Share

Feromon Memabukkan

“Sinar!”

Harsa, Pemimpin Redaksi -pemred- dari Metro Ibukota, menghampiri wanita itu dengan tergesa. Metro merupakan perusahaan media cetak yang sudah cukup terkenal dan memiliki nama di ibukota.

Sedangkan Sinar, merupakan sekretaris redaksi -sekred- yang sudah bekerja di Metro selama kurang lebih 3 tahunan. Ia cukup beruntung, karena tidak harus menghadapi regulasi tes yang menyita waktu, ketika melamar menjadi sekred yang seleksinya lumayan ketat. Hal itu dikarenakan, Harsa langsung mencatutnya dari staff iklan, untuk menggantikan sekred lama yang terpaksa berhenti, karena harus menikah dengan rekan satu kantor.

“Butuh sesuatu, Pak?” tanya wanita cantik berusia 24 tahun yang selalu terlihat rapi dan sopan ketika berkerja.

“Ayahmu, hari ini diperiksa pejabat berwenang, kamu sudah dengar?”

Tangan Sinar mengepal erat. Wajahnya mengeras sekaligus memanas. Jantungnya seketika berdenyut ngilu, memikirkan satu nama.

Pras!

Pria itu benar-benar menyerahkan semua dokumen penyelewengan APBD ke pihak berwenang. Pras tidak main-main dengan apa yang telah diucapkannya kepada Sinar kemarin.

Berusaha mengatur napas, karena bagaimanapun, ada sebuah nyawa yang kini bersemayam di tubuhnya. Sinar tidak boleh stress dan menanggung banyak pikiran di benaknya.

Tapi ... apa bisa seperti itu?

“Bo—leh, saya izin pulang, Pak Harsa?” Sinar berusaha menarik sudut bibirnya, meskipun terlihat datar karena memikirkan nasib sang ayah.

“Boleh, silakan.” Harsa turut prihatin akan musibah bertubi yang tiba-tiba menimpa Sinar. Baru saja sekretarisnya itu, mengalami cobaan dalam biduk rumah tangganya, hingga memutuskan untuk bercerai. Kini ayahnya, tengah diperiksa karena terlibat kasus korupsi.

Sinar pergi dengan terburu. Lebih memilih menggunakan ojek o****e daripada harus menggunakan motornya sendiri. Karena dengan tangan tremornya, Sinar tidak yakin akan sampai ke tempat yang dituju dengan selamat.

Alih-alih pergi untuk menemui sang ayah ataupun pulang ke rumah untuk menemui sang bunda. Sinar malah pergi mendatangi Firma Sagara, dengan emosi yang meledak-ledak.

“Prasetyo Sagara, ada Mbak?” Sinar bahkan tidak ingin menggunakan sopan santunnya dengan memakai kata ‘pak’, saat bertanya pada bagian front office. “Saya mau ketemu.”

“Ditunggu sebentar.” karena bagian front office yang bernama Rima, sudah beberapa kali bertemu dengan Sinar. Maka gadis itu langsung menghubungi sekretaris Pras, memberitahu bahwa Sinar ingin bertemu dengan sang pemilik firma.

“Maaf, Bu Sinar. Pak Pras sedang sibuk, tidak bisa diganggu.”

Kelopak mata Sinar menutup, menahan geramannya. Mulutnya sudah gatal untuk memberi sumpah serapah pada sang pengacara licik, nan arogan tersebut.

Beruntung, sejurus kemudian Sinar melihat Ashi baru saja mendorong pintu kaca dan hendak melewatinya.

“Mbak Ashi.” Sinar menghentikan langkahnya, perutnya tiba-tiba saja keram, hingga ia harus mengatur napas sejenak agar ketegangan yang ada segera menghilang.

“Bu Sinar gak papa?” Ashi menghampiri Sinar dengan tergesa, membawa wanita itu untuk duduk di sofa ruang tunggu. Menyodorkan segelas air mineral yang sudah di tusuk sedotan terlebih dahulu. “Minum dulu, Bu.”

Sinar langsung meminumnya hingga tandas. “Di mana ruangan Prasetyo Sagara, Mbak?”

Ashi mengerjab, ada hubungan apa sebenarnya antara Sinar dan pemilik firma tempatnya bekerja. Tapi, ia tidak berani untuk bertanya lebih lanjut, mencari tahu tentang kehidupan pribadi seorang Pras, sama saja dengan mencari mati.

“Bu Sinar sudah ada janji?”

“Sudah.” dustanya. “Tadi mau tanya ke Mbak Rima, tapi keburu lihat Mbak Ashi datang, bisa antarkan saya?”

Ashi mengangguk, “Silakan ikut saya.”

Sesampainya di lantai dua, Ashi menunjuk sebuah ruang bersekat kaca yang terletak di ujung koridor.

Setelah mengucap terima kasih, Sinar bergegas melangkahkan flat shoesnya dan memasuki ruang Pras dengan menerobos meja sekretaris begitu saja. Sinar bahkan tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.

Arista, sang sekretaris langsung gelagapan dan menyusul Sinar tepat di belakang wanita itu. “Pak Pras, maaf, Ibu—”

Pras mengangkat tangan kanannya, lalu memberi gestur mengusir Arista, agar keluar dari ruangannya.

“Dasar manusia licik!” maki Sinar yang masih bisa di dengar oleh Arista yang masih berada di bibir pintu hendak keluar.

“Thanks, I’ll take that as compliment.” balas Pras tanpa melihat Sinar sama sekali. Pria itu tengah sibuk mengernyitkan dahi, membaca berkas yang berada di tangannya.

“PRAS!”

“Yes, sunshine?” jawab Pras masih serius dengan berkasnya. “Kapan kita bisa bersenang-senang di apartemenku? Aku bukan pria yang suka memaksa wanitanya saat berada di atas ranjang. Aku lebih senang melakukannya atas dasar suka sama suka. Agar kita berdua bisa lebih menikmatinya.”

“Bermimpilah, Pras, bermimpi!” jerit Sinar.

“Yeahh,” Pras melemparkan berkasnya di atas meja. Mengangkat wajah sembari menatap Sinar yang masih berdiri dengan wajah emosi. “Beberapa malam ini, aku memang sering memimpikanmu, Nar. Dan semuanya hanya berujung dengan emisi nokturnal, and I hate that!” decaknya.

Sinar bergidik mendengarnya, lalu kembali memaki Pras dengan mengeluarkan semua sumpah serapahnya.

Pras hanya menatap datar, tidak berekpresi apapun. Pria itu malah mengambil botol air mineral yang ada di meja kerjanya, lalu meminumnya hingga tandas.

“Oh, aku juga punya kabar baik buatmu.” Pras membuka bibir kissablenya untuk berucap saat Sinar sudah berhenti mengumpat. “Aku akan mempercepat proses perceraianmu dengan Bintang.”

“What the fudge! What the hell are you doing!”

“Mengabulkan keinganmu, bercerai dengan Bintang Galexia.”

“Are you stupid or what?” kerutan di dahi Sinar terlihat begitu dalam. “Kami, rujuk!”

“Naaah, kalau aku bilang kalian cerai, maka kalian akan bercerai, sebentar lagi, dan itu pasti.”

“Pras—”

“Jangan pernah menantangku, Nar. Karena bisa aku pastikan, selain ayahmu yang sebentar lagi akan mendekam di penjara, gak akan ada satupun kantor advokat yang mau menerima adikmu magang. Dan kamu tahu apa yang akan terjadi kalau Jonas gak diterima dimanapun?” seringai tipis nan pongah terlukis samar pada wajah Pras.

“Cita-citanya untuk jadi pengacara, tinggallah angan semata.”

Tatapan benci Sinar semakin menjadi-jadi. Tahun depan, adiknya, Jonas, akan menyelesaikan studi S1-nya di bidang hukum. Jika Pras sampai memboikot kantor advokat maupun firma hukum yang ada, agar tidak menerima Jonas, bagaimana nasib adiknya ke depannya.

Tapi, apa benar Pras dapat melakukannya? Siapa sebenarnya pria itu? sebegitu besarkah pengaruhnya di dunia hukum? Hingga dapat mempermainkan nasib seseorang seperti membalik telapak tangan?

Pras bangkit dari duduknya, mengancing jasnya sebentar lalu berjalan menghampiri Sinar dan berhenti tepat di depan wanita itu. Tatapan mereka beradu dalam konteks yang berbeda.

Seketika Sinar menahan napas, tubuhnya terpaku beku dengan tatapan horor. Kedua tangan Pras terangkat ke belakang kepala Sinar dan melepas ikatan rambut wanita itu yang dicepol asal. Sinar bahkan bisa menghirup aroma maskulin dengan feromon yang luar biasa, dan mampu membuat tiap lekuk tubuhnya meremang.

Shoot! Bahkan feromon yang menguar dari tubuh Bintang, pria yang dicintainya tidak memabukkan seperti ini.

“Ah … rambutmu bergelombang ternyata, aku suka.” ungkap Pras kemudian membuang scrunchie yang sempat mengukung surai legam Sinar itu, ke sembarang arah. “Dan, jangan pernah mengikat rambut ikalmu itu ketika menemuiku.”

Sinar berusaha menyadarkan diri dari semua pesona Pras. “Ini rambut punyaku, milikku! Jadi cuma aku yang berhak mengaturnya, dan juga suamiku tentunya!”

“Sebentar lagi akan jadi mantan suami.” ucap Pras kembali memperjelas situasi yang akan dihadapi Sinar ke depannya.

“PRAS!” Sinar melayangkan satu pukulan keras namun terkesan putus asa di dada tegap Pras.

Pria itu pun sempat meringis, karena pukulan Sinar memang cukup membuat dadanya memanas.

“Kalau gak ada lagi yang ingin kamu bicarakan.” Sejurus kemudian, telunjuk Pras mengarah pada pintu kaca. “Itu pintu keluarnya.”

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Zidan
apa ada yach orang hebat karakternya kaya Pras.?
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Pras pria nekat dgn segala obsesinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status