Share

Raka yang narsis 1

“Gadis itu benar-benar pandai mencari masalah!Apa dia ingin cari mati?Jangan-jangan sikapku sendiri yang bermasalah?!Bukankah ini sangat memalukan jika ia membuka mulut kemana-mana?Aku harus terlihat tenang dan biasa saja. Jika marah sekarang, maka dia akan menertawakanku. Aku harus tenang dalam menghadapi situasi genting ini!Gadis ini sangat pandai mencari celahku. Aku tak boleh lalai dan kalah darinya!” batin Raka mulai khawatir.

“Ada apa Tuan Raka?Kenapa wajah Tuan terlihat sangat gusar?Apa Tuan sakit kepala?Aku bisa membantu meringankan sakit kepala Tuan, itupun jika Tuan Raka butuh bantuanku.” Tambah Rania. Ingin sekali Rania tertawa sejadi-jadinya, namun ia menahan sekuat mungkin agar tak nampak di hadapan sang direktur angkuh.

Tawaran Rania membuat Raka menemukan cara untuk mengerjai gadis itu. Sebenarnya, Raka tak sakit kepala atau apapun itu. Ia hanya memikirkan cara untuk menghindari pertanyaan konyol dan menjebak yang dilontarkan oleh Rania.

“Karena kamu sudah menawarkan diri untuk membantu, maka tak sopan jika aku menolaknya. Bukankah begitu Nona Rania?” Raka bertanya balik. Pria ini seakan menemukan cara untuk membuat Rania tak nyaman.

Raka tersenyum menyeringai sambil melirik wajah Rania diam-diam.

“Oh.....i...iya, tentu saja Tuan Raka!Aku bukanlah wanita pemalas. Aku akan menuruti semua perintah yang di berikan oleh atasanku.” Jawab Rania. Gadis ini tak sadar dengan apa yang dia ucapkan barusan. Ia sudah terlanjur menawarkan bantuan, tak mungkin Rania menarik kembali ucapannya lagi. Jika hal itu terjadi, maka Tuan Raka akan menilainya sebagai orang yang tak punya komitmen dan juga tak bisa memegang perkataan sendiri.

Raka tersenyum biasa. Ia tak ingin terlalu menampak-kan wajah senangnya pada Rania.

“Wanita ini begitu polos. Mengapa ia berjanji tanpa memikirkan dulu akibatnya nanti?Bukankah dia yang telah memasang perangkapnya sendiri?Aku benar-benar puas dengan pilihannya yang sangat tepat!Aku tak perlu bersusah payah memikirkan caranya. Dia sendiri yang mencarikanku ide secemerlang ini. Benar-benar gadis yang payah!” batin Raka merasa menang.

“Benarkah demikian, dengan apa yang kamu ucapkan barusan?Sebagai wanita pekerja keras dan pemberani, pantang sekali untuk mengingkari janji, bukan begitu Nona Rania?” tambah Raka.

Jelas saja Rania sedang dipermainkan oleh Raka. Drama yang ia buat sendiri, kini harus diselesaikan hingga akhir. Rania baru sadar dengan ucapannya tadi.

“Mengapa aku begitu bodoh?!Kenapa juga aku harus mengucapkan sesuatu yang tak masuk akal?Aku benar-benar sangat bodoh!Aku yang akan masuk perangkapku sendiri!Bukankah ini sangat memalukan?Pasti ia akan menggunakan kesempatan ini untuk memanfaatkanku!” batin Rania sadar.

“Mengapa dengan wajahmu,Nona Rania?Apa kamu sakit?Nona jangan sakit dulu, tugasmu belum selesai untuk mengurusku!” Raka dengan senyuman menyeringai.

“Tidak, Tuan Raka. Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa tak pantas jika melakukan sesuatu hal untuk seseorang yang penting seperti anda. Apalagi tugasku hanya seorang OB di dalam perusahaan sebesar ini. Apa Tuan tak khawatir mengenai reputasi yang sudah dibangun sejak dulu?Jika Tuan terlihat sering bersamaku, maka pegawai lain akan membicarakan anda, bukankah itu sangat memalukan?” Rania mencari alasan.

Perkataan Rania ada benarnya juga. Raka tak ingin reputasinya hancur seketika hanya karena terlihat bersama dengan seorang OB seperti Rania. 

“Mengapa ia sangat mengkhawatirkan tentang reputasiku?Bukankah itu hal yang diinginkannya jika melihatku jatuh?Aku sangat curiga,pasti ia memiliki rencananya sendiri!” batin Raka curiga.

Walaupun demikian, Raka tetap saja tak mengurungkan niat awalnya. 

“Siapa juga yang akan membicarakan tentang kita?Mereka semua tahu tentang seleraku!Tak mungkin aku mengencani wanita yang penampilannya sangat kolot sepertimu!Lihatlah dirimu itu!Dari rambut sampai ujung kaki, tak ada yang terlihat menarik!” Raka dengan nada sinisnya.

“Benar-benar sangat keterlaluan!Pria ini begitu sombong!Dia fikir dirinya sangat tampan dan sempurna, melihat wajahnya saja, aku ingin muntah!” batin Rania kesal.

“Kenapa denganmu?Apa permintaanku sangat sulit?Jika memang tak bisa, silahkan keluar dari perusahaan ini tanpa hormat!Aku fikir kamu  orang yang tak mudah menyerah, tapi apa kenyataan-nya?Semua dugaanku salah!” tambah Raka.

Pria ini sangat pandai mengatur kata-katanya untuk membuat Rania terpojok dengan ulahnya sendiri. Prinsip yang sejak dulu dibangun, kini tak ada artinya hanya karena ucapan Raka yang spontan itu.

“Siapa bilang aku menyerah?Aku tak akan menarik kembali ucapanku!Tenang saja, aku akan melakukan sesuai dengan ucapanku tadi!Tuan Raka tak perlu khawatir tentang hal ini!Aku bukanlah orang yang mudah merubah dengan cepat atas pendirianku.” Jawab Rania datar.

“Baguslah, kalau begitu. Berarti karyawan baru seperti anda, perlu dipertimbagkan untuk tetap bekerja disini lebih lama.” Raka memuji.

Kejadian ini seakan diluar dugaan Rania. Raka tak terlihat kesal seperti biasanya. Wajah yang selalu terlihat menakutkan, kini berubah menjadi bersahabat.

Tak lama kemudian,lift telah berjalan seperti biasa. Mereka sudah se-jam lebih terkurung di dalamnya. Banyak kejadian yang mereka alami dan sampai akhirnya, Rania setuju untuk menuruti semua perintah dari sang direktur.

“Liftnya sudah jalan. Rasanya sangat lelah terkurung di dalam selama se-jam lebih. Ayo cepat keluar!Kamu tak boleh mengerjakan tugas lain hari ini, selain mengikuti perintahku!” ucap Raka.

“Baik, Tuan.” Jawab Rania.

Mereka berdua akhirnya keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ruangan Raka. Langkah kaki Raka sangat panjang, sehingga Rania harus berlari kecil untuk bisa sejajar dengan sang direktur.

“Ayo cepat jalan!Kamu tak boleh bermalas-malasan!Jika aku terlambat meeting jam ini, maka gajimu akan ku-potong.” Jelas Raka.

“Tuan Raka, anda terlihat sangat perhitungan dengan karyawan miskin sepertiku. Gajiku tak seberapa, tapi anda ingin memotongnya. Sungguh bos yang pelit!” jawab Rania tanpa beban.

Langkah kaki Raka terhenti seketika karena ucapan Rania yang terdengar blak-blakan.

“Apa yang kau katakan barusan?Aku, pelit?Aku bukan pelit, jika semua karyawanku malas bekerja sepertimu, maka perusahaanku akan rugi besar dan bangkrut. Apa kamu paham?” jelas Raka yang menahan amarah.

“Maaf, Tuan.” Rania tertunduk.

“Sekarang kamu tak usah banyak bicara, kecuali aku yang menyuruhmu, paham!” perintah Raka.

Rania tak ingin membantah lagi. Jika bicara, maka permasalahan akan semakin melebar kemana-mana.

“Lihatlah dirimu!Apa kau akan menggunakan seragam kotor itu dan jalan di dekatku?Cepat ganti baju, lalu bersihkan dirimu!Aku akan menunggu di ruanganku dalam waktu lima belas menit dari sekarang!” Raka dengan tatapan tajam.

“Tapi aku tak punya baju lagi, Tuan. Dimana aku bisa mendapatkan baju dalam waktu lima belas menit?” ucap Rania dengan perasaan ragu.

“Dasar tak becus!Benar-benar gadis yang sangat merepotkan!” keluh Raka.

Tanpa bicara banyak, Raka mengeluarkan handphone dari saku celana-nya. Rupanya ia menelfon seseorang.

“Halo, cepat ke ruanganku sekarang!Aku butuh baju wanita untuk rapat!” perintah Raka.

Rania tak bicara sepatah katapun. Ia takut akan salah berucap. Apalagi melihat kondisi Raka yang masih terlihat kesal.

“Ayo masuk!Mengapa kamu hanya berdiam diri seperti patung disitu?Apa perlu ku gendong untuk masuk ke dalam ruanganku?” Raka menggoda.

“Maksud, Tuan?Apa aku terlihat seperti gadis kecil yang butuh bantuan darimu?Yang benar saja, Tuan.” Jawab Rania dengan wajah salah tingkah.

“Ada apa dengan wajahmu?Mengapa terlihat merah merona seperti itu?Apa kamu malu-malu?” tanya Raka yang masih senang menggoda.

“Tuan, jangan coba-coba bicara seperti itu!Memangnya kenapa aku harus malu-malu pada anda, Tuan Raka?” Jawab Rania. Arah pandangan-nya tak tentu arah.

“Sudahlah. Kau tak perlu malu untuk mengatakan yang sejujurnya. Aku bisa mengerti perasaanmu. Pasti, kamu merasa canggung dekat dengan pria tampan, pintar dan sempurna sepertiku, ia kan?Bukankah hari ini aku sangat baik padamu?Kau harus lebih menjaga sikap sebagai ungkapan rasa terima kasihmu atas kebaikanku hari ini!” ucap Raka. Pria ini melontarkan kata-kata dengan penuh rasa percaya diri.

“Mengapa ada pria yang suka memuji dirinya sendiri?Apa dia tak tahu malu mengatakan hal-hal yang sama sekali jauh dari kebenaran?Jiwa arogan dan narsistik-nya benar-benar sudah mengalir dalam dirinya!Sungguh membuat kesal saja. Baik apanya, hah?Bukankah hari ini, ia terlihat bagaikan singa buas yang kelaparan mencari mangsa?” batin Rania mengutuk.

Bagaimana kisah selanjutnya?

Penasaran?!!

Baca terus kisahnya hanya di GOOD N***L!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status