Share

#5 Jalan Pulang

Di dalam bagasi, Malik menunggu momen dimana mobil yang ditumpangi menepi. Malik harus bersabar sembari mengumpulkan keberanian ia terus berdoa.

"Ya Tuhan semoga ada kesempatan untuk saya kabur". Lirih Malik berdoa.

Tak lama setelah itu terlihat lampu merah di persimpangan jalan, Malik bersiap-siap dengan segala keberaniannya ia mulai menarik pintu bagasi. 

"Krrek". Suara bagasi terbuka.

 Ketika sudah benar-benar berhenti Malik langsung meloncat.

"Gubrak". Suara Malik melompat ke atas aspal.

"Suara apaan tuh bro, coba lo periksa". Usul pria bertato macan kepada Dahlan.

Sejurus kemudian Dahlan keluar dan melihat bagasi mobil terbuka dan Malik sudah hilang ntah kemana.

"Bro Malik kabur". Teriak Dahlan diikuti langkah kaki gengnya terkejut.

Di seberang jalan Malik bersembunyi di semak belukar ilalang sembari menahan rasa sakit di tubuhnya.

"Ayo kita cari". Sahut Dahlan kepada gengnya.

"Lo sebelah kanan, lo sebelah kiri, gua tengah". Usul pria bertato macan.

Tak lama kemudian Dahlan dan gengnya mencari Malik di sekitar lokasi mereka berhenti.

Dengan masing-masing membawa senjata tajam di tangan, mereka tak segan-segan menebaskan setiap inci tempat yang mereka curigai.

"Bro sini, gua nemu bercak darah". Teriak salah satu dari mereka diikuti yang lain mendekat.

Di antara mereka ada yang menjilat darah itu.

"Darahnya masih seger bro, pasti orangnya ga jauh dari sini". Tutur pria berambut panjang.

Para penjahat semakin beringas dan bersemangat mencari Malik, dari yang tadinya berpencar sekarang mereka putuskan untuk mencari Malik beramai-ramai. 

"Waduh gimana ini, sebentar lagi mungkin saya akan ketahuan". Malik mulai kehilangan ide.

Di tengah kebuntuan itu terlihat mobil pick up berisi sayur-sayuran mulai menepi.

Melihat kesempatan itu Malik langsung berlari tertatih-tatih ke arah belakang mobil. Dengan susah payah menaikinya.

"Alhamdulillah". Ucap Malik ketika sudah sampai di atas mobil pick up itu.

Akhirnya Malik berhasil lolos dari kejaran para penjahat bengis itu.

Kini Malik sudah berada di atas mobil yang ntah akan membawanya, yang saat itu Malik pikirkan hanya pergi sejauh mungkin dari penjahat bengis tak berperasaan itu. 

Di sepanjang jalan Malik terus memikirkan hal ihwal keadaan Salima yang ia tinggalkan di mobilnya. 

"Maafkan aku Salima karena membuatkmu khawatir". Lirih Malik memikirkan Salima.

Tak terasa Malik mulai mengantuk.

"Huuaap". Malik menguap menahan kantuk, sejurus kemudian ia sudah berada dalam alam mimpi.

Sepoy-sepoy angin sore hari memang tak ada duanya, udara sejuk bercampur hangatnya mentari yang kian redup menambah pulas Malik tertidur.

Tak lama kemudian mobil yang ia tumpangi menepi di sebuah pasar tradisional. Satu persatu barang bawaan diangkut ke atas rak dagangan. 

"Astaghfirullah pak ada mayat". Suara gadis pengangkut barang memanggil ayahnya.

"Jangan bercanda neng ga mungkin ada mayat di mobil bapak orang bapak dagangnya sayuran bukan mayat orang". Sahut bapak berpeci hitam.

"Eh si bapak di bilangin ngeyel, ini geh liat sendiri".

Bapaknya masih tak percaya dengan perkataan anaknya dan kemudian mendekati mobil untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Astaghfirullah neng waduh bahaya bapak ga mau dipenjara". Ucap bapak berpeci hitam histeris.

"Yah ga mungkin lah pak, bapak kan ga bunuh orang ini". Sahut anaknya.

"Iya neng emang bapak ga ngbunuh ini orang, tapi kan mayatnya ada di mobil bapak, yah pasti yang disalahin yang punya mobil". Ucap bapak dengan cemas sembari mengusap keringat dingin yang kian mengucur membasahi pipi.

"Bener juga yah pak, gimana kalo kita kubur aja sekarang, mumpung belum ada yang tau". Usul sang anak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status