Share

Ms. Sugar & Mr. Ice
Ms. Sugar & Mr. Ice
Author: Venomimous

Bab 1 - Gadis Gula-Gula

Cherie berjongkok di atas kasur, memotret kakinya dengan kuku yang telah dipoles warna baby pink. Setelah puas mengambil beberapa sudut, ia lalu mengirimkan foto-foto tersebut ke kontak yang diberinya nama “Om Kaki”.

[Ini ya, Om!] Cherie mengirimkan foto itu bersama pesan dengan emoticon hati kepada Om Kaki.

Bukan, Om Kaki tentu saja bukan nama paman Cherie. Om Kaki adalah panggilan untuk sugar daddy-nya, yang setiap minggu muncul untuk memintanya mengirimkan foto kaki.

Sebagai mahasiswa sekaligus anak pertama dari keluarga kelas menengah ke bawah, tentu Cherie membawa beban yang berat di pundaknya. Mengingat statusnya yang masih berkuliah, opsi pekerjaan jadi sangat terbatas.

Dan menjadi sugar baby adalah opsi terakhir, sekaligus opsi pekerjaan satu-satunya yang bisa ia dapatkan dengan penghasilan yang lumayan. Dan kini sudah terpaut enam bulan ia berkutat di industri sugar dating. Mengais rejeki dengan mengencani pria kaya, termasuk menjual foto kaki seperti yang ia lakukan saat ini.

Gadis itu bergidik saat membaca respon balasan Om Kaki mengenai foto kakinya itu.

[Damn, It looks hot! Your feet are very beautiful, baby!]

Beberapa detik kemudian, pria itu mengirimkan bukti transfer senilai ratusan ribu rupiah sebagai imbalan atas foto yang dikirimkan tadi.

[Uang jajan buat baby karena udah jadi good girl-nya daddy.]

Dengan nada genit, gadis itu membalas dengan fitur pesan suara, “Awww! Thank you, daddy!” Katanya sambil mesam-mesem demi menciptakan efek suara yang manis.

Namun sepersekian detik setelah pesan itu terkirim, wajahnya kontan berubah datar. Ia pun melempar ponsel itu sambil meringis.

“Gila! Gini banget cari duit,” gumamnya sambil menghela nafas dan membanting punggungnya ke sandaran ranjang.

Bagaimanapun, dia lelah. Belum lagi kalau harus menebak apa yang bakal dilakukan Om Kaki pada kumpulan foto-foto kakinya itu. Membayangkannya saja membuatnya mual sendiri.

Terpejam dan nyaris terlelap, sayup Cherie mendengar suara langkah kaki mendekat, diikuti tawa cekikikan yang membahana sepanjang lorong kosan. Cherie tidak perlu menebak siapa yang datang. Itu pasti Jessica, temannya, yang kalau bicara, berisiknya ngalahin strobo pejabat.

Niat Cherie untuk tidur langsung musnah saat Jessi memasuki kamar dengan grasak-grusuk.

“Iya, Daddy-ku sayang. Aku suka, kok. Nanti malam langsung aku pakai, ya.” Ucap Jessi dengan nada genit pada lawan bicaranya di ujung telepon.

Siapapun di balik sambungan itu, tidak akan menyangka bagaimana kondisi Jessi sekarang. Cewek itu sedang membawa tiga tumpuk paket besar di tangan, dan menjepit ponsel di bahu. Tasnya juga segala nyangkut di gagang pintu.

Melihat Jessi yang tak berdaya itu, Cherie langsung mengambil inisiatif untuk membantu.

“Okay, Daddy. Kalau gitu, aku cobain dulu, ya. Iya, love you too. Papai,” Ucap Jessi, menyudahi percakapannya dengan sugar daddy-nya itu.

Kontras dengan nada bicaranya yang semula semanis madu, setelah sambungan dimatikan, Jessi berteriak di depan ponselnya.

“Dasar om-om menyusahkan! Kamu pikir bawa ginian nggak berat apa?!”

Merasa deja vu dengan apa yang dihadapinya dengan Om Kaki barusan, Cherie cuma bisa menepuk-nepuk bahu Jessi, berusaha menenangkan — walaupun sebenarnya pengen ngakak.

Cherie menelengkan dagu pada ketiga kotak yang ditumpuk di atas meja itu. “Nggak penasaran isinya? Buka, dong!”

Temannya itu menyambar tumpukan paket kiriman salah satu sugar daddy-nya. Tiga kotak besar itu diikat dengan pita merah. Cherie hanya menunggu di kasur dengan penasaran. Kira-kira apa lagi yang dikirimkan om itu kali ini.

Tiba-tiba saja, gadis itu terduduk lemas. Sambil menutup muka, Jessi mengeluh dengan bersungut-sungut,

“Om Burhan bangke! Bisa-bisanya minta aku cosplay jadi macan tutul!”

Penasaran, Cherie ikut melirik ke dalam kotak. Tanpa bisa di filter, tawa Cherie langsung nyembur. Bagaimana tidak?! Pasalnya, kostum yang terpampang di hadapan mereka itu bukanlah kostum ketat seksi atau bando kuping-kupingan macan yang imut, melainkan definisi nyata dari kostum BADUT!

Terdiri dari kepala, badan, kaki, tangan dan buntut yang terpisah, membentuk fursuit macan tutul betina seksi dengan ekspresi melet dan mata mengedip sebelah.

“INI FETISH JENIS APA LAGI, YA TUHAN?!!” jerit Jessi frustasi.

“Nggak sia-sia aku batal tidur siang, Jess. Puas banget aku ngetawain kamu,” ucap Cherie dengan sisa ngakak yang masih BRUTAL.

Setelah membantu Jessi membereskan kostum macan tutulnya dan ngakak part 3, Cherie pun pamit untuk pergi bekerja. Namun, kerja yang dimaksud kali ini bukan sebagai pelipur lara sugar daddy, melainkan sebagai barista di sebuah toko kopi.

Selain lumayan untuk menambah pemasukan, Cherie menggunakan pekerjaan ini sebagai kedok untuk menutupi profesinya sebagai sugar baby.

“Jess, pergi dulu, ya! Thank you buat tumpangan tidur siangnya.” Pamit Cherie pada pemilik kamar kos itu.

Namun, sebelum tangannya sukses mendarat di gagang pintu, tiba-tiba Jessi berseru, “Cher, tunggu!”

“Nanti malam ada callingan, jam 8 malam. Bisa?”

Mereka sama-sama tahu, “Callingan” yang dimaksud Jessi disini adalah panggilan kencan dengan sugar daddy.

“Yah, jelas nggak bisa. Shiftku selesai jam—”

“Masih ada seribu satu alasan untuk izin, Cher. Ini nggak bisa dilewatkan begitu saja. This is HUGE!”

Cherie bergidik. Pasalnya, Jessi tidak pernah menggunakan istilah “huge”, yang artinya SANGAT BESAR. Kalau kata itu keluar dari mulut Jessi, Cherie bisa pastikan itu bukan angka yang main-main.

“Berapa?” tanya Cherie penasaran.

“10 juta cuma untuk dinner! Gimana?!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status