Share

14. PENG HAO TERNYATA SUDAH TAHU

Author: Mona Cim
last update Last Updated: 2025-12-08 21:33:35

Pagi-pagi sekali Zien Cheng dan Peng Hao berangkat ke bukit Dailung. Satu-satunya bukit yang ada di pulau Bunga Petir. Di atas bukit yang tinggi tersebut keduanya berlatih pedang. Pedang yang dibawa oleh Zien Cheng adalah pedang milik Grandmaster yang harus ia lindungi dari apapun.

Keduanya saling berhadap-hadapan dengan raut wajah yang tenang. Pedang masing-masing pun terangkat ke udara, hingga akhirnya saling bertarung dengan kecepatan yang konstan. Suara pedang yang saling terbentur menjadi saksi pertarungan pertama mereka yang menyenangkan.

Napas mereka tersengal, keringat mengucur membasahi wajah mereka. Keduanya berbaring di atas bukit untuk melepas lelah sambil menatap langit yang mulai terang oleh naiknya matahari.

"Kemampuanmu itu lumayan, Peng Hao. Aku sampai kewalahan. Kau begitu meremehkan dirimu hingga tak sadar dengan kemampuanmu sendiri. Pantas saja kau lolos dan bisa berangkat ke pulau ini," kata Zien Cheng memuji.

Peng Hao tersenyum kecut. "Hanya dengan kemampuan sepe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   20. MENCARI TANAMAN OBAT

    Senior Bo menghadap Pimpinan Wang yang sedang memantau asrama dari atas gedung tertinggi istana sekte Bung Petir. Perasaannya yang gelisah rupanya langsung ditangkap oleh pimpinan sekte tersebut bahkan sebelum ia mengadu."Apa yang tengah kau khawatirkan, Bo Hong Shan?" tanya Pimpinan Wang tanpa mengalihkan tatapannya pada asrama yang penuh dengan murid sedang berlatih."Aku baru saja mendapatkan informasi bahwa Mei An kan pergi menemani murid ren--maksudku murid junior yang bernama Zien Cheng menjalani hukumannya. Mei An ikut dengannya pergi ke hutan terdalam mencari tanaman obat langka. Bukankah ini sedikit berlebihan, Ketua?""Apa yang berlebihan dari kegiatan mereka?""Y-ya ... berlebihan karena Mei An harus menemaninya. Zien Cheng sedang mendapatkan hukuman. Biar saja dirinya yang menjalani sendiri. Mengapa Mei An harus ikut bersamanya?" sahut Senior Bo.Pimpinan Wang kini menghadapkan tubuhnya pada Senior Bo dengan raut wajah yang kelewat tenang. "Mei An yang mengatakannya sendi

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   19. PERGI BERSAMA

    Papan pengumuman dipadati oleh para murid untuk melihat nilai kedua mereka. Ternyata yang berada di urutan pertama sebagai perolehan nilai tertinggi adalah Zien Cheng. Hal tersebut memicu perdebatan kecil antara murid satu sama lain. Terutama bagi tiga murid nakal yang tak terima dengan perolehan nilai yang didapatkan oleh Zien Cheng yang notabennya murid buangan.Guan Chen keluar dari kerumunan itu, disusul oleh kedua temannya. Tampak mereka sama. Sama-sama menyiratkan sebuah kebencian terhadap hasil yang tertera di papan pengumuman itu."Bagaimana bisa bocah itu dapat nilai tertinggi. Ini benar-benar di luar dugaan," keluh Guan Cheng."Harusnya kita memberikan pelajaran yang lebih parah padanya. Hingga dia tak bisa mengikuti pengambilan nilai waktu itu," kata Fang Xio."Tidak masalah. Masih tersisa lima pengambilan nilai lagi untuk babak satu. Kita harus benar-benar mengerjainya kali ini. Harga diriku ikut tercoreng ketika mendapati dirinya menjadi yang terhebat pada penilaian kedua

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   18. KETAHUAN?

    Semua orang terkejut melihat kedatangan Zien Cheng yang berjalan dengan gagah menuju ke hadapan Grandmaster. Pemuda itu berlutut, hormat pada tetua dan senior."Mohon ampuni keterlambatanku. Aku menghabiskan cukup banyak waktu untuk mencari pedangku yang hilang. Grandmaster, Senior Bo, dan Nona An Ran, berikanlah kesempatan padaku untuk melakukan pengambilan nilai kedua. Aku mohon ... kali ini saja. Aku akan menunjukkan kemampuanku dengan maksimal. Jika perlu, aku siap menerima hukuman atas keterlambatanku," ucap Zien Cheng memohon dengan segala kerendahan hatinya.An Ran melirik Senior Bo yang menatap remeh pada Zien Cheng. Terlihat sekali bahwa pria dan wanita itu sama -sama tak menyukai Zien Cheng. Namun, Grandmaster terlihat tenang sedari tadi. Membuat keduanya merasa khawatir jikalau Grandmaster memberikan kesempatan pada Zien Cheng."Alasanmu diterima. Tetapi kau tetap mendapatkan hukuman dariku. Sekarang, kau tunjukkan permainan pedang yang kau pelajari tadi malam," ucap Grand

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   17. TEKNIK MERINGANKAN TUBUH

    Zien Cheng telah mencari pedangnya dengan susah payah. Ia sudah masuk ke dalam hutan cukup jauh, tetapi keberadaan pedangnya tak juga ditemukan. Perasaan gusar dan bersalahnya semakin menjadi-jadi. Mengingat janjinya pada Grandmaster yang akan menjaga pedang itu dengan baik.Bruk!Zien Cheng menjatuhkan kedua lututnya di tanah. Ia benar-benar frustrasi mencari pedang itu, tetapi tak kunjung ketemu. Pengambilan nilai kedua mungkin sudah berjalan setengah jam yang lalu. Apakah sudah mencapai giliran terakhir? Zien Cheng hanya memperkirakan itu."Guru Gong, kau memperhatikanku, bukan? Tolong beritahu aku bagaimana caranya aku menemukan pedangku. Aku benar-benar telah melakukan kesalahan besar dengan lalai menjaga pedang pinjaman dari Grandmaster. Aku mohon bantulah aku," ucap Zien Cheng menunduk dengan raut wajah yang amat kacau.Tiba-tiba terdengar suara tawa gurunya. Zien Cheng mendongkak, mendapati gurunya ada di atas pohon. Senyuman Zien Cheng mengembang. Lantas bangkit dari posisiny

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   16. KEHILANGAN PEDANG

    Satu jam lagi waktu pengambilan nilai kedua dimulai. Semua murid telah mempersiapkan diri dengan seragamnya masing-masing. Di asrama masih sangat heboh. Belasan murid masih berlatih di depan kamar masing-masing. Tak banyak yang ingat gerakan permainan pedang tadi malam, hingga mereka sibuk mencocokan gerakan. Satu-satunya orang yang bisa mereka datangi adalah murid yang tadi malam berhadapan dengan Senior Bo.Begitu Zien Cheng keluar dari kamar bersama Peng Hao, sudah banyak murid yang menunggunya di depan kamar. Keduanya cukup terkejut melihat mereka semua."A-ada apa kalian berkumpul di depan kamar kami?" tanya Zien Cheng.Salah satu dari mereka pun menyahuti pertanyaan tersebut. "Kami lupa gerakan permainan pedang malam tadi. Jadi kami semua ingin kau menunjukkan sekali lagi gerakan yang kau lakukan bersama dengan Senior Bo."Peng Hao langsung berbisik pada Zien Cheng. "Aku harap kau tak akan memberitahu mereka. Dengan begitu nilai kita berdua akan menjadi yang tertinggi karena han

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   15. TEH REMPAH DARI MEI AN

    Usai bercerita panjang, Zien Cheng mengajak Peng Hao pun pulang ke asrama. Setelah berlatih secukupnya di atas bukit, kini saatnya mereka beristirahat. Menaiki bukit dan menuruninya juga bagian dari latihan kekuatan fisik mereka.Sesampai di gerbang sekte Bunga Petir, mereka dibuat heran dengan Senior Bo yang berkuda sambil membawa satu keranjang bunga. Murid Senior itu tampak menuju arah Timur."Ah, iya. Aku ingin meminta obat herbal pada Putri Mei An. Kau bisa ke asrama lebih dulu," kata Zien Cheng.Peng Hao mengangguk tanpa ragu. "Ya sudah aku ke asrama lebih dulu. Jangan lupa kembali, kau juga butuh istirahat.""Tentu."Zien Cheng berjalan dengan keadaan kaki sedikit pincat. Namun dibanding dengan sebelumnya, keadaan kaki Zien Cheng sudah lebih baik.Zein Cheng tiba di samping sebuah pohon besar yang letaknya tak jauh dari ruangan pengobatan. Bisa ia lihat Mei An sedang menjemur tanaman obat, sedangkan di sekitarnya ada Senior Bo yang sedang berbicara padanya."Apa Senior Bo akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status