Besok paginya Tiara berpamitan kepada ibunya untuk berangkat kerja. Dia lalu naik ojek online menuju ke tempat kerjanya.Barulah Andra keluar dari tempat persembunyiannya di balik pohon lalu dia memberanikan diri mengetuk pintu rumah Tiara. Ibunya Tiara yang membukakan pintunya dan wanita itu tentu saja terkejut melihatnya."Tolong tunggu sebentar, Tante. Saya mau ngomong sama Tante Mirna," pinta Andra saat Bu Mirna yang adalah ibunya Tiara itu berniat menutup pintu kembali karena tak ingin membiarkan laki-laki itu di sana."Mau ngapain kamu datang ke rumah ini?" tanya Bu Mirna dingin."Saya mau minta maaf sama Tante Mirna. Tolong izinin saya masuk," pinta Andra dengan sangat.Setelah terdiam cukup lama untuk menimbang-nimbang Bu Mirna pun akhirnya menghela napas dan mengangguk. Dia mempersilahkan Andra masuk ke rumah."Silahkan, duduk!" ucap Bu Mirna sambil duduk di sofa."Makasih, Tante," sahut Andra sambil membungkuk sopan kemudian duduk di sofa di seberang wanita itu."Kamu mau ng
Andra tersenyum lebar dan segera mengikuti Bu Mirna yang membawanya menuju kamar Nayla."Ibu tinggal dulu ya, Ndra? Ibu mau pergi ke warung depan sebentar," pamit Bu Mirna."Iya, Tante. Makasih ya?"Bu Mirna mengangguk kemudian berlalu.Andra memasuki kamar yang kecil namun lucu dengan wallpaper boneka beruang cokelat itu. Dia tersenyum lembut begitu melihat Nayla yang memang sedang bermain boneka barbie di atas kasurnya sambil berbicara dengan boneka itu."Nayla sayang?" panggil Andra sambil duduk di tepi kasur.Nayla langsung menoleh dan tersenyum senang melihat Andra. Dia langsung memeluk Andra sambil memegang bonekanya. "Papaaaa..."Andra tertawa kecil lalu mendudukkan Nayla di pangkuannya."Iya sayang? Nayla kangen sama Papa?"Nayla mengangguk cepat. "Iya, Nayla kangen Papa. Kemarin kok Papa nggak ke sini?" dia cemberut manja.Andra kemudian mencium pipi Nayla dengan sayang. "Maafin Papa ya, Nak? Kemarin Papa sibuk kerja. Tapi Nayla udah seneng kan kita ketemu lagi?""Iya. Nayla
"Ada apa, Ma? Kok wajah Mama serius gitu? Nggak ada masalah kan sama Nayla selama aku kerja?" tanya Tiara karena tak seperti biasanya ibunya seperti itu."Nggak kok, semuanya baik-baik aja. Jadi gini, Nak. Menurut Mama apa nggak kamu coba aja untuk melupakan masa lalu kamu itu dan memaafkan Andra?" pinta Bu Mirna hati-hati.Tentu saja Tiara yang mendengar hal itu langsung dikuasai amarah."Kok Mama sekarang bisa bilang gitu sih? Mama kan yang paling tau gimana keadaan aku abis kejadian itu."Bu Mirna jadi serba salah. "Gini maksud Mama, iya Mama tau. Tapi kalau yang Mama liat Andra itu sekarang udah berubah kok jadi lebih baik lagi.""Nggak, Ma. Maaf tapi kali ini aku nggak bisa nurutin kemauan Mama. Nggak bisa aku maafin dia gitu aja.""Nak, dia kan cuma manusia biasa yang bisa punya salah dan kita sebagai sesama manusia kan harus saling memaafkan," bujuk Bu Mirna. Dia tidak ingin anaknya itu menjadi pendendam."Iya, tapi...""Tiara, dengerin Mama! Kalau kamu bisa maafin dia kan nant
"Jadi jepitan rambut Nayla sama susu formula itu kamu yang ngasih?" gumam Tiara yang sedikit terharu itu. Dia terharu karena susu itu sangat Nayla butuhkan karena dia juga belum gajian dan Andra memberikannya begitu saja bahkan tanpa sepengetahuannya. Seolah Tiara tidak ingin dirinya senang dan salut pada pria itu karena sudah baik kepada Nayla.Andra tanpa sengaja menoleh ke arah Tiara yang masih berada di sana itu. Heran juga dia melihat wanita itu di sekitar bengkel namun dia tersenyum bahagia."Tiara?" gumamnya. Segera dia berinisiatif menghampiri Tiara tanpa mempedulikan rekan kerjanya itu yang menanyakan padanya akan pergi ke mana.Seperti biasa wajah Tiara menjadi tegang setelah melihat Andra, namun kakinya seperti susah untuk digerakkan kali ini. Andra semakin berjalan mendekat ke arahnya sambil tersenyum bahagia."Tiara kamu ke sini mau ketemu sama aku?" Andra menatap Tiara dengan tatapan yang penuh kerinduan di wajahnya.Tiara menggeleng dengan air mata yang akan keluar, dia
Besoknya Andra kembali mengunjungi rumah Tiara untuk bertemu dengan Nayla. Kini mereka di kamar Nayla dengan Andra yang seperti biasa memangku anak itu sambil membacakan sebuah dongeng dari buku."Selesai," tutup Andra kemudian mencium pipi Nayla gemas. Anak itu terkikik senang."Jadi ceritanya seperti itu ya, Pa? Nayla juga mau jadi putri yang cantik dan baik hati," ucap Nayla polos.Andra tersenyum. "Nayla kan emang udah jadi putri yang cantik dan juga baik hati.""Iya, Pa?" tanya Nayla sambil mendongak menatap Andra dengan tatapan polosnya itu. Andra kembali mencium pipinya."Iya, sayang. Nayla itu kan putri cantik kesayangan Papa dan Mama."Nayla rupanya sangat senang dengan jawaban Andra itu, dia mencium pipi Andra saat Andra menunduk. Andra tentu saja tersenyum senang menerimanya."Iya, Nayla putrinya Papa Andra dan Mama Tiara.""Pinter anak Papa."Namun sepertinya kebersamaan mereka harus segera berakhir untuk hari itu karena Tiara yang terlihat marah itu memasuki kamar Nayla.
Tiara jatuh merosot di lantai dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Sekarang bagaimana hidupnya ke depannya? Diapun kembali teringat masa lalunya itu.Saat itu Tiara yang masih SMA sedang menunggu taxi di depan rumahnya. Sebuah mobil berhenti di depannya dan dilihatnya Andra yang masih SD itu keluar dari pintu depan dan membukakan pintu mobil untuk Tiara."Ayo, Kak Tiara bareng Andra aja!"Tiara tersenyum. "Iya deh." dia kemudian masuk ke dalam mobil diikuti oleh Andra yang duduk di sampingnya. "Pagi, Om?" sapanya sambil mengangguk sopan kepada ayahnya Andra. Pria itu membalas anggukannya sambil tersenyum ramah."Andra kebiasaan deh duduknya di belakang sini. Emangnya Ayah kamu supir?" omel Tiara yang membuat ayahnya Andra tertawa dan mengemudikan mobilnya kembali."Udah biasa, Nak Tiara," sahut ayahnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."Kan Andra mau nemenin Kak Tiara," jawab Andra sambil menyandarkan kepalanya di bahu gadis cantik itu."Iya deh iya." Tiara tertawa kecil sambi
Malam itu Tiara dibuat terkejut saat melihat Andra di depan pintu rumahnya, diapun semakin bingung saat remaja itu langsung memeluknya erat sambil menangis ketakutan. Tiara yang khawatir itupun segera menyuruhnya masuk ke dalam kamarnya. Andra akhirnya menceritakan masalahnya pada Tiara.Andra bercerita saat dia memasuki rumahnya dia mendengar obrolan antara ibunya dan juga ayah tirinya. Ya, ayah tiri karena ayahnya telah meninggal beberapa bulan yang lalu yang membuatnya sangat terpukul karena kehilangan sosok ayah yang sangat baik dan sangat menyayanginya itu. Semenjak kepergian ayahnya itulah dia jadi sering murung dan menyendiri karena memang dia merasa hidupnya berubah menjadi lebih buruk. Bagaimana tidak, ibunya itu malah menikah lagi dengan pria yang kasar dan sering menghina dirinya bahkan terkadang memukulnya tanpa sebab. Ibunya pun perlahan mulai menjadi kurang peduli padanya kasih sayangnyapun berkurang tak seperti dulu."Udah deh, kamu tuh harusnya bisa lebih tegas sama an
"Kak Tiara cantik banget gini sih? Nanti nikahnya sama aku aja ya biar tiap pagi pas bangun tidur aku ngeliatnya wajah Kak Tiara terus," ucap Andra sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya itu ke bibir Tiara. Mereka berdua kini berada di ruang tamu dengan Tiara yang berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuannya."Nggak ah, kamu masih kecil bahasnya udah ke arah nikah aja sih?" balas Tiara yang kemudian menggigit jari Andra gemas membuat remaja itu tertawa kecil."Apaan sih main gigit-gigit aja," ucap Andra yang kemudian malah menambahkan jari berikutnya dan memainkannya di mulut Tiara."Kamu emang nakal harus digigit," balas Tiara yang malah kembali menggigit dua jari Andra yang membuat remaja itu terdiam. Dia tertegun menatap jarinya yang sekarang sedang dikulum oleh Tiara itu.Tiara yang melihat Andra mematung seperti itu segera mengeluarkan jari Andra dari mulutnya dan tertawa jahil membuat Andra tersadar dan kembali tersipu malu."Kenapa ketawa sih?" Andra kembali gugup."Kamu