Share

3. Mendekati Perlahan

Carissa masih merasa sangat asing di sekolah barunya. Dia masuk ke dalam sekolah itu ketika sudah pertengahan semester.

Dan hal yang membuat Carissa tak nyaman bukan hanya itu saja, melainkan siswa lain yang nampaknya dari kalangan orang kaya. Mungkin bisa dikatakan jika 90 persen murid di sana adalah anak orang kaya dan sisanya kelas menengah ke bawah.

Carissa menghela napasnya ketika duduk di pinggir lapangan basket. Sebelum akhirnya ia terkejut begitu melihat ada bola yang menggelinding ke arahnya.

"Anak baru! Lempar ke sini!" 

Carissa menyipitkan matanya, dan melihat Daniel sedang bermain basket dengan teman satu kelasnya.

Dia mencoba melemparkan bola basket itu, meskipun lemparannya sangat lemah hingga membuat Daniel harus berjalan beberapa langkah lagi untuk mengambil bola tersebut.

Setelah melemparkan bola itu, Carissa kembali ke dalam kelasnya. Dia mendengarkan apa kata Rossa untuk tidak mendekati Daniel. Karena mungkin—sepupunya itu menyukai lelaki yang duduk di kelas tiga itu.

"Kamu abis dari mana?" tanya Rossa pada Carissa.

"Dari lapangan basket," jawab Carissa. Rossa memandang lapangan basket dari tempatnya berdiri, matanya melihat bayangan Daniel sedang bermain di sana.

"Jangan bilang—"

"Bukan seperti yang kamu pikirin," sambar Carissa cepat.

"Memangnya apa yang aku pikirin?" tanya Carissa lagi.

"Pokoknya aku gak ada apa-apa sama Kak Daniel mu itu Cha," jelas Carissa dan membuat sepupunya itu tersenyum lega.

Ia merangkul Carissa kemudian mengenalkannya pada teman-teman satu kelasnya.

Mungkin karena Rossa gadis yang supel dan gampang bergaul, makanya dia tidak kesusahan untuk mendapatkan banyak teman seperti saat ini.

Berbeda dengan Carissa yang sangat pemalu dan cenderung tak banyak bicara. Dia lebih suka banyak mendengarkan alih-alih banyak bicara seperti Rossa.

"Nanti aku ada les, kamu pulang aja sama supir. Aku sama temenku," kata Rossa sebelum Carissa kembali ke dalam kelasnya.

Gadis itu hanya mengangguk, ikut saja apa kata Rossa.

Di pertengahan jalan ketika ia hendak kembali ke kelasnya. Carissa tanpa sengaja berpapasan dengan Daniel. Tapi Carissa berusaha untuk mengalihkan pandangannya agar tidak dikira Rossa kalau ia tertarik pada lelaki itu.

Tapi memang dia tidak tertarik pada Daniel.

**

Sepulang sekolah, Rian menjemput Carissa di sekolahnya. Sangat jarang ia lakukan bahkan pada anaknya Rossa. 

Carissa yang menunggu mobil yang tadi pagi mengantarkannya pun jadi bingung, karena belum ada di sana ketika ia keluar dari sekolah. Tetapi malah mobil lain yang di dalamnya ada Rian mendekatinya.

Rian membuka salah satu sisi jendela mobilnya. Ia melambaikan tangannya pada Carissa yang saat itu sedang berdiri di trotoar sekolahan.

"Ris!" panggil Rian dengan semangat. Ia tersenyum lebar melihat keponakannya itu langsung berjalan menghampirinya.

"Mau jemput Ocha, Paman?" tanya Carissa sedikit menundukan punggungnya. 

Rian menggelengkan kepalanya. "Gak tuh, Ocha kan ada les, Paman mau jemput kamu," jawab Rian penuh dengan percaya diri.

"Jemput Rissa?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa? Kamu gak mau?" tanya Rian lagi.

Carissa menggelengkan kepalanya karena tak enak. "Bukan gitu Paman, Carissa gak enak aja, udah repotin Paman," katanya pelan.

"Udah gak apa-apa, kamu naik aja. Temenin Paman makan, kalau kamu gak enak."

Tanpa berpikir negatif, akhirnya Carissa naik ke dalam mobil yang sedang Rian bawa. Ia menuju ke sebuah tempat bersama dengan Carissa siang itu.

"Paman yakin, kamu pengen keliling di sekitar sini kan?" tanya Rian tiba-tiba.

"Sedikit, tapi Ocha sibuk."

"Sama Paman aja, gak apa-apa."

Carissa hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia masih sungkan dengan paman yang sudah lama tak ia temui itu. Setelah ia sudah dibiayai sekolah oleh Rian, kini dengan baik hati lelaki itu memberikan tawaran yang menyenangkan seperti itu padanya.

"Kita sekarang mau ke mana, Paman?" tanya Carissa, ia memandang pemandangan ke luar jendela. Pepohonan rimbun menutupi sinar matahari yang sudah berangsur turun.

"Kita makan kue di kafe, kamu udah pernah ke sana belum?" tanya Rian.

Carissa menggelengkan kepalanya. "Jangankan ke kafe, bisa makan aja Rissa sudah bersyukur," jawabnya pelan.

Hidupnya memang sangat pas-pasan ketika tinggal di rumah lamanya. Sehari dia mungkin hanya akan makan satu kali, itu pun dengan lauk seadanya.

Tapi Carissa tidak bisa protes karena ia tahu keadaan keuangan ayah dan ibunya.

"Tenang aja—selama kamu tinggal di sini sama Paman, semua yang kamu mau Paman belikan," kata Rian. Mobilnya memasuki ke area parkir.

Di depannya sudah ada sebuah bangunan kafe ala anak muda. 

Karena masih jam sekolah, makanya kafe saat ini masih cenderung sepi. Dan akan ramai ketika menjelang sore.

"Wah, Rissa baru pertama kali ke sini," gumamnya takjub memandangi kafe yang biasanya hanya ia bisa lihat di dalam layar kaca.

"Ayo masuk," ajak Rian.

Carissa awalnya ragu untuk menerima kebaikan Rian satu ini. Apalagi kalau sampai Rossa tahu, apakah ia akan cemburu pada Carissa?

Belum lagi setelah dari kafe, Rian mengajak Carissa untuk membeli baju baru untuknya di mall.

"Carissa gak butuh ini, Paman," tolak Carissa dengan sopan.

"Udah gak apa-apa, sebagai gantinya kamu awasin Rossa di sekolah ya. Kamu harus punya baju bagus biar gak minder sama temen-temen kamu."

Rian rupanya tahu jika baju yang dipakai oleh Carissa sudah usang dan jelek. Ia bahkan juga membelikan sepatu untuk Carissa sekolah.

Sampai membuat Carissa bertanya dalam hatinya, mengapa lelaki itu sangat baik padanya.

"Jangan bilang-bilang sama Ocha ya, Ris. Nanti dia pengen," kekehnya. Dan ini yang membuat Carissa mulai tak enak pada Rossa, sepupunya.

"Mau nonton ke bioskop gak?" tanya Rian. Membuat Carissa langsung menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia nonton dengan pamannya sendiri.

Memang sih, pamannya ini belum terlalu tua. Tapi tetap saja, jika orang lain yang melihatnya seperti anak abege yang sedang jalan dengan sugar daddy-nya.

"Pulang aja Paman." Carissa meringis menampakan deretan giginya yang rapi. Gadis itu sudah penuh membawa barang belanjaan dan tak ingin sampai Rossa memergokinya.

"Kamu udah punya pacar, Ris?" tanya Rian ketika mereka masuk ke dalam mobil.

"Gak punya, Rissa masih kecil belum boleh pacaran sama ayah," jawab Carissa dengan polosnya.

Rian tersenyum penuh makna. "Bener apa kata ayah kamu, jangan pacaran dulu kalau belum dewasa."

"Tapi kalau Ocha pacaran gimana, Paman?"

"Kalau itu sih terserah Ocha aja, asal jangan pacaran sama cowok brengsek."

Carissa tersenyum kaku. Apakah Rian sudah tahu kalau anaknya itu menyukai seorang lelaki di sekolahnya?

"Kenapa? Kamu lihat Ocha pacaran di sekolah?"

"Gak Paman, gak liat. Ocha rajin kok di sekolah." Carissa terpaksa berbohong pada Pamannya, jika di sekolah Rossa sedang mengejar lelaki yang bernama Daniel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status