“Gadis itu benar-benar pandai mencari masalah!Apa dia ingin cari mati?Jangan-jangan sikapku sendiri yang bermasalah?!Bukankah ini sangat memalukan jika ia membuka mulut kemana-mana?Aku harus terlihat tenang dan biasa saja. Jika marah sekarang, maka dia akan menertawakanku. Aku harus tenang dalam menghadapi situasi genting ini!Gadis ini sangat pandai mencari celahku. Aku tak boleh lalai dan kalah darinya!” batin Raka mulai khawatir.
“Ada apa Tuan Raka?Kenapa wajah Tuan terlihat sangat gusar?Apa Tuan sakit kepala?Aku bisa membantu meringankan sakit kepala Tuan, itupun jika Tuan Raka butuh bantuanku.” Tambah Rania. Ingin sekali Rania tertawa sejadi-jadinya, namun ia menahan sekuat mungkin agar tak nampak di hadapan sang direktur angkuh.
Tawaran Rania membuat Raka menemukan cara untuk mengerjai gadis itu. Sebenarnya, Raka tak sakit kepala atau apapun itu. Ia hanya memikirkan cara untuk menghindari pertanyaan konyol dan menjebak yang dilontarkan oleh Rania.
“Karena kamu sudah menawarkan diri untuk membantu, maka tak sopan jika aku menolaknya. Bukankah begitu Nona Rania?” Raka bertanya balik. Pria ini seakan menemukan cara untuk membuat Rania tak nyaman.
Raka tersenyum menyeringai sambil melirik wajah Rania diam-diam.
“Oh.....i...iya, tentu saja Tuan Raka!Aku bukanlah wanita pemalas. Aku akan menuruti semua perintah yang di berikan oleh atasanku.” Jawab Rania. Gadis ini tak sadar dengan apa yang dia ucapkan barusan. Ia sudah terlanjur menawarkan bantuan, tak mungkin Rania menarik kembali ucapannya lagi. Jika hal itu terjadi, maka Tuan Raka akan menilainya sebagai orang yang tak punya komitmen dan juga tak bisa memegang perkataan sendiri.
Raka tersenyum biasa. Ia tak ingin terlalu menampak-kan wajah senangnya pada Rania.
“Wanita ini begitu polos. Mengapa ia berjanji tanpa memikirkan dulu akibatnya nanti?Bukankah dia yang telah memasang perangkapnya sendiri?Aku benar-benar puas dengan pilihannya yang sangat tepat!Aku tak perlu bersusah payah memikirkan caranya. Dia sendiri yang mencarikanku ide secemerlang ini. Benar-benar gadis yang payah!” batin Raka merasa menang.
“Benarkah demikian, dengan apa yang kamu ucapkan barusan?Sebagai wanita pekerja keras dan pemberani, pantang sekali untuk mengingkari janji, bukan begitu Nona Rania?” tambah Raka.
Jelas saja Rania sedang dipermainkan oleh Raka. Drama yang ia buat sendiri, kini harus diselesaikan hingga akhir. Rania baru sadar dengan ucapannya tadi.
“Mengapa aku begitu bodoh?!Kenapa juga aku harus mengucapkan sesuatu yang tak masuk akal?Aku benar-benar sangat bodoh!Aku yang akan masuk perangkapku sendiri!Bukankah ini sangat memalukan?Pasti ia akan menggunakan kesempatan ini untuk memanfaatkanku!” batin Rania sadar.
“Mengapa dengan wajahmu,Nona Rania?Apa kamu sakit?Nona jangan sakit dulu, tugasmu belum selesai untuk mengurusku!” Raka dengan senyuman menyeringai.
“Tidak, Tuan Raka. Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa tak pantas jika melakukan sesuatu hal untuk seseorang yang penting seperti anda. Apalagi tugasku hanya seorang OB di dalam perusahaan sebesar ini. Apa Tuan tak khawatir mengenai reputasi yang sudah dibangun sejak dulu?Jika Tuan terlihat sering bersamaku, maka pegawai lain akan membicarakan anda, bukankah itu sangat memalukan?” Rania mencari alasan.
Perkataan Rania ada benarnya juga. Raka tak ingin reputasinya hancur seketika hanya karena terlihat bersama dengan seorang OB seperti Rania.
“Mengapa ia sangat mengkhawatirkan tentang reputasiku?Bukankah itu hal yang diinginkannya jika melihatku jatuh?Aku sangat curiga,pasti ia memiliki rencananya sendiri!” batin Raka curiga.
Walaupun demikian, Raka tetap saja tak mengurungkan niat awalnya.
“Siapa juga yang akan membicarakan tentang kita?Mereka semua tahu tentang seleraku!Tak mungkin aku mengencani wanita yang penampilannya sangat kolot sepertimu!Lihatlah dirimu itu!Dari rambut sampai ujung kaki, tak ada yang terlihat menarik!” Raka dengan nada sinisnya.
“Benar-benar sangat keterlaluan!Pria ini begitu sombong!Dia fikir dirinya sangat tampan dan sempurna, melihat wajahnya saja, aku ingin muntah!” batin Rania kesal.
“Kenapa denganmu?Apa permintaanku sangat sulit?Jika memang tak bisa, silahkan keluar dari perusahaan ini tanpa hormat!Aku fikir kamu orang yang tak mudah menyerah, tapi apa kenyataan-nya?Semua dugaanku salah!” tambah Raka.
Pria ini sangat pandai mengatur kata-katanya untuk membuat Rania terpojok dengan ulahnya sendiri. Prinsip yang sejak dulu dibangun, kini tak ada artinya hanya karena ucapan Raka yang spontan itu.
“Siapa bilang aku menyerah?Aku tak akan menarik kembali ucapanku!Tenang saja, aku akan melakukan sesuai dengan ucapanku tadi!Tuan Raka tak perlu khawatir tentang hal ini!Aku bukanlah orang yang mudah merubah dengan cepat atas pendirianku.” Jawab Rania datar.
“Baguslah, kalau begitu. Berarti karyawan baru seperti anda, perlu dipertimbagkan untuk tetap bekerja disini lebih lama.” Raka memuji.
Kejadian ini seakan diluar dugaan Rania. Raka tak terlihat kesal seperti biasanya. Wajah yang selalu terlihat menakutkan, kini berubah menjadi bersahabat.
Tak lama kemudian,lift telah berjalan seperti biasa. Mereka sudah se-jam lebih terkurung di dalamnya. Banyak kejadian yang mereka alami dan sampai akhirnya, Rania setuju untuk menuruti semua perintah dari sang direktur.
“Liftnya sudah jalan. Rasanya sangat lelah terkurung di dalam selama se-jam lebih. Ayo cepat keluar!Kamu tak boleh mengerjakan tugas lain hari ini, selain mengikuti perintahku!” ucap Raka.
“Baik, Tuan.” Jawab Rania.
Mereka berdua akhirnya keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ruangan Raka. Langkah kaki Raka sangat panjang, sehingga Rania harus berlari kecil untuk bisa sejajar dengan sang direktur.
“Ayo cepat jalan!Kamu tak boleh bermalas-malasan!Jika aku terlambat meeting jam ini, maka gajimu akan ku-potong.” Jelas Raka.
“Tuan Raka, anda terlihat sangat perhitungan dengan karyawan miskin sepertiku. Gajiku tak seberapa, tapi anda ingin memotongnya. Sungguh bos yang pelit!” jawab Rania tanpa beban.
Langkah kaki Raka terhenti seketika karena ucapan Rania yang terdengar blak-blakan.
“Apa yang kau katakan barusan?Aku, pelit?Aku bukan pelit, jika semua karyawanku malas bekerja sepertimu, maka perusahaanku akan rugi besar dan bangkrut. Apa kamu paham?” jelas Raka yang menahan amarah.
“Maaf, Tuan.” Rania tertunduk.
“Sekarang kamu tak usah banyak bicara, kecuali aku yang menyuruhmu, paham!” perintah Raka.
Rania tak ingin membantah lagi. Jika bicara, maka permasalahan akan semakin melebar kemana-mana.
“Lihatlah dirimu!Apa kau akan menggunakan seragam kotor itu dan jalan di dekatku?Cepat ganti baju, lalu bersihkan dirimu!Aku akan menunggu di ruanganku dalam waktu lima belas menit dari sekarang!” Raka dengan tatapan tajam.
“Tapi aku tak punya baju lagi, Tuan. Dimana aku bisa mendapatkan baju dalam waktu lima belas menit?” ucap Rania dengan perasaan ragu.
“Dasar tak becus!Benar-benar gadis yang sangat merepotkan!” keluh Raka.
Tanpa bicara banyak, Raka mengeluarkan handphone dari saku celana-nya. Rupanya ia menelfon seseorang.
“Halo, cepat ke ruanganku sekarang!Aku butuh baju wanita untuk rapat!” perintah Raka.
Rania tak bicara sepatah katapun. Ia takut akan salah berucap. Apalagi melihat kondisi Raka yang masih terlihat kesal.
“Ayo masuk!Mengapa kamu hanya berdiam diri seperti patung disitu?Apa perlu ku gendong untuk masuk ke dalam ruanganku?” Raka menggoda.
“Maksud, Tuan?Apa aku terlihat seperti gadis kecil yang butuh bantuan darimu?Yang benar saja, Tuan.” Jawab Rania dengan wajah salah tingkah.
“Ada apa dengan wajahmu?Mengapa terlihat merah merona seperti itu?Apa kamu malu-malu?” tanya Raka yang masih senang menggoda.
“Tuan, jangan coba-coba bicara seperti itu!Memangnya kenapa aku harus malu-malu pada anda, Tuan Raka?” Jawab Rania. Arah pandangan-nya tak tentu arah.
“Sudahlah. Kau tak perlu malu untuk mengatakan yang sejujurnya. Aku bisa mengerti perasaanmu. Pasti, kamu merasa canggung dekat dengan pria tampan, pintar dan sempurna sepertiku, ia kan?Bukankah hari ini aku sangat baik padamu?Kau harus lebih menjaga sikap sebagai ungkapan rasa terima kasihmu atas kebaikanku hari ini!” ucap Raka. Pria ini melontarkan kata-kata dengan penuh rasa percaya diri.
“Mengapa ada pria yang suka memuji dirinya sendiri?Apa dia tak tahu malu mengatakan hal-hal yang sama sekali jauh dari kebenaran?Jiwa arogan dan narsistik-nya benar-benar sudah mengalir dalam dirinya!Sungguh membuat kesal saja. Baik apanya, hah?Bukankah hari ini, ia terlihat bagaikan singa buas yang kelaparan mencari mangsa?” batin Rania mengutuk.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Penasaran?!!
Baca terus kisahnya hanya di GOOD N***L!!
Si Pria Arogan ini langsung saja masuk ke dalam kantor dengan wajah penuh dengan amarah. Bagaimana mungkin Galih bisa membela gadis asing itu tepat di hadapannya?Itu sangat melukai harga diri Raka.“Galih sudah berani melawanku!Ini semua gara-gara gadis itu!Dia memang pembawa malapetaka bagi kami!Jangan berharap bisa keluar dari sini sesuka hati!Dia harus membayar semua yang terjadi hari ini!” Raka mengepalkan kedua tangan dengan penuh amarah.Sementara Rania masih berada di rumah sakit bersama galih.“Terima kasih karena sudah membawaku kesini!” Galih dengan tatapan tulus.“Pak Galih tak perlu minta maaf. Semua terjadi karena aku. Jadi,aku harus merawat Pak Galih hingga sembuh.” Sahut Rania terdengar tulus.“Aku sangat terharu mendengarnya!Kau benar-benar gadis yang dapat di andalkan.” Galih dengan nada pujian.“Pak Galih masih saja bercanda dalam keadaan seperti ini. Aku benar-ben
Rania sampai di kantor terlebih dahulu. Ia seakan menghindari untuk bertemu dengan sang Direktur. “Ini benar-benar menyebalkan!Mengapa dia harus ke rumahku?Apa pria itu ingin mengadukanku pada Mami?Ini tak bisa dibiarkan!” ketus Rania. Sementara Raka belum tahu jika Rania adalah putri tunggal dari Tuan Marcel dan Nyonya Aulia. “Ya Tuhan,apa yang harus kulakukan?Mengapa juga harus bertemu si Pria Arogan ini?Sangat menyebalkan!Bagaimana aku bisa menghindarinya?Dia selalu berkeliaran dimana-mana.” Ketus Rania lagi. Gadis ini pun berjalan dengan wajah yang penuh kecemasan. Rania tak sadar jika Galih memperhatikannya sejak tadi. Pria ini menyapa perlahan. “Hei. Mau kemana?” Galih menyapa ramah. Rania pun terlihat kaget. Bagaimana tidak?Gadis ini sedang menghayal. Tiba-tiba Galih muncul di hadapannya. “Tu—tuan!Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rania dengan wajah panik. Galih pun tersenyum karena mendengar pertanyaan gadis i
Marcel dan Aulia merasa kaget akan kejujuran Raka. Namun,tak dipungkiri jika Aulia kagum tatkala mendengar keberanian Raka yang sangat jujur akan perasaannya. “Apa kau tak bercanda,Nak?” tanya Aulia. “Aku serius. Aku harap kalian jangan marah padaku setelah mendengar ini!” sahut Raka. “Hahaha....Anak muda yang sangat pemberani!Mengapa kami harus marah padamu?Hal itu biasa dirasakan oleh muda-mudi seperti kalian. Jadi,tak perlu merasa canggung. Jika kau menyukai Rania. Maka,kejarlah sampai kau mendapatkannya!Kami sudah memberi restu dan mendukungmu penuh!Apalagi kau adalah anak dari sahabat kami. Akan lebih bagus jika kau sendiri yang menginginkannya.” Tukas Marcel memberi restunya. “Iya. Om Marcel benar,Nak. Kami menginginkan agar kau sendiri yang mendapatkan hatinya!Tante hanya mengingatkan saja. Sebelumnya,Rania tak pernah pacaran atau memiliki kekasih. Jadi,dia masih agak sulit untuk menerima semua ini. Tante harap,kau bisa merubah semua sikap kera
Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Rania. “Apakah ini rumahmu?” tanya Raka. “Iya. Ini rumahku. Terima kasih telah mengantarku pulang.” Sahut Rania tersenyum ringan. “Apakah kau tak menyuruhku masuk terlebih dahulu?” Raka terdengar berharap. “Tak perlu. Ibumu pasti sudah cemas menunggumu di rumah. Kau seharusnya kembali lebih awal.” Rania mencari alasan. “Hahahaha. Ada apa denganmu,Nona Rania?Aku bukanlah anak kecil. Jadi,tak perlu mencemaskan hal itu. Ayo kita masuk ke dalam rumah!” sahut Raka nampak sumringah. “A—apa maksdumu?Mami pasti tak berada di rumah sekarang!Pergilah pulang!” Rania menatap cemas. “Kau nampak cemas?Apa yang terjadi denganmu?” tanya Raka penasaran. “Ti—tidak. Maksudku,tak terjadi apa-apa padaku. Kau tak perlu cemas. Aku bisa masuk sendiri. Ayo pergilah!” Rania semakin tak jelas. Raka semakin terlihat penasaran akan sikap gadis itu. “Mengapa dia menolakku masuk ke dalam r
Mereka berdua menikmati keindahan puncak hingga sore hari. Langit tampak cerah dan mulai menguning. Rania terlihat sangat senang menikmati keindahan puncak di sore hari. Gadis ini bahkan tak sadar akan tingkahnya yang terlihat kekanakkan. Rania lupa jika ada Raka di dekatnya. “Disini sangat nyaman!Aku menyukai tempat ini!Terima kasih sudah membawaku kesini!” Rania terdengar tulus. Raka hanya tersenyum dan memandangi kebahagiaan gadis yang sedang berputar-putar mengelilingi pohon yang berada di dekat situ. Tanpa sadar,pria arogan ini telah jatuh hati pada kepolosan Rania. “Apa anda sering kesini?” tanya Rania tersenyum ramah. “Iya. Di akhir pekan aku menghabiskan waktu mampir kesini. Aku suka akan tempat ini!Jiwaku tentram dan hatiku damai tanpa memikirkan aktivitasku yang menumpuk di kantor.” Jelas Raka apa adanya. “Oh,begitu. Aktivitas di kantor memang sangat membosankan!Kita perlu menyegarkan fikiran dengan mengunjungi tempat-tempat seperti
Rania terpaksa harus menunjukan wajah pada Raka. Semua orang telah mendesaknya. Tentu hal itu membuat Raka kaget. “Dia cantik sekali!Aku tak menyangka jika wajahnya seperti ini!” batin Raka memuji tanpa mengenali. Bagaimana tidak. Wajah Rania sangat berbeda jauh dari biasanya. Tentu saja Raka tak mengenalinya dengan baik. “Dia terlihat sangat berbeda jauh dari Rania si Gadis pembuat masalah itu!Jelas saja, Rania ini terlihat lebih cantik dan menggoda!” batin Raka tak hentinya memuji. Pria ini sampai lupa makan karena terpesona akan kecantikan Rania. Sementara Rania masih terlihat cemas dengan apa yang akan difikirkan oleh Raka. “Apa dia mengenaliku?Aku akan tamat hari ini!Ya Tuhan,tolong selamatkan aku!” keluhnya dalam hati. Melihat dua anak muda yang saling menatap membuat Denisa segera bertindak. Uhuk...,uhuk...,uhuk.... “Ayo dimakan!” tukas Denisa nampak sumringah. “Mengapa kalian termenung?Apa terjadi sesuat