Share

Bab 8 : See You Again

Satu tahun kemudian.

"Ai!" Raka berlari kencang kemudian memeluk erat seorang gadis berjilbab merah.

Gadis itu terkekeh pelan. Dan membalas pelukan Raka tak kalah eratnya. "Lama banget liburannya!"

Raka tertawa lalu melepaskan pelukannya. Dia menggandeng gadis itu dan mengajaknya menuju ke mobil.

"Gimana Bali?"

Raka hanya tersenyum tipis. "Ya gitu-gitu aja, Ai. Nggak ada yang spesial," balasnya.

"Ceweknya?"

"Em... biasa aja!"

"Biasa aja tapi lo nggak pulang-pulang!"

Raka terkikik. Pria itu memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil Aisha. Baru setelah itu dia menyusul Aisha masuk ke mobil.

"Gimana Jakarta?" tanya Raka pada gadis itu.

Aisha mengendikkan bahu. "Gini-gini aja. Nggak ada yang berubah."

Raka manggut-manggut. Pria itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari bandara. "Kalo lo gimana? Udah dapet jodoh?"

"Raka!"

Raka terkekeh saat Aisha memukuli badannya dengan kedua tangan mengepal kuat.

"Jadi lo belom dapet jodoh juga ya, Ai? Ckck... sayang banget cantik-cantik nggak laku."

Raka mengerem mobilnya mendadak saat Aisha mencekik lehernya kuat.

"Kalo lo malah bikin rese disini, mending lo nggak usah balik! Biar aja lo sampe mampus ada di Bali! Bertemen sama ikan bandeng!"

Tawa Raka seketika menggema di dalam mobil. Pria itu kembali menjalankan mobilnya saat Aisha berhenti menyerangnya.

"Di laut nggak ada ikan bandeng kali, Ai! Jangan norak, deh!" ledeknya.

Aisha hanya merengut mendengar ejekan Raka. Gadis itu menatap keluar jendela sambil mencebik.

"Eh... Romeo gimana? Udah baikan lo sama dia?"

Aisha sontak tersenyum mendengar Raka menyebut kakaknya. Gadis itu mengangguk pelan.

"Kalau Verona?"

Aisha terdiam sejenak. Kemudian dia menghela nafas dan mengalihkan pandangan ke jendela mobil.

Raka pun memahami keadaan Aisha. Pria itu memutuskan untuk tidak kembali mengajak Aisha mengobrol. Dia mengemudikan mobilnya dengan fokus.

Saat ada lampu merah, Raka menghentikan mobilnya. Iseng-iseng dia menoleh ke arah jendela samping kanannya.

Raka tersenyum melihat sekelompok pengamen kecil sedang bernyanyi di lampu merah. Mereka bernyanyi dengan begitu bersemangat. Raka sampai terbawa suasana dan ikut bersenandung kecil.

Sepertinya dia sangat lama meninggalkan kota kelahirannya ini. Banyak hal di kota ini yang seketika membuatnya tiba-tiba rindu saat melihatnya lagi.

Raka menarik sudut bibirnya membentuk satu senyuman samar. Sejak satu tahun lalu, saat dia memutuskan pergi dari Jakarta ke Bali, dia sudah tidak pernah tau lagi bagaimana kabar kota tempat tinggal keluarganya itu.

Raka hidup sendiri di Bali. Menikmati kesendiriannya saat siang hari di pantai. Dan malamnya diisi dengan berkencan dengan para wanita di club.

Hidup seenaknya tanpa beban, tanpa keluarga, tanpa perlu memikirkan perusahaan dan lain-lainnya. Dia bebas melakukan apapun.

Namun dalam hatinya Raka tau jika hidupnya terasa hampa. Hatinya kosong. Seolah seseorang sudah merampoknya habis. Tanpa menyisakan sedikitpun untuknya.

Raka tersentak kaget saat Aisha menepuk lengannya. "Kenapa, Ai?"

"Udah lampu ijo tuh!" ujar Aisha.

Raka mengangguk. Kemudian pria itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke apartemennya.

"Lo kok nggak pulang ke rumah aja sih?"

Raka menggeleng. "Gue lebih nyaman di apartemen, Ai."

"Karena di rumah lo ada Verona?"

Raka menggeleng lagi. "Bukan masalah itu."

"Terus? Kenapa lo tiba-tiba kabur ke Bali selama satu tahun. Dan sekarang pas balik nggak mau pulang ke rumah."

Raka menghela nafas pelan. Pandangannya masih fokus ke jalanan. Meski dia sedang berpikir keras karena pertanyaan Aisha barusan.

Pada akhirnya pria itu mengendikkan bahu. "Gue nggak tau, Ai. Belakangan gue ngerasa kayak ada yang kurang. Kayaknya hidup gue nggak lengkap gitu."

Aisha tertawa geli mendengar ucapan Raka. Melihat ekspresi Raka yang memelas bukannya membuat dia kasihan. Malah Aisha ingin tertawa kencang.

Gadis itu menduga pasti saat berenang di pantai Bali, otak Raka ikut terhanyut ombak. Hingga Raka bisa sekacau itu.

Seorang Raka Milan, yang biasa bersikap sombong, sok berkuasa dan jahil setengah mati, mendadak berganti menjadi sosok lain.

"Pacar lo di Bali ada berapa, Ka?" tanya Aisha iseng.

Raka menaikkan sebelah alisnya. Lalu mengendikkan bahu. "Gue nggak inget, Ai. Mungkin selusin, atau dua lusinan gitu."

Aisha tersenyum miring. "Itu pacar atau celana dalem sampe dua lusin gitu?" ledeknya.

Raka tertawa. "Maklumlah, orang ganteng pasti ceweknya banyak," balasnya santai.

Aisha mendengus. "Dan gue yakin lo nggak tau nama-nama mereka."

"Yes."

Aisha geleng-geleng kepala. "Lo nggak ada bosennya ya, main sama cewek beda tiap malem. Emang lo nggak capek apa hidup nggak jelas kayak gitu?"

Raka tersenyum tipis. Namun dia tidak menjawab ucapan Aisha. Pria itu masih fokus menyetir.

"Lo harusnya contoh Romeo, Ka! Lo nggak pengen apa, punya keluarga sendiri? Punya istri, punya anak, hidup bahagia sama mereka? Lo nggak mau kayak Nyokap sama Bokap lo gitu, yang terus mesra meski udah tua?"

Raka terdiam. Tentu dia ingin seperti itu. Siapa yang tidak ingin punya keluarga lengkap seperti kebanyakan orang? Hidup bahagia dengan keluarga sampai ajal menjemput? Kehidupan seperti itu adakah yang tidak mau?

Tapi dia tidak mungkin bisa mendapatkannya. Raka sudah merasa kalau sampai mati nanti dia akan hidup sendirian. Playboy sepertinya tidak akan pernah memiliki keluarga sendiri. Pun selamanya akan seperti itu.

Kecuali jika...

"Ai!" panggilnya.

Aisyah menoleh pada Raka. "Apa?"

"Lo mau kan kalau nanti nikah sama gue?"

***

"Ini Mas, kuncinya."

Raka mengangguk pada seorang wanita paruh baya yang menyodorkan kunci padanya.

"Mas bisa tinggal mulai malam ini."

"Terima kasih, Bu."

Wanita tadi tersenyum. "Tapi sebaiknya bersihkan dulu, Mas. Maklum udah satu tahun nggak ditempati. Jadi pasti kotor banget," ujarnya.

Raka tersenyum. "Iya, Bu. Makasih."

"Lampu teras udah saya ganti sama yang baru. Kapan hari saya cek lampunya ternyata nggak bisa nyala. Pintu dapur juga udah saya benerin, kok."

Pria itu kembali mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

"Mas ini orang merantau ya?"

Raka tersenyum tipis. Namun tidak memberikan jawaban.

"Semoga betah ya, ngontrak disini. Daerah sini memang agak sepi. Tapi aman kok, Mas."

"Iya, Bu."

"Kalau gitu saya pamit. Kalau ada apa-apa ke rumah saya aja langsung."

Raka memgangguk pelan. Dan membiarkan wanita itu berjalan keluar dari halaman rumah kontrakan barunya.

"Bu..." panggil Raka saat wanita itu melangkah keluar pagar.

"Kenapa, Mas?"

Raka tidak langsung menjawab. Pria itu terdiam selama beberapa saat.

"Gadis yang dulu ngontrak disini, beneran udah pindah ke Surabaya?"

Wanita itu mengangguk. "Setahu saya gitu, Mas. Kalau Kakaknya udah nikah dan sekarang ikut suaminya. Masih tinggal di Jakarta juga, kok. Kalau Adiknya denger-denger pulang ke Surabaya setelah lulus kuliah."

Raka menghela nafas pelan. Jadi dia memang sudah pergi.

"Ya udah, Bu. Terima kasih," ucapnya seraya tersenyum pada wanita itu.

***

"Pak Raka, sudah waktunya untuk ke acara penyambutan anda," ujar seorang pria pada Raka pagi itu di ruangannya.

Raka menghentikan kegiatannya memainkan game di ponsel. Lalu beranjak dari kursinya dan mengikuti pria itu.

"Pak Haria sudah ada disana, Pak. Acaranya siap dimulai. Hanya tinggal menunggu Bapak saja."

Raka mengangguk. "Sekretaris saya sudah datang kan?" tanyanya.

"Sudah, Pak. Dia sekarang ada di ruang meeting menunggu Bapak."

"Antar saya kesana!" perintah Raka.

Pria itu mengangguk. Kemudian bergegas menuju ke ruang meeting yang terletak di lantai atas bersama dengan Raka.

"Silahkan masuk, Pak. Sekretaris Bapak sedang menunggu di dalam," ujar pria itu sembari membukakan pintu ruang meeting untuk Raka.

"Makasih. Kamu boleh pergi sekarang!"

"Baik, Pak."

Raka memasuki ruang meeting dengan langkah cepat. Pria itu melihat seorang gadis sedang duduk menghadap meja dan membelakanginya sembari memainkan ponselnya.

"Hei, kamu! Saya mau tau susunan acara sambutan nanti!" ujarnya tegas.

Gadis itu buru-buru berdiri dan berbalik. Dia tersenyum pada Raka

"Selamat datang Pak Raka Milan," ujarnya lembut.

Jantung Raka seakan berhenti berdetak melihat wajahnya. "Kamu?" ujarnya kaget.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status