Short
Bayangan Pengantin yang Terlupakan

Bayangan Pengantin yang Terlupakan

โดย:  Seliจบแล้ว
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10บท
14views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Ronan Leach adalah CEO Grup Leach, menempati peringkat ketiga dalam daftar Forbis. Aku dan dia saling mencintai selama lima tahun dan tinggal bersama selama tiga tahun. Ronan berkata mencintaiku sampai rela mengorbankan nyawanya, tetapi dia tidak pernah memberiku status sebagai istrinya. Selama tiga tahun hidup bersama, Ronan telah mengkhianatiku tiga kali, dan tiga kali mendorongku ke dalam neraka. Pertama, Ronan diam-diam menikahi janda sahabatnya tanpa sepengetahuanku, lalu berlutut di hadapanku sambil menangis dan memohon agar aku percaya, bahwa itu hanyalah bentuk perlindungan. Kedua, di hadapan sorotan media dan ribuan pasang mata, Ronan menggandeng tangan wanita itu dan mengumumkannya sebagai Nyonya Grup Leach, Nyonya Besar Keluarga Leach. Namun, di belakang panggung, Ronan menggenggam tanganku erat-erat dan bersumpah pelan, begitu semua berakhir, dia akan segera menikahiku. Ketiga, Ronan bermesraan dengannya semalaman hingga membuat wanita itu hamil. Aku baru tahu kenyataannya ketika melihat mereka datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kandungan Atas nama cinta, segalanya berubah menjadi pisau paling tajam. Aku berkali-kali memaafkannya, tetapi Ronan berkali-kali mengkhianatiku. Akhirnya, aku berbalik pergi, membawa alat uji kehamilan yang menunjukkan hasil positif di dalam saku. Anak yang paling dinantikannya. Saat itu, barulah Ronan berlutut dalam penyesalan dan keputusasaan, berteriak sekuat tenaga memanggil namaku... Kali ini, yang hilang darinya bukan hanya aku, tetapi juga pewaris yang tidak pernah diketahuinya!

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Bab 1

Di depan pintu poli kandungan rumah sakit, aku menggenggam erat alat uji kehamilan yang menunjukkan hasil positif di dalam saku. Aku melihat suamiku menemani wanita lain melakukan pemeriksaan kandungan. Aku ingin meminta penjelasan darinya, tetapi Sophie Gray tiba-tiba menjerit sambil memegangi perutnya.

"Ronan, perutku sakit sekali!"

Ronan refleks mendorongku ke samping, lalu berbalik dan memeluk wanita itu.

Aku terdorong hingga terhuyung dan membentur dinding. Rasa sakit menusuk dari punggungku, mataku pun langsung memanas.

Namun, Ronan hanya mengkhawatirkan keadaan Sophie.

"Ada apa? Perutmu sakit? Aku akan segera membawamu ke dokter."

Ronan menggendong Sophie dengan cemas. Saat melewatiku, dia seakan baru teringat aku masih berdiri di sana dan buru-buru menjelaskan.

"Mollie, Sophie lagi nggak enak badan. Aku harus segera membawanya menemui dokter. Kamu pulang sendiri dulu, ya?"

Aku hanya menatapnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku mengangguk pelan dan diam-diam menyingkir memberi jalan.

Ronan menggendong Sophie dan berjalan melewatiku tanpa sedikit pun keraguan.

Aku berdiri sendirian di lorong dan bersandar pada dinding. Menatap punggung mereka yang perlahan menjauh, air mataku pun mengalir deras.

Rasa sakit di punggung menembus tulang, tetapi tidak sebanding dengan perih di hati.

Aku menghapus air mataku, lalu tersenyum getir.

Hari ini, aku datang ke rumah sakit untuk memastikan kabar kehamilanku, lalu memberitahunya.

Namun, kini, aku tidak ingin mengatakannya lagi.

Ini adalah pengkhianatannya yang ketiga, sekaligus yang terakhir. Aku tidak ingin lagi mendengar alasannya, apalagi memberinya maaf.

Aku keluar dari rumah sakit dan naik ke mobil yang dikirim Keluarga Leach untuk menjemputku. Setelah menutup pintu, aku bersandar di jok belakang, menatap pintu utama rumah sakit dengan hati yang membeku.

Sopir bertanya hendak ke mana. Aku terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara dingin.

"Jangan kembali ke vila. Antar aku ke kantor imigrasi."

Setibanya di sana, aku masuk sendirian untuk mengurus paspor serta permohonan visa ke Negara A.

Visa baru bisa diterima dalam tujuh hari. Setelah keluar dari gedung, aku kembali naik ke mobil, menatap pemandangan yang bergerak di luar jendela dengan hati yang tenang.

Tujuh hari lagi, setelah visa keluar, aku akan memutus semua hubungan dengan Ronan.

Saat kembali ke Vila Keluarga Leach, aku masuk ke kamar tidur, menutup pintu, dan mulai berkemas.

Hadiah pemberian Ronan begitu banyak dan hampir memenuhi seluruh ruangan ini.

Mulai dari kalung dan perhiasan yang elegan, hingga tas dan boneka edisi terbatas dunia.

Semuanya kukeluarkan dari lemari dan kutaruh di atas tempat tidur, lalu kusatukan dalam sebuah kotak kardus besar.

Saat membereskan meja di samping tempat tidur, gerakanku terhenti.

Di dalam laci tersimpan foto-fotoku bersama Ronan, juga kerajinan tangan yang kami buat bersama, serta patung tanah liat yang kami bentuk berdua.

Itu semua adalah kenangan ketika kami saling mencintai, kenangan paling berharga yang pernah ada.

Namun, saat ini, aku bahkan tidak berani lagi menatapnya.

Dengan menahan air mata, aku mengeluarkan foto dari bingkainya, merobeknya menjadi serpihan kecil, lalu membuangnya ke tempat sampah. Patung tanah liat itu pun juga kumasukkan kembali ke dalam kotak. Semua barang kukumpulkan ke dalam kardus.

Baru saja selesai menutup kotak, terdengar suara dari lantai bawah.

Aku berjalan ke arah tangga dan melihat para pelayan memindahkan kotak besar maupun kecil ke ruang tamu, yang di dalamnya penuh dengan perhiasan.

Sophie duduk di sofa dan berpura-pura menolak.

"Ronan, mengapa kamu membelikanku begitu banyak barang? Aku nggak mungkin memakainya semua."

Ronan mengusap rambutnya dengan penuh kasih, lalu berkata lembut.

"Aku nggak kekurangan uang. Selama kamu menyukainya, sebanyak apa pun akan kubelikan."

Setelah mengatakannya, Ronan mendongak dan kebetulan melihatku berdiri di lantai dua.

Dia sempat tertegun, lalu refleks melepaskan Sophie dan buru-buru memberi penjelasan.

"Mollie, kamu sudah pulang. Sophie hari ini merasa kurang sehat, jadi aku menemaninya pulang. Jangan salah paham."

Aku memandangnya dengan tenang, tanpa berkata sepatah kata pun.

Wajahnya tampak panik, dia menambahkan lagi.

"Beberapa hari lagi ada lelang di Christie’s. Saat itu, aku akan mengajakmu ke sana. Kudengar ada kalung safir. Bukankah kamu paling menyukai perhiasan safir?"

Sophie bersandar dalam pelukan Ronan dengan lemah, lalu menguap sambil berkata.

"Ronan aku agak mengantuk, mungkin karena sedikit pusing setelah perjalanan tadi."

Ronan langsung terlihat cemas, dia dengan hati-hati menopang Sophie dan berkata dengan khawatir.

"Kalau begitu, sebaiknya kamu istirahat. Ayo, kupapah ke kamar."

Setelah mengatakannya, Ronan memapah Sophie menuju kamar tidur.

Aku menatap mereka dan hatiku kembali sakit.

Kamar pengantin itu kupilih bersama Ronan, bahkan tata ruang dan dekorasinya dibuat mengikuti seleraku.

Namun kini, kamar itu justru dihuni oleh wanita lain.

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

ไม่มีความคิดเห็น
10
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status