-"

"Dan jangan panggil aku Pak!"

"Lalu... Pak Raka mau dipanggil apa?"

Raka memandangnya lekat. "Panggil aku kayak dulu aja," ujarnya.

Della terdiam. Raut bingung terlihat jelas di wajahnya. "Kayak gimana, Pak?"

Raka mendesah pelan. Apa Della benar-benar membencinya sampai melupakan panggilan kesukaan Raka itu?

"Jangan pura-pura nggak tau!" ujar Raka ketus.

"Saya kan emang nggak tau, Pak."

Raka mendengus. "Aku tau kamu benci sama aku. Tapi nggak harus seperti ini, Dell. Aku nggak mau kita saling membalas kayak gini. Aku mau kita damai."

Pria itu menoleh pada Della dan lagi-lagi dia hanya melihat kebingungan di wajah Della.

Raka menghela nafas lelah. "Udahlah! Aku keluar dulu! Aku capek ngomong sama kamu! Lama-lama aku bisa stroke kalau ngeladenin kamu!"

Della ternganga melihat Raka berlalu keluar ruangan dengan wajah masam. Gadis itu bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Raka bisa seperti itu? Padahal kan Della tidak merasa berbuat salah.

"Dasar orang aneh! Untung ganteng," gerutu Della.

***

"Kamu pulang sama siapa, Dell?"

Della maju mendekat pada Raka. "Kenapa, Pak?" tanyanya.

Raka berhenti menandatangani dokumen di depannya. Lalu berganti menoleh pada Della.

"Kamu pulang sama siapa?" tanyanya lagi.

"Oh... saya bareng sama Pak Haria."

Raka menaikkan sebelah alisnya. "Bareng sama Papaku?"

Della mengangguk-angguk.

"Emangnya kamu tinggal dimana?"

Raka kembali memeriksa dokumen yang tadi dibawa Della itu. Pekerjaan hari ini sangat banyak meski dia baru saja masuk kerja. Dan mungkin besok akan lebih banyak lagi.

Karena itu Raka ingin menyelesaikannya secepat mungkin. Agar dia bisa pulang lebih cepat dan beristirahat di rumah. Atau pergi ke club. Pikirannya perlu dijernihkan disana.

"Saya kan tinggal di rumah Pak Haria."

Raka mematung. Pulpen yang dia pegang terlepas dari tangannya.

Apalagi ini?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarung Bantal
Gua dari apk sebelah,penasaran sama Raka dan Della, cus kesini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status