Share

2. Paman Rian

Hanya ada tiga orang di rumah besar itu saat ini. Yaitu Carissa, Rian dan pembantu. Karena Rossa sedang pergi berangkat les dan orang tua Carissa pergi bekerja.

Carissa yang merasa badannya sangat lengket siang itu memutuskan untuk mandi di dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Jika di rumahnya kamar mandi hanya ada satu dan itu pun ada di luar ruangan. Tapi di rumah Rian kamar mandi ada di dalam kamarnya dengan luas dua kali lipat dibandingkan rumah sebelumnya.

Carissa mandi seperti biasa. Tak merasakan ada keanehan ketika ia berada di dalam kamar mandi. Tapi ia terkejut setengah mati ketika melihat Rian sudah duduk di tepi ranjangnya dan melihat ke sekitar kamarnya.

Saat itu ia hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya. Membuat Carissa memekik tanpa sadar.

"Paman ke sini cuma mau ngasih kamu ini, Ris." Rian memberikan baju baru untuk Carissa. Tapi meski bagaimanapun Carissa pasti risih dengan kelakuan pamannya yang masuk tiba-tiba ke dalam kamarnya ketika ia sedang mandi.

"Maaf, kalau udah buat kamu terkejut," kata Rian. Ia kemudian keluar dari kamar Carissa. Namun yang membuat Carissa lebih risih adalah sewaktu mata Rian menatap bagian paha dan dada Carissa saat itu.

Carissa mencoba untuk membuang perasaan buruknya dan berpikir jika itu hanyalah firasatnya saja. Apalagi setelah ia melihat baju yang ada di atas kasur yang sangat bagus untuknya.

Ia pun langsung mengunci pintu kamarnya, agar tak ada orang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya lagi.

"Tapi kayaknya tadi aku udah ngunci pintunya deh," gumam Carissa. "Apa aku lupa ya?" gumamnya lagi.

Ia kemudian melepaskan handuknya. Dan menampilkan tubuh polosnya. Ia mungkin berpikir jika hanya dirinya yang melihat hal itu.

Tapi tidak. Karena sebelumnya Rian sudah memasang sebuah kamera kecil di dalam kamar Carissa ketika dia sedang ada di dalam kamarnya tadi.

Di dalam ruang kerjanya. Rian tersenyum penuh dengan arti. Bagaimana dia sangat bahagia melihat pemandangan yang terlihat di dalam layar monitor tersebut.

Melihat bagaimana tubuh Carissa yang sangat polos dan tentunya menggugah naluri lelakinya yang selama ini tak bisa ia salurkan.

Rian memang sengaja mau menolong Riki, ayah dari Carissa karena dia ingat jika Riki sudah mempunyai anak gadis saat ini. Apalagi ketika melihat anak Riki, Carissa tumbuh sebagai gadis yang cantik dan montok.

Dan tentu saja dia mau menolong Riki kakak angkatnya tersebut. Dia juga sengaja membuat Riki dan istrinya untuk bekerja di tokonya karena bisa mengambil kesempatan seperti saat ini.

"Tunggu aja bentar lagi Carissa, paman akan memilikimu," gumam Rian dengan seringaian yang menakutkan.

Malamnya mereka makan malam bersama di meja makan. Riki awalnya menolak karena tak enak dengan adiknya lantaran sudah banyak merepotkannya.

Tapi Rian memaksanya dan mengatakan karena mereka keluarga makanya dia tak perlu sungkan.

"Oh ya, Mas. Aku ada cabang toko di kota lain, kalau mau kamu bisa bekerja di sana. Dan tentunya gajinya lebih tinggi," kata Rian pada kakaknya itu.

Mungkin dilihat dari segi istri dan anaknya Rian hanya berniat untuk membantu. Padahal bukan itu.

"Kamu serius?" tanya Riki pada Rian.

"Iya, biar kamu bisa cepat menyelesaikan masalah kamu."

Carissa memandang ayahnya ragu, sedangkan istrinya—dia sih senang jika suaminya akan mendapatkan pekerjaan baru. Namun dia harus tinggal sendirian di rumah Rian sepertinya itu agak tak pantas. Apalagi karena Rian adalah seorang duda.

"Di sana hari Sabtu dan Minggu kamu bisa pulang ke sini Mas," kata Rian lagi.

"Gimana?" tanya Riki pada Dina, istrinya.

"Terserah kamu aja sih Mas, lagian juga kalau kamu mau cepat lunasin utang kamu, memang harus begitu," sahut Dina.

"Aku pikirin dulu deh, Yan," kata Riki. Dia perlu berpikir karena ia akan meninggalkan anak istrinya di rumah adiknya.

Setelah makan malam berakhir Riki dan Dina datang ke dalam kamar Carissa, anaknya itu sedang mempersiapkan buku-bukunya untuk sekolah besok.

"Besok udah masuk?" tanya Dina pada Carissa.

"Udah Bu," jawab Carissa.

"Gimana, Ris. Ayah boleh gak kerja keluar kota?"

Carissa menghela napasnya. "Seperti kata ibu tadi, kalau ayah mau melunasi utang sepertinya memang harus begitu."

"Tapi kamu gak apa-apa di sini sendirian?"

"Masih ada ibu, Yah. Jadi jangan khawatir. Lagian Rissa udah gede. Bisa jaga diri sendiri."

Riki menghela napasnya, ini semua memang salahnya karena terjerat utang yang sangat banyak. Hingga membuat satu keluarganya terkena imbas seperti ini.

"Ingat ya, jangan pacaran kalau belum kuliah," kata ayahnya mewanti-wanti Carissa.

"Iya Yah."

"Jadi gimana, kamu mau?" tanya Dina pada Riki.

"Mau gimana lagi? Ini tawaran dari Rian, susah buat cari kerja dengan gaji tinggi jadi aku mau mencobanya," kata Riki akhirnya.

Dan setelah itu pagi harinya Riki langsung berangkat ke luar kota. Yang perjalanannya memakan waktu sampai lima jam. Lumayan jauh, tapi mau bagaimana lagi. Ini salah satu cara agar dia bisa cepat melunasi utangnya.

Carissa juga akan masuk ke sekolah pagi itu. Berangkat dengan Rossa karena sekolah mereka sama.

Cariisa dan Rossa masuk ke dalam mobil yang khusus untuk mengantar jemput sekolah anak semata wayang Rian. Sekolah hanya berjarak 5 kilometer dari rumah.

Jadi perlu waktu dua puluh menit mereka sudah sampai di sekolah tersebut.

"Mau kuanter ke ruang guru gak?" tanya Rossa pada Carissa.

"Boleh Cha, aku gak tau soalnya ruang kepala sekolah di mana," kata Carissa.

Rossa akhirnya memutar jalannya untuk mengantar ke ruang guru yang berada di lantai dua dalam gedung dua.

Sekolah itu memiliki tiga gedung, gedung pertama adalah gedung kelas satu dan beberapa gedung olahraga dan kesenian. Lalu gedung dua adalah gedung kelas dua dan ruang guru dan kepala sekolah. Dan gedung tiga adalah untuk kelas tiga dan ruang laboratorium dan perpustakaan juga UKS.

Sekolah yang lebih elit dari sekolah lama Carissa. Bahkan dia melihat di sekolah itu adalah anak-anak khusus orang kaya.

"Ups! Sorry," ucap seorang anak lelaki yang tak sengaja menabrak Carissa.

Dalam bet namanya tertulis nama Daniel. Bermata sipit dengan wajah putih oriental.

"Namanya Daniel, anak kelas tiga. Populer di sekolah, tapi jangan coba-coba deketin," ungkap Rossa.

"Emangnya kenapa?"

"Dia dingin dan jangan sampai kamu dipermalukan sama dia karena ditolak."

Carissa tersenyum. "Aku gak suka sama dia kok."

"Belum," sahut Rossa cepat. Ia kemudian mengantar Carissa sampai di ruang guru kelas satu.

"Masuk sendiri ya, aku mau ke kelas duluan."

Carissa mengangguk.

"Kak Daniel!" Suara Rosa terdengar ketika Carissa masuk ke dalam ruang guru.

Jangan-jangan Rossa menyukai Daniel?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status