Share

Bab 3

Author: Yusi
Ketika Yoga kembali bersama Nadine, hari sudah malam. Melihat Lily yang sedang makan malam, tubuh Yoga pun menegang untuk sesaat.

Dahulu, tidak peduli selarut apa pun, Lily akan selalu bersikeras menunggu Yoga untuk makan bersama. Yoga sudah berkali-kali menasihatinya, tetapi Lily tetap saja menolak.

Kini, melihat Lily makan malam sendirian, Yoga pun merasa ada yang aneh di dalam hati. Saat hendak menghampirinya, seseorang di sampingnya menariknya kembali.

"Yoga, soal rencana perjalanan kita besok, perlukah kita memberi tahu Lily?"

Mendengar ucapan Nadine, Yoga pun langsung berkata, "Lily, dokter bilang beberapa hari ini suasana hati Kak Nadine sangat buruk. Itu bisa memengaruhi hasil bayi tabung. Dia butuh relaksasi. Kak Nadine suka menyelam. Ayo, kita pergi bersama besok."

Lily berdiri dan berjalan naik ke lantai atas. "Kalian saja yang pergi."

Dia tidak punya waktu untuk ikut-ikutan dalam sandiwara mereka.

Baru saja masuk kamar, Yoga langsung menyusul dan menarik tangan Lily dengan kasar. "Lily, aku tahu kamu keberatan soal program bayi tabung. Tapi, Kak Nadine itu nggak salah. Kenapa kamu harus marah padanya?"

Lily menunduk. Jari tangannya yang terbalut perban kembali mengeluarkan darah karena cengkeraman Yoga.

Dia hanya mengucapkan satu kalimat penolakan, tetapi Yoga sudah buru-buru membela wanita yang dicintainya. "Yoga, dia itu kakak iparmu. Istri yang terdaftar di buku nikah kakakmu."

Hanya karena satu kalimat itu saja, Yoga langsung bereaksi keras seperti kucing yang ekornya terinjak. Dia melepaskan tangan Lily dengan kasar. "Lily, hatimu benar-benar jahat. Aku sudah bilang itu program bayi tabung. Kami sama sekali nggak melakukan apa-apa. Nggak ada apa-apa."

"Orangtuaku cuma ingin meninggalkan keturunan untuk kakakku, supaya di masa depan ada yang mendoakannya dan agar dia nggak mati tanpa penerus. Aku nggak bisa diam melihat orangtuaku sekarat, atau melihat kakakku nggak punya anak. Kenapa kamu nggak bisa sedikit saja memahami posisiku?"

Lily tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap Yoga yang terus berusaha meyakinkan dirinya.

Akhirnya, karena merasa bersalah, Yoga pun melepaskan tangannya dan berbalik pergi.

Lily membuka perban di jarinya dan darah langsung mengucur deras.

Di masa lalu, ada goresan kecil di tangan Lily saja, Yoga akan langsung menyadarinya. Namun, sekarang, luka sebesar ini pun sama sekali tidak disadari Yoga.

Apa sebenarnya posisi Nadine di hati Yoga, sebagai kakak ipar atau lebih dari itu, mungkin hanya Yoga sendiri yang tahu.

Keesokan paginya, meski Lily menolak, Yoga tetap memaksanya naik ke mobil. Yoga dan Nadine duduk di kursi depan, meninggalkan Lily sendirian di bangku belakang.

Di dalam mobil, Yoga biasanya pendiam. Dahulu, saat Lily mengajaknya bicara, Yoga selalu menolak dengan alasan itu tidak aman saat menyetir.

Namun sekarang, Yoga dan Nadine tertawa, juga mengobrol bersama.

Di tepi pantai, keduanya sudah berganti baju selam dan masuk ke air.

Setengah jam kemudian, Nadine tiba-tiba muncul ke permukaan. "Lily, kamu nggak ikut menyelam?"

Lily menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku nggak bisa berenang."

"Oh, begitu…"

Tiba-tiba, Nadine meraih tangan Lily. "Lily, di dalam air sangat menyenangkan. Kamu sendirian di atas pasti sangat membosankan. Ayo ikut turun bersama."

Detik berikutnya, Nadine menarik Lily hingga terjatuh ke dalam air.

Lily terkejut. Refleks, dia mencoba meraih Nadine yang berada di sampingnya. Namun, ternyata Nadine sudah menghilang.

Gelombang air laut yang dingin mengalir deras, menutupi mulut dan hidung Lily. Tubuh Lily tidak bisa dikendalikan dan mulai tenggelam.

"Tolong, tolong. Yoga, Yoga."

Lily meronta-ronta mati-matian sambil berteriak. Dari kejauhan, tampak sosok yang dengan cepat berenang ke arahnya dengan wajah cemas. "Lily, jangan takut. Aku datang."

Detik berikutnya, terdengar suara lain yang dipenuhi rasa takut.

"Yoga, tolong aku. Huhuhu, kakiku kram."

Begitu mendengar suara itu, tubuh Yoga langsung berhenti di tempat dan menoleh ke arah lain.

Di tengah laut, Nadine tampak memukul-mukul permukaan laut dengan panik. Kakinya tidak bergerak dan tubuhnya perlahan-lahan tenggelam ke dalam air.

Dalam pandangan Lily yang makin kabur, Yoga tampak menoleh sekilas padanya. Setelah berpikir sesaat, Yoga pun lalu berbalik dan bergegas menghampiri Nadine.

Melihat punggung Yoga yang pergi tanpa ragu, kedua tangan Lily pun kehilangan tenaga. Tubuh Lily perlahan tenggelam. Lily memejamkan mata. Seulas senyum getir tersungging di bibirnya.

Sebenarnya, apa lagi yang masih dia harapkan?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 24

    Setelah keluar dari rumah sakit, Yoga kembali menemui Lily. Melihat penolakan di mata Lily, Yoga pun buru-buru angkat bicara."Aku datang mencarimu kali ini karena ingin mengurus akta cerai bersama."Meskipun mereka sudah menandatangani surat perjanjian cerai, akta cerai resminya belum sempat mereka tanda tangan bersama.Secara hukum, mereka masih suami istri.Lily tidak menyangka Alex akan menyinggung masalah ini terlebih dahulu. Lily pun terkejut dan mengangkat kepalanya.Lily masih memikirkan kapan harus membicarakan masalah itu dengan Yoga. Namun, Lily tidak menyangka bahwa justru Yoga yang mengawali pembicaraan.Yoga merasakan tatapan Lily dan memalingkan wajahnya. Mata berkaca-kaca. "Lily, jangan melihatku. Aku takut, aku akan menyesal."Hanya Yoga yang tahu betapa sulitnya mengambil keputusan ini."Baiklah," jawab Lily.Di bulan Desember, hujan deras sudah mulai turun di dalam negeri. Lily langsung menghela napas lega, begitu selesai menandatangani namanya.Mereka berdua berjala

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 23

    Setelah menerima telepon tadi malam, Alex terus bertanya-tanya apa yang akan dikatakan Yoga kepadanya. Kini, setelah mendengar kalimat pertama yang diucapkan Yoga, Alex pun langsung tertawa.Alex perlahan mengangkat pandangannya. "Yoga, sebenarnya kamu menganggap Lily itu sebagai apa?"Yoga menjawab dengan santai, "Tentu saja sebagai istri.""Tampaknya di mata Pak Yoga, seorang istri adalah sesuatu yang bisa ditukar sesuka hati. Mengenai hal ini, maaf-maaf saja, aku nggak sependapat. Di mataku, Lily itu nggak ternilai harganya. Nggak ada satu hal pun yang bisa ditukar dengannya."Sambil membawa gelas kopinya. Alex menyesapnya sedikit, lalu berkata, "Kalau Pak Yoga nggak ada urusan lain, aku pamit dulu.""Lily suka sarapan buatanku. Sekarang, aku harus pulang untuk membuatkan sarapan.""Kalian tinggal bersama?"Yoga menatap Alex dengan mata penuh amarah. Tiba-tiba dia berdiri dan menarik kerah baju Alex. "Aku akan membunuhmu."Saat tinju Yoga hendak mendarat, pintu di luar tiba-tiba ter

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 22

    Wajah Yoga langsung memucat mendengar kata-kata Lily.Selama bertahun-tahun ini, ternyata dia tidak tahu jika Lily sebenarnya tidak alergi terhadap mangga. Hanya karena dirinya tidak menyukainya, Lily pun ikut-ikutan tidak memakannya.Lily menyantap kue mangga itu suap demi suap dan merasakan manisnya di mulutnya. Sudut matanya sedikit melengkung membentuk senyum saat dia memandang ke arah Alex di sampingnya. "Kue mangga ini benar-benar enak."Alex menunduk dan tersenyum penuh kasih. "Kalau enak, makanlah lebih banyak."Lily memandangi kue-kue lain di atas meja dengan sedikit bingung. "Tapi yang lain juga kelihatannya sangat enak."Lily ingin mencoba semuanya.Alex tanpa ragu mengambilkan masing-masing jenis kue untuk Lily, satu potong setiap jenisnya. Melihat piringnya yang kini penuh dengan berbagai kue, mata Lily pun membelalak. "Nanti aku jadi gemuk."Alex tertawa pelan, "Nggak akan."Lily menatap kue di tangannya dengan ragu. "Kalau begitu, aku makan sedikit saja, ya?""Oke," jawa

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 21

    Di ruang perjamuan, seseorang merangkul bahu Yoga. "Kak Yoga, kenapa kamu terlihat seperti ini? Bukankah kamu sudah menemukan istrimu? Kenapa masih terlihat nggak senang?"Wajah Yoga tetap muram. Dia menoleh dan melihat orang di sampingnya. "Kalau seseorang melakukan kesalahan, bagaimana caranya dia bisa memperbaiki kesalahannya untuk menebus diri?"Mendengar pertanyaan Yoga, orang-orang di dekatnya itu pun tertawa dan menatap Yoga dengan geli. "Kak Yoga, nggak nyangka kalau ternyata kamu juga mengalami hari seperti ini. Kenapa? Istrimu nggak mau ikut kamu pulang?""Kak Yoga, aku kasih saran padamu. Kamu harus lebih tegas. Langsung saja ikat istrimu dan bawa pulang. Lalu... waduh."Yoga mengerutkan kening mendengar seruan tiba-tiba dari orang di sebelahnya. Tepat di saat dia hendak angkat bicara, Yoga mendengar orang di sebelahnya berseru kaget, "Bukankah itu Kak Lily?"Yoga cepat-cepat menoleh. Ketika melihat orang yang masuk dari pintu, dia langsung terdiam di tempat.Lily mengenakan

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 20

    Lily menunduk, menatap tangan yang sedang menggenggam pergelangan tangannya.Tangan ini, dahulu pernah digenggamnya berkali-kali. Tiap kali itu terjadi, hati Lily selalu dipenuhi kebahagiaan.Namun, kini yang tersisa di hati Lily hanyalah rasa mual.Lily mengangkat tangannya dan tanpa ragu menepis tangan itu. "Pak Yoga, tolong jaga sikap."Yoga yang mendengar panggilan itu, langsung merasa tubuhnya lemah. Dia bahkan tidak mampu berdiri tegak. Yoga pun berkata dengan nada putus asa, "Lily, kamu masih mau menjaga di sisi ranjangku, itu pasti karena kamu masih mencintaiku, 'kan? Semua masalah yang terjadi karena kesalahanku. Aku akan berubah. Sungguh, aku akan berubah.""Kamu nggak suka Nadine, 'kan? Mulai sekarang, dia nggak akan pernah lagi muncul di hadapanmu, oke?"Yoga menatap Lily dengan penuh kerinduan, berharap Lily akan mencintainya seperti sebelumnya.Lily menundukkan pandangannya saat mendengarkan kata-kata Yoga. "Yoga, kapan kamu akan mengerti kalau orang yang benar-benar ngga

  • Mulai Sekarang, Aku Tak Menanti Lagi   Bab 19

    Mendengar Lily menyebut Keluarga Ferdian dan Nadine, Yoga merasa seakan-akan ada sesuatu yang mencabik-cabik hatinya. Dengan panik, dia pun maju selangkah."Lily, aku tahu Keluarga Ferdian dan aku sudah banyak berutang padamu. Aku bersumpah, aku akan menebus semuanya dengan baik. Aku benar-benar akan menebus kesalahan itu. Aku nggak bisa hidup tanpamu."Suara Yoga bergetar dan dia menatap Lily dengan penuh kerinduan.Mendengar ucapan Yoga, Lily pun tersenyum sinis. "Yoga, apa karena terlalu lama bermain sandiwara, kamu sendiri jadi percaya kalau itu nyata?"Selama berhari-hari, kata-kata Yoga terus bergema di telinga Lily.Lily tidak pernah melupakannya sedetik pun.Lily mencemooh dirinya sendiri. "Orang yang kamu cintai itu Nadine. Selama enam tahun terakhir, aku terlalu percaya diri sampai-sampai mengira kamu benar-benar mencintaiku. Sekarang, dia kehilangan suaminya dan kamu kehilangan istrimu. Akhirnya kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan.""Nggak, bukan begitu."Jari-jari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status