Share

Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi
Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi
Author: Yusi

Bab 1

Author: Yusi
Hal pertama yang dilakukan Lily Ginanjar setelah menghadiri pemakaman kakak laki-laki Yoga Ferdian, adalah mengajukan gugatan cerai pada suaminya, yang sudah menikahinya selama tiga tahun.

Alasannya adalah karena semua orang di Keluarga Ferdian menuntut Yoga meneruskan garis keturunan dua keluarga sekaligus, yaitu memberikan keturunan bagi kakaknya yang baru saja meninggal.

"Lily, orang tuaku mengancam akan gantung diri dan mogok makan untuk memaksaku melakukan ini. Aku nggak punya pilihan. Lagi pula, aku dan kakak iparku cuma akan menjalani program bayi tabung. Nggak akan terjadi apa-apa. Kenapa kamu begitu ngotot mengajukan gugatan cerai?"

Mendengar kata-kata Yoga, Lily pun memejamkan matanya. Hatinya terasa seperti ditusuk. Air mata yang sudah lama ditahannya, akhirnya jatuh juga. "Yoga, kita ini suami istri. Apa kamu nggak merasa kalau semua ini benar-benar konyol?"

Pria yang dicintainya, akan memiliki anak dengan wanita lain. Betapa konyolnya itu!

Melihat Lily menangis, Yoga pun merasa panik untuk sesaat. Tepat di saat Yoga hendak angkat bicara untuk menghibur Lily, ponselnya tiba-tiba saja berdering.

Baru saja menjawab panggilan itu, sebelum Yoga bisa bersuara, sudah terlebih dahulu terdengar suara tajam dari ujung telepon. "Yoga, cepat pulang! Kakak iparmu menelan sebotol pil tidur dan mencoba bunuh diri!"

"Apa?!"

Setelah menutup telepon, sebelum Lily bisa memahami apa yang terjadi, mobil sudah berhenti di pinggir jalan.

Yoga terlihat cemas. "Lily, pergilah dulu ke area istirahat dan tunggu aku di sana. Aku pergi sebentar dan akan segera kembali."

Lily menatap hujan deras di luar dan tetap diam tak bergerak. Detik berikutnya, Yoga buru-buru membuka sabuk pengaman dan mendorong Lily keluar dari mobil. "Lily, ngambek sekalipun juga harus tahu waktu. Ini masalah hidup dan mati. Kenapa kamu selalu egois?"

Lily kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam genangan lumpur. Seluruh pakaiannya basah kuyup.

Menyaksikan bagian belakang mobil yang menjauh, hati Lily terasa seperti dipanggang di atas api yang membara. Seketika, Lily teringat masa lalu saat Yoga pernah tiga kali menyelamatkan dirinya dari bahaya.

Yang pertama kalinya, ketika Lily digosipkan mesum di sekolah dan dihujat oleh semua orang. Yoga berhasil melacak pelakunya dan membersihkan nama Lily.

Yang kedua kalinya, ketika Lily menyewa apartemen dan hampir dilecehkan oleh pemilik apartemen yang kejam. Yoga datang memukul habis-habisan si pelaku, lalu membantu Lily pindah malam itu juga.

Yang ketiga kalinya, saat musim hujan, Lily bertemu penderita gangguan jiwa dan diceburkan ke danau. Saat Lily hampir meregang nyawa, Yoga-lah yang terjun ke danau dan menyelamatkannya.

Semua orang tahu, jika Lily adalah nyawa Yoga.

Dari pacar hingga menjadi istri, Lily selalu percaya jika mereka akan seperti ini selamanya. Namun kini, pernikahan baru berjalan tiga tahun, kenapa bisa menjadi seperti ini…

Lily berjalan di trotoar, di tengah hujan deras yang mengguyur. Pakaiannya yang basah kuyup oleh lumpur terus meneteskan air. Rambutnya yang tadinya diikat, kini berantakan dan menempel di leher. Sementara itu, tumit kakinya sudah penuh luka karena tergesek sepatu hak tinggi.

Dini hari, barulah Lily sampai di rumah.

Tepat di saat Lily hendak membuka pintu, dia mendengar Yoga sedang menelepon.

"Kak Yoga, apa kamu benar-benar mau melakukan program bayi tabung bersama Kak Nadine? Impianmu dari kecil akhirnya sekarang terwujud juga, hahaha."

"Benar, Kak Yoga. Dari kecil, kamu sudah menyukai Kak Nadine. Sayangnya, Kak Nadine menyukai kakakmu. Kami semua mengira kamu nggak bakal punya kesempatan dalam hidup ini. Tapi, ternyata nggak begitu. Ngapain pakai program bayi tabung? Sekalian saja, jadikan kepura-puraan ini sungguhan."

"Diam!" Yoga memotong ucapan mereka. Matanya dipenuhi kelembutan. "Kak Nadine sedang sedih. Jangan bicara sembarangan yang bisa menyakitinya."

"Tapi... kalau aku dan Kak Nadine punya anak nanti, semoga anak itu lebih mirip dia."

"Hahaha." Suara tawa riuh langsung meledak dari ujung telepon. "Kalau dari awal tahu hasilnya begini, untuk apa Kak Yoga repot-repot merancang gosip mesum di sekolah, drama pemilik apartemen yang jahat dan skenario orang gila hanya untuk menipu Lily agar masuk perangkap? Mana mungkin pengganti bisa lebih memikat dari yang asli?"

Tiba-tiba saja, Lily merasa seluruh dunia berputar. Dia mencengkeram gagang pintu erat-erat, berusaha sekuat tenaga agar tubuhnya tidak roboh.

Ternyata, semuanya seperti itu… Ternyata begitu…

Pantas saja, setelah teman sekelas yang menyebarkan gosip mesum itu minta maaf, Lily langsung mendengar kabar ada orang kaya yang membiayai dia untuk belajar di luar negeri.

Pantas saja setelah pemilik apartemen yang jahat itu dipukuli, dia bukan hanya tidak melapor ke polisi, tetapi malah dengan patuh mengembalikan uang deposit dan uang sewa apartemen.

Pantas saja, ketika Lily diselamatkan Yoga dari danau, tidak ada satu pun berita di media sosial yang mengumumkan kejadian tersebut.

Pantas saja, ketika pertama kali bertemu dengannya, semua anggota Keluarga Ferdian mengatakan Lily mirip dengan Nadine Baskoro. Bahkan, mereka juga mengatakan selera anggota Keluarga Ferdian itu hampir sama.

Ternyata, semua itu sudah direncanakan oleh Yoga.

Hati Lily terasa seperti dicengkeram erat oleh sebuah tangan. Sakitnya membuat Lily sulit bernapas dan air mata pun menetes satu per satu tanpa bisa dikendalikan.

Ponsel di tangan Lily tiba-tiba berdering.

Lily pun berjalan ke samping dan menjawabnya seperti mesin, "Lily, apa kamu nggak mau mempertimbangkan lagi maestro ukiran kayu yang kurekomendasikan? Itu pasti pilihan yang tepat. Tujuh hari lagi, batas waktu terakhir untuk mempertimbangkannya. Kamu begitu berbakat, kenapa tidak mau memanfaatkannya? Aku…"

Mendengarkan kata-kata gurunya, Lily menatap pintu yang tak jauh di depannya, lalu perlahan mengusap air mata di ujung matanya dengan jarinya.

"Pak Hendra, tolong jangan katakan apa-apa lagi. Aku akan pergi."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 24

    Setelah keluar dari rumah sakit, Yoga kembali menemui Lily. Melihat penolakan di mata Lily, Yoga pun buru-buru angkat bicara."Aku datang mencarimu kali ini karena ingin mengurus akta cerai bersama."Meskipun mereka sudah menandatangani surat perjanjian cerai, akta cerai resminya belum sempat mereka tanda tangan bersama.Secara hukum, mereka masih suami istri.Lily tidak menyangka Alex akan menyinggung masalah ini terlebih dahulu. Lily pun terkejut dan mengangkat kepalanya.Lily masih memikirkan kapan harus membicarakan masalah itu dengan Yoga. Namun, Lily tidak menyangka bahwa justru Yoga yang mengawali pembicaraan.Yoga merasakan tatapan Lily dan memalingkan wajahnya. Mata berkaca-kaca. "Lily, jangan melihatku. Aku takut, aku akan menyesal."Hanya Yoga yang tahu betapa sulitnya mengambil keputusan ini."Baiklah," jawab Lily.Di bulan Desember, hujan deras sudah mulai turun di dalam negeri. Lily langsung menghela napas lega, begitu selesai menandatangani namanya.Mereka berdua berjala

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 23

    Setelah menerima telepon tadi malam, Alex terus bertanya-tanya apa yang akan dikatakan Yoga kepadanya. Kini, setelah mendengar kalimat pertama yang diucapkan Yoga, Alex pun langsung tertawa.Alex perlahan mengangkat pandangannya. "Yoga, sebenarnya kamu menganggap Lily itu sebagai apa?"Yoga menjawab dengan santai, "Tentu saja sebagai istri.""Tampaknya di mata Pak Yoga, seorang istri adalah sesuatu yang bisa ditukar sesuka hati. Mengenai hal ini, maaf-maaf saja, aku nggak sependapat. Di mataku, Lily itu nggak ternilai harganya. Nggak ada satu hal pun yang bisa ditukar dengannya."Sambil membawa gelas kopinya. Alex menyesapnya sedikit, lalu berkata, "Kalau Pak Yoga nggak ada urusan lain, aku pamit dulu.""Lily suka sarapan buatanku. Sekarang, aku harus pulang untuk membuatkan sarapan.""Kalian tinggal bersama?"Yoga menatap Alex dengan mata penuh amarah. Tiba-tiba dia berdiri dan menarik kerah baju Alex. "Aku akan membunuhmu."Saat tinju Yoga hendak mendarat, pintu di luar tiba-tiba ter

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 22

    Wajah Yoga langsung memucat mendengar kata-kata Lily.Selama bertahun-tahun ini, ternyata dia tidak tahu jika Lily sebenarnya tidak alergi terhadap mangga. Hanya karena dirinya tidak menyukainya, Lily pun ikut-ikutan tidak memakannya.Lily menyantap kue mangga itu suap demi suap dan merasakan manisnya di mulutnya. Sudut matanya sedikit melengkung membentuk senyum saat dia memandang ke arah Alex di sampingnya. "Kue mangga ini benar-benar enak."Alex menunduk dan tersenyum penuh kasih. "Kalau enak, makanlah lebih banyak."Lily memandangi kue-kue lain di atas meja dengan sedikit bingung. "Tapi yang lain juga kelihatannya sangat enak."Lily ingin mencoba semuanya.Alex tanpa ragu mengambilkan masing-masing jenis kue untuk Lily, satu potong setiap jenisnya. Melihat piringnya yang kini penuh dengan berbagai kue, mata Lily pun membelalak. "Nanti aku jadi gemuk."Alex tertawa pelan, "Nggak akan."Lily menatap kue di tangannya dengan ragu. "Kalau begitu, aku makan sedikit saja, ya?""Oke," jawa

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 21

    Di ruang perjamuan, seseorang merangkul bahu Yoga. "Kak Yoga, kenapa kamu terlihat seperti ini? Bukankah kamu sudah menemukan istrimu? Kenapa masih terlihat nggak senang?"Wajah Yoga tetap muram. Dia menoleh dan melihat orang di sampingnya. "Kalau seseorang melakukan kesalahan, bagaimana caranya dia bisa memperbaiki kesalahannya untuk menebus diri?"Mendengar pertanyaan Yoga, orang-orang di dekatnya itu pun tertawa dan menatap Yoga dengan geli. "Kak Yoga, nggak nyangka kalau ternyata kamu juga mengalami hari seperti ini. Kenapa? Istrimu nggak mau ikut kamu pulang?""Kak Yoga, aku kasih saran padamu. Kamu harus lebih tegas. Langsung saja ikat istrimu dan bawa pulang. Lalu... waduh."Yoga mengerutkan kening mendengar seruan tiba-tiba dari orang di sebelahnya. Tepat di saat dia hendak angkat bicara, Yoga mendengar orang di sebelahnya berseru kaget, "Bukankah itu Kak Lily?"Yoga cepat-cepat menoleh. Ketika melihat orang yang masuk dari pintu, dia langsung terdiam di tempat.Lily mengenakan

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 20

    Lily menunduk, menatap tangan yang sedang menggenggam pergelangan tangannya.Tangan ini, dahulu pernah digenggamnya berkali-kali. Tiap kali itu terjadi, hati Lily selalu dipenuhi kebahagiaan.Namun, kini yang tersisa di hati Lily hanyalah rasa mual.Lily mengangkat tangannya dan tanpa ragu menepis tangan itu. "Pak Yoga, tolong jaga sikap."Yoga yang mendengar panggilan itu, langsung merasa tubuhnya lemah. Dia bahkan tidak mampu berdiri tegak. Yoga pun berkata dengan nada putus asa, "Lily, kamu masih mau menjaga di sisi ranjangku, itu pasti karena kamu masih mencintaiku, 'kan? Semua masalah yang terjadi karena kesalahanku. Aku akan berubah. Sungguh, aku akan berubah.""Kamu nggak suka Nadine, 'kan? Mulai sekarang, dia nggak akan pernah lagi muncul di hadapanmu, oke?"Yoga menatap Lily dengan penuh kerinduan, berharap Lily akan mencintainya seperti sebelumnya.Lily menundukkan pandangannya saat mendengarkan kata-kata Yoga. "Yoga, kapan kamu akan mengerti kalau orang yang benar-benar ngga

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 19

    Mendengar Lily menyebut Keluarga Ferdian dan Nadine, Yoga merasa seakan-akan ada sesuatu yang mencabik-cabik hatinya. Dengan panik, dia pun maju selangkah."Lily, aku tahu Keluarga Ferdian dan aku sudah banyak berutang padamu. Aku bersumpah, aku akan menebus semuanya dengan baik. Aku benar-benar akan menebus kesalahan itu. Aku nggak bisa hidup tanpamu."Suara Yoga bergetar dan dia menatap Lily dengan penuh kerinduan.Mendengar ucapan Yoga, Lily pun tersenyum sinis. "Yoga, apa karena terlalu lama bermain sandiwara, kamu sendiri jadi percaya kalau itu nyata?"Selama berhari-hari, kata-kata Yoga terus bergema di telinga Lily.Lily tidak pernah melupakannya sedetik pun.Lily mencemooh dirinya sendiri. "Orang yang kamu cintai itu Nadine. Selama enam tahun terakhir, aku terlalu percaya diri sampai-sampai mengira kamu benar-benar mencintaiku. Sekarang, dia kehilangan suaminya dan kamu kehilangan istrimu. Akhirnya kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan.""Nggak, bukan begitu."Jari-jari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status