Share

#5 Pelarian

Waktu terus berputar dari siang kembali malam, hari masih berlanjut hingga tuhan berkata cukup.

Di tempat lain, Malik tak sadarkan diri, sekujur tubuhnya penuh luka, terikat tangan dan kakinya ia terus mengerang kesakitan.

"Rasakan itu bajingan, kamu akan kita siksa sampe mampus, cuih". Gertak Dahlan sembari meludahi muka Malik. 

"Kita buang saja nih orang bro". Usul pria berambut panjang.

"Mending kita jual saja organ dalamnya, kan lumayan tuh buat beli sabu lagi, yah kan". Usul pria lain bertato macan di tangannya.

"Boleh juga usul lo bro". Sahut Dahlan menyetujui saran itu .

Perlahan tali yang mengikat Malik dilepaskan satu persatu, pertama dari tangan kemudian kaki. Malik masih tak sadarkan diri. 

Ketika semua tali terlepas, Malik dimasukan kedalam karung besar bekas tepung terigu kemudian di taruh di bagasi dan dibawa entah kemana.

"Aku dimana ini". Lirih Malik setengah sadar. 

"Uhuk-uhuk". Batuk Malik karena susah bernafas. 

Hampir seluruh tubuh Malik berselimut tepung, ia kesulitan melihat, bernafas bahkan bergerak. 

 Dalam kesulitan itu Malik teringat wajah Salima yang sudah pasti mengkhawatirkannya.

"Semoga kamu baik-baik saja Sal". Ucap Malik khawatir.

"Aku harus keluar dari sini secepatnya". Malik berusaha membuka tali yang mengikat tangannya.

Dengan usaha ekstra keras bahkan membuat tangannya lecet Malik berusaha melepaskan diri. Ia kemudian teringat bahwa dalam saku celananya terdapat rokok dan korek api. 

Ia menggapainya, segera ia nyalakan korek itu hingga tali yang mengikatnya mulai terbakar dan sekali lagi Malik harus menahan rasa sakit. 

"Rrrrrr". Erang Malik menggigit lengan untuk menahan rasa sakit.

Perlahan namun pasti, tali yang mengekangnya mulai kendor. Dengan kesempatan itu Malik menghentakkannya begitu keras, akhirnya dapat lepas dari tali kekangan itu.

Sejenak Malik istirahat, mengatur kembali nafasnya yang kian memburu. 

Mengumpulkan tenaga untuk kembali berusaha meloloskan diri. Kemudian Malik melepaskan tali yang mengikat kakinya. Setelah semua lepas ia membakar karung itu namun tak mudah karena sebagian besar lapisan dalam karung terselimuti tepung. 

Malik tak menyerah, ia mencari cara lain. Malik berpikir sejenak.

Ia merogoh ke semua saku mencari alat yang bisa membantunya untuk meloloskan diri. Namun ia tak menemukan apa-apa. 

Ketika ia meraba pinggang, ia menyentuh sabuk. Tanpa pikir panjang ia langsung menemukan ide.

Malik lepas sabuk dari pinggangnya. Menggunakan pinggiran sabuk yang tajam sebagai pisau darurat.

Perlahan Malik gesekan pinggiran sabuk itu.

"Astaghfirullah susah amat". Gerutu Malik sembari mengatur nafasnya.

Keajaiban pun terlihat, gesekan pinggiran sabuk itu mulai ada hasilnya. Karung yang begitu tebal akhirnya sedikit demi sedikit terkoyak membentuk lubang kecil. Malik semakin semangat menggosokkannya. Dari hanya muat jemari hingga muat tangannya.

Malik terus menggosok hingga seluruh tubuhnya dapat keluar. Setelah hampir satu jam lamanya, Malik bisa meloloskan diri. 

"Alhamdulillah akhirnya keluar juga". Ucap Malik.

"Suara apa itu bro". Salah satu penjahat itu mendengar suara Malik.

"Suara apaan bro". Sahut Dahlan.

"Tadi gua dengar ada orang ngomong di belakang, lo denger ga". Tutur pria berambut panjang.

"Gua ga denger apa-apa bro, mungkin itu halusinasi lo kali". Jawab Dahlan.

"Mungkin juga yh tadi kan kita habis minum-minum bisa saja efeknya masih gua rasa". Sahut pria berambut panjang sembari menyetir mobil itu.

Mereka pun kemudian hening kembali. Malik di bagasi bisa bernafas lega. 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status