Tasya menyentuh kening Radhika. Demamnya sudah mulai reda. Tadi dia sangat panik saat menemukan Radhika duduk bersandar di bawah shower yang masih menyala. Wajahnya sangat pucat, sepertinya dia terlalu lama duduk di sana. Kini Radhika sedang tidur, sudah dari satu jam yang lalu setelah Tasya memaksanya untuk makan lalu minum obat.
Hari ini Tasya benar-benar memasak. Dia membuatkan bubur untuk Radhika. Dengan berbekal resep yang ia temukan di internet. Rasanya tidak buruk, bahkan bisa dibilang enak. Radhika juga tidak protes mengenai bubur buatannya. Tasya sekarang bisa sedikit berbangga diri. Akhirnya dia bisa membuat masakan dengan baik, walau hanya bubur. Setidaknya ada kemajuan.
Tasya menyentuh rambut milik Radhika, rambutnya sudah kering. Tasya berharap Radhika tidak sakit kepala, karena dia tadi tidur dalam kondisi rambut yang masih basah. Karena di rumah ini tidak ada pengering rambut jadi Tasya hanya membantu
Keesokan harinya ternyata tidak sesuai dengan apa yang Tasya rencanakan. Padahal dia bangun subuh, lalu tidur lagi karena merasa mengantuk. Dan berakhir bangun pukul sembilan pagi. Jadi pagi ini dia belum mandi, dia ingin cepat-cepat pulang. Tapi saat dia keluar hendak pulang dia berpapasan dengan Radhika dan dia menyuruhnya sarapan terlebih dahulu.Jadi di sinilah dia sekarang, duduk di ruang makan sambil menyantap pancakesendirian. Dia tidak tau Radhikapergi ke mana. Setelah membawanya kemari, dia langsung pergi begitu saja.Pancake ini lumayan enak, dia tidak tau apakah Radhika membuatnya sendiri atau dia membelinya. Tapi menurutnya, Radhika pasti membelinya, karena dia merasa kemampuan masak Radhika pasti lebih buruk darinya.Setelah selesai makan, dia segera mencuci piring dan gelas yang tadi dia gunakan. Dia akan segera pergi setelah membereskannya."Abang?"Suara itu membuat Tasyamenghentikan pekerjaannya.
Radhikamenghela napas. Ini masih pagi dan Senjasudah merecokinya dengan mengirimbeberapa pesan diwaktu yang bersamaan. Sebenarnya inti dari pesan itu hanya menanyakan kondisi Radhikasaat ini. Tapi Senjamemberikannya banyak pertanyaan sehingga membuat Radhikamalas untuk membalas pesan tersebut. Tapi jika tidak dibalas Senjapasti akan terus menerornya.Abangudah sehat danlagi kerjasekarang.Itulah pesan yang Radhikakirimkan pada Senja. Sebenarnya Radhikatahu kalau Senjamelakukan itu karena peduli padanya. Dan Radhikasangat bersyukur memiliki Senjadisisinya. Tapi terkadang dia merasa tidak terbiasa mendapatkan perhatian seperti itu, hal itulah yang membuatnya terkadang kesal saat seseorang terlalu memberinya perhatian.Kemarin Radhikaterkena flutapi tidak terlalu parah. Namun Senja&nbs
Kapan mereka sampai di sana?Seingatnya saat pagi tadi, dia sama sekali tidak melihatnya. Tapi yang jadi perhatian Tasyasekarang adalah mereka bekerja di ruangan yang sama. Tasyamenelan ludah, ini serius?Dia tidak tau bagaimana bisa hal ini terjadi. Yang diatahu asisten atau sekretarismemang harus selalu berada didekat atasannya.Tapi, masa sih mereka harus menggunakan ruangan yang sama.Tasyatidak yakin dia akan sanggup mengatasinya.Bisa botak kepalanya! "Kamu enggak maududuk?" Pertanyaan Radhikaterdengar seperti sebuah ejekan ditelinganya, dan Tasya tidak menyukai itu. Buru-buru saja dia duduk dan menyalakan komputer. Lalu ia mulai membaca ulang dokumen yang diberikan, karena dia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Tadi Yogabilang hari ini dia hanya mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh Radhikasaja. Jadi sekarang dia harus menunggu perintah dari bosnya
Sudah limahari Tasyabekerja sebagai asisten pribadi Radhika, dan selama itudia tidak melakukan pekerjaan yang berarti. Radhikaterlihat sangat sibuk, sedangkandirinya banyak melamun karena tidak tau harus melakukan apa. Tasyajadi bingung.Sebenarnya untuk apa Radhikabersikeras membuatnya bekerja di sini, kalau pada akhirnya dirinya super duper gabut.Perkerjaan rutin yang ia lakukan hanyalah membacakan jadwal yang dimiliki Radhika, jika Radhikameminta membatalkan salah satu jadwalnya ia hanya perlu mengkonfirmasinya ke Yoga. Menerima telepon sebelum disambungkan langsung pada Radhika, dia biasanya memberitahunya jika ia sedang tidak bisa menerima telepon. Dan juga membuatkan teh tanpa gula setiap pagiuntuknya.Dan sisanya dia hanya duduk sambil menontonRadhika yang sedang bekerja.Walau dia tidak mau mengakuinya, tapi jujur saja Tasya menikmati pesona Radhika.Saat dia melong
Mereka akhirnya sampai, setelah berkendara selama sekitar tiga puluh menit.Jalanan cukup padat, karena hari ini adalah akhir pekan."Ayo turun," ajak Raka, dia mematikan mesin mobilnya lalu melepas sabuk pengamannya.Rakadan Tasyasegera turun dari mobil dan langsung masuk ke warung Bi Lastri. Suasananya masih seperti dulu bahkan perabotan dan tata ruangnya pun masih sama seperti saat mereka SMA."Aduh, saha eta? Udah lama enggak ke sini." Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka.Bi Lastri masih sama seperti salam ingatan Tasya. Hanya saja sudah muncul beberapa keriput di sekitar wajahnya, juga rambutnya sudah mulai memutih di beberapa bagian."Bi Lastri, kangen." Tasyalangsung memeluk wanita tadi. "Bibi sehat terus kan?""Alhamdulillah bibi mahsehat terus.Kenapa atuh, menibaru ke sini?""Tuh,orang sibuk." Tasyamenunjuk Raka."K
Akhirnya mereka sampai, sekitar empat puluh menit kemudian. Senjamenghela napas karena taman bermain sangat ramai. Bisadipastikan jika mereka ingin menaiki wahana-wahana yang populer, mereka harus bersabar menghadapi antrean yang sangat panjang.Senin nanti Senjaharus kembali ke kost-an, karena dia tiba-tiba mendapat tugas kelompok untuk membuat sebuah rancangan bangunanyang sesuai dengan untuk ditempati para lansia. Sudah pasti dia akan sibuk karena harus melakukan survei juga ke beberapa lokasi.Ditambah lagi dia sudah masuk tahun ketiga. Sudah pasti ke depannya akan lebih sibuk. Juga ada sebuah mimpi yang belum dia capai dan tahun ini adalah kesempatan terakhirnya. Astaga dia terlalu antusias untuk membuat mereka dekat, sampai-sampai dia lupa kalau sebentar lagi dia tidak punya banyak waktu luang.Jadi hari ini dia benar-benar harus membuat Tasyadan Radhikalebih dekat, dan dia tidak boleh gagal. Dia harus semangat,
Semakin lama Radhika, semakin menghilang dari pandangan Tasya. Tasya bersandar pada sandaran kursi setelah Radhika benar-benar menghilang dari pandangannya. Kepalanya pusing. Sebenarnya apa yang sekarang sedang ia lakukan? Tasya tidak bisa menemukan jawabannya. Setelah bertemu Radhika, dia tidak bisa mengendalikan lagi hidupnya. Terlalu banyak kejutan dan dia belum terbiasa dengan itu.Tasya menengadahkan kepalanya dan menatap langit yang sekarang terhalang oleh dedaunan. Tiba-tiba Tasya merasa rindu pada ibunya. Semasa ibunya masih hidup, Tasya sering sekali curhat padanya. Dia selalu menceritakan semuanya pada ibunya, tanpa ada rahasia sedikit pun. Ibunya lah yang paling mengerti dirinya. Namun, Yang Maha Kuasa lebih menyayangi ibunya, sehingga lima tahun lalu ibunya di panggil ke sisi-Nya.Tasya masih merasa kalau itu hanyalah sebuah mimpi. Ibunya meninggal karena serangan jantung. Tidak ada satupun yang menyangka hal itu terjadi. Karena selama ini ibunya selalu ter
“Kalau ngantre, Aku enggak mau.”Senja tersenyum senang, dia mengangguk. “Tenang aja, Bang. Hari ini ada pertunjukan Fire Ball, orang-orang pasti lebih kepengen nonton itu.” Senja memeluk lengan Radhika, lalu menariknya. Dia juga memberi isyarat pada Tasya dan Raka, agar mengikutinya.Sepanjang jalan Radhika mendengar Senja beberapa kali terkekeh dan dia senyum-senyum sendiri, seperti orang bodoh. Radhika menjadi curiga, pasti ada yang sedang bocah ini rencanakan.“Tuh kan, sepi,” kata Senja saat mereka hampir sampai di wahana Bianglala.Seperti yang dikatakan Senja, tidak ada yang mengantre. Namun, Bianglala itu belum berputar, berarti kuota masih belum memenuhi. Senja menarik Radhika dan berlari menuju wahana itu.“Sisa berapa kereta, Kak?” tanya Senja pada petugas yang berjaga di wahana itu.“Sisa dua, Kak. Kalau sudah terpenuhi, wahana akan langsung dijalankan.”