Share

Bab 04. Ciuman Pertama, Adeeva

Happy Reading!

No Bully!

No Edit!

Deeva pov on.

"Aku menyuruhmu membeli makanan untukku. Tapi kenapa kau malah bergosip!" ucapnya tepat di depan wajahku.

"Aku--"

Aku menelan ludah dengan susah payah, wajah Mr.Maximilian kini sangat dekat denganku. Membuatku bisa mencium aroma wewangian yang ia gunakan.

"Uh maaf saya tidak tau, saya tadi sudah mengetuk pintu berkali-kali, tapi karena tidak ada jawaban saya langsung masuk saja. Sekali lagi maaf Mr.Maximilian, permisi..." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu, lalu saat ia akan kembali menutup pintu dari luar Mr.Maximilian memanggilnya.

Hal itu membuat pipiku memanas karena malu. Aku tidak tau apa yang akan orang itu pikirkan melihat posisi kami tadi yang sangat dekat. Yang pasti sudah memikirkan hal aneh tentangku dan itu tidak baik.

Setelah orang itu kembali pergi, aku pun hendak melangkah memasuki ruanganku. Namun belum sempat aku sampai di pintu. Suara Mr.Maximilian sudah lebih dulu menghentikan langkah kakiku.

"Mau kemana kau?" tanya Mr.Maximilian.

"Ke ruangan saya, Mr.Maximilian." balasku.

"Siapa yang menyuruhmu kembali keruangamu! Kembali ke sini dan siapkan makanan itu." ucapnya dengan nada memerintah.

Dengan cepat aku membuka bungkusan plastik hitam yang isinya baperbag berisi makanan.

"Kau pikir aku akan makan di sini!" serunya.

Aku menatapnya bingung, kalau bukan di sini lalu di mana?

 "Di sana ada peralatan makan dan lainnya, aku tidak mungkin kan makan menggunakan tangan tanpa sendok bukan?".ucap Mr.Maximilian menunjuk pintu kayu yang ada di samping kiri ruangannya.

Baiklah sepertinya kali ini lebih baik aku menurut saja. Aku pun membawa bungkusan makan siang Mr.Maximilian, berjalan memasuki ruangan... well aku harus mengatakan ini ruangan apa?

Ada satu meja ukuran mini dengan dua kursi di dekatnya dan juga ada peralatan untuk makan, maksudku sendok, piring, garpu dan sebangsanya itulah, di rak mini yang imut. Ada juga kulkas yg lumayan cukup besar dengan satu pintu.

Dan... itu ada ranjang ukuran sedang! Cukup untuk di tiduri dua orang.

Well, jika di sini ada ranjang, mengapa Mr.Maximilian menggunakan ruangan yang sekarang menjadi ruanganku untuk menyelesaikan hasratnya. Dasar aneh!

Deeva pov end.

Author pov on.

Xaiver menatap sekertaris pribadinya itu dengan kesal. Xaiver menyuruhnya untuk menyiapkan makan siang yang sudah ia pesan tadi, tapi sekertaris pribadinya itu malah sedang asik memperhatikan ranjang yg ada di ruangan pribadinya itu.

"Aku menyuruhmu menyiapkan makan siangku, bukan untuk memperhatikan ranjang itu. Apa kau berpikir bahwa kau yang akan menjadi makan siangku di atas ranjang itu." ucap Xaiver membuyarkan semua lamunan Deeva.

Buru buru Deeva membuka paberbag makanan itu dan menyiapkannya di meja, lengkap dengan semua peralatan yang lainnya juga. Tidak perlukan aku sebutkan peralatan makan itu apa saja kan?

Xaiver mengamati Deeva dengan seksama, baru kali ini Xaiver membiarkan orang lain masuk ke ruangan pribadinya, apa lagi Deeva adalah pekerja baru. 

"Sudah Mr.Maximilian." ucap Deeva sedikit grogi karena Xaiver terus menatapnya saja sedari tadi.

"Hmm." 

Xaiver hanya bergumam singkat dan memulai acara makannya, tanpa mempedulikan Deeva yang masih berdiri tegak di sampingnya, seperti bodyguard saja!

"Apa kau juga ingin makan?" tanya Xaiver seraya menyuapkan sendok berisi makanan ke mulutnya.

Deeva menggelengkan kepalanya. "Tidak Mr.Maximilian terima kasih... saya sudah kenyang." balas Deeva.

"Memang nya siapa yang menawarimu makan?" tanya Xaiver.

Xaiver menyeringai menatap Deeva yang tiba tiba pipinya merona merah. Uh sangat menggemaskan, jadi pengen nyium pipinya. batin Xaiver.

"Tadi bukanya anda." ucap Deeva.

"Aku kan hanya bertanya." balas Xaiver santai.

"Bertanya?" ulang Deeva.

"Mmm. Jika kau memang laparkan bisa beli sendiri." ucap Xaiver lalu kembali menyuapkan sendok berisi nasi ke dalam mulutnya tanpa rasa bersalah sama sekali.

Deeva menggerakkan giginya kesal. "Mr.Maximilian boleh kah saya keluar dari ruangan ini?" tanya Deeva dengan berusaha sesopan mungkin.

Xaiver menghentikan aktivitas menyuap nasi ke dalam mulutnya lalu kembali menatap Deeva dengan tersenyum menyeyingai khasnya.

"Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk berdiri di situ? Aku?" tanya Xaiver sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.

Deeva menatap Xaiver kesal, jika saja ia tidak ingat jika Xaiver adalah boss-nya, maka kemungkinan besar Deeva sudah menggetok kepala Xaiver menggunakan sendok.

"Anda benar benar--" Deeva belum selesai dengan ucapannya saat Xaiver sudah memotong ucapan Deeva.

"Ya aku tau bahwa aku memang benar benar tampan." ucap Xaiver percaya diri.

Xaiver tersenyum melihat wajah memerah Deeva. Deeva benar benar geram di buatnya.

"Tampan! Jika di lihat dari atas Monas!" ucap Deeva menghentakkan kakinya kesal lalu hendak berjalan keluar ruangan itu.

Tapi sebelum Deeva melangkahkan jauh, Xaiver sudah lebih dulu menarik tangan Deeva sehingga membuat keseimbangan Deeva oleng dan hampir terjatuh. Xaiver pun dengan refleks membantu Deeva yang akan terjatuh karena nya.

"Kau akan terlihat sangat cantik saat kau tidak memakai kaca mata." ucap Xaiver melepas kaca mata Deeva setelah lama mereka diam dengan posisi saling menatap.

Deeva tersadar dan berusaha menjauh dari Xaiver, namun tidak berhasil karena Xaiver terlalu erat memeluk pinggangnya.

"Lep--"

Cup!

Ucapan Deeva terputus saat dengan tiba tiba Xaiver mencium bibirnya.

"Manis." ucap Xaiver kemudian melepaskan Deeva dan kembali berjalan ke tempat duduknya untuk melanjutkan makan siangnya tanpa merasa bersalah karena telah mencuri ciuman Deeva.

Deeva masih diam terpaku, ia meraba bibirnya sendiri dengan pipi merona merah bak jambu air yang siap makan. Lalu buru buru ia berjalan keluar ruangan itu dan kembali masuk keruangannya sendiri.

Deeva duduk di kursi, tangannya meraba dadanya yang tiba tiba berdetak tidak karuan hanya karena ciuman dari Xaiver.

'Ciuman pertamaku di ambil sama Mr.Maximilian, boss mesum yang nyebelin. Kenapa jantungku berdetak sangat kencang hanya karna sebuah ciuman? batin Deeva.

Xaiver sendiri tertawa kecil melihat reaksi Deeva yang menurutnya berlebihan hanya karena sebuah kecupan di bibir saja.

Ahh sangat menggemaskan dan Xaiver makin suka melihatnya.

Xaiver menghentikan acara makannya lalu menghempaskan dirinya di atas kasur empuk yang ada di ruangan pribadinya itu.

Semalam dia tak tertidur dengan nyenyak jadi sekarang dia mengantuk dan butuh tidur agar kembali segar.

Bersambung.

Bagaimana kalian suka?

Kalau suka jangan lupa Subscribe dan reviewnya juga di kolom komentar jangan lupa hahaa Author maksa ini hihii

Salam sayang dari Mugiraraa

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status