Home / Romansa / My Beautiful FAT Girl / Kesialan yang hakiki

Share

Kesialan yang hakiki

last update Last Updated: 2021-05-05 09:50:49

Seorang gadis bertubuh gembul menggemaskan tampak serius menyimak penjelasan guru Fisika di depan kelas. Gadis itu, berkali-kali tampak mencatat hal penting dari penjelasan guru ke bukunya. Namun sebuah lemparan kertas membuatnya terusik. Gadis itu pun menoleh ke belakang di mana seorang bocah menyebalkan tampak tersenyum ke arahnya. Senyuman yang benar-benar membuatnya kesal. Siapa lagi kalau bukan Liam. 

Dengan kode pria itu melirik ke arah lantai di mana kertas yang dia lempar jatuh. Meminta agar Putri membuka isinya. Gadis itu pun memungut kertas dan membukanya dengan kesal. 

Dan kini mata besarnya membulat sempurna, pasalnya Liam menulis hal menyebalkan di sana.

"❤️Hai gendut ❤️"

Plus dengan bentuk love yang digambar dengan buruk bagi Putri. Putri pun meremas kertas itu dengan kesal dan membuangnya ke tong sampah. Baru kali ini ada yang terang-terangan mengatakan dia gendut.

Pluk...

Lagi-lagi lemparan kertas membuatnya kembali menoleh ke belakang. Lirikan mata gadis itu tampak tajam menatap Liam yang tersenyum manis ke arahnya. Sungguh menyebalkan. 

Putri kembali memungut kertas dan membukanya. Sial. Kali ini jantungnya malah dibuat berdebar.

"❤️Hai gendut tapi cantik❤️"

Seulas senyum Putri tahan. Sungguh dia tak ingin terlihat bahagia membaca tulisan ini. Bisa-bisa Liam akan semakin besar kepala kalau melihatnya. Dan kini gadis itu merutuki hatinya yang mudah baper. Dengan gemas Putri meremas kertas dan kembali membuangnya ke tempat sampah.

Pluk...

Lagi-lagi lemparan kertas mendarat sempurna di tubuhnya. Kali ini benar-benar membuat Putri geram. Pasalnya dia tak bisa konsentrasi dalam menyimak penjelasan dari Pak Ilham.

Putri pun memungut kertas yang ada di lantai. Tapi kali ini berbeda. Gadis itu tidak membuka isi kertas melainkan melemparnya kembali ke arah Liam. Dan konyolnya Liam tertawa geli, karena aksinya membuat Pak Ilham yang sedang mengajar pun terusik.

"Liam, Putri! Kalian maju ke depan. Putri kerjakan soal nomor 1 dan Liam soal nomor 2," ucap Pak Ilham memerintah dua muridnya yang sejak tadi lempar-lemparan kertas. Hal itu sukses membuat Putri menatap tajam ke arah Liam. Gadis itu benar-benar kesal.

Putri pun maju ke depan white board. Gadis itu meraih spidol hitam untuk mulai mengerjakan soal yang ditulis oleh guru fisikanya. Beruntung gadis itu memiliki kecerdasan luar biasa, didukung dengan hobi membacanya. Membuatnya bukan kesulitan untuk mencari deretan angka pasti demi menyelesaikan soal tentang hukum Newton kali ini. Sedangkan Liam. Pria itu hanya membaca soal berulang-ulang tanpa ada niat menyoretkan spidol ke papan demi menyelesaikan soal. Jangankan menyelesaikan, memahami maksud soal pun tidak. Bukan karena bodoh Liam seperti ini, tapi karena bocah itu terlampau malas. Membuat Putri semakin ilfil padanya.

"Sudah selesai, Pak." Putri memberikan spidol yang dia gunakan kepada guru fisika yang duduk di kursinya. Guru fisika itu pun segera bangkit demi memastikan jawaban Putri. 

"Ya jawabannya benar," ucap Pak Ilham membuat hati Putri sangat lega. Gadis itu mengusap dadanya perlahan pertanda merasa aman.

"Saya tahu kamu memang pintar. Berkali-kali ikut kejuaraan olimpiade antar sekolah. Tapi bukan berarti di jam pelajaran kamu asik bermain-main seperti tadi." Ucapan Pak Ilham membuat Putri menundukkan kepalanya. Dia mengaku salah. Seandainya saja tadi dia tidak menanggapi Liam mungkin tidak akan seperti ini.

"Saya minta maaf, Pak." 

"Berdiri di pojok kelas!" Perintah Pak Ilham membuat Putri mundur untuk berdiri di pojok kelas. Sungguh Putri merasa kesal sekaligus malu. Pasalnya ini pertama kali menjadi pajangan kelas karena kesalahan yang diperbuat. Gadis itu terus menundukkan kepalanya. Berharap segala rasa malu tumpah ke lantai keramik yang akan menimbunnya. Sayangnya rasa malu terus bersarang dalam hati gadis itu.

"Liam, kamu dari tadi cuma baca soal. Belum ditulis jawabannya. Kenapa? Enggak bisa jawab?" Tanya Pak Ilham menahan kesal. Bocah yang satu ini memang selalu berbuat ulah. Kali ini memang tidak berbuat gaduh di kelas, tapi menggangu konsentrasi jam pelajaran dengan melempar kertas berkali-kali.

"Maaf, Pak. Bukan enggak bisa jawab, tapi engga tau jawabannya," ucapnya terkekeh tanpa dosa. Membuat Putri yang mendengar hal itu hanya bisa mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Sungguh jawaban Liam selalu saja begitu. Mengungkapkan hal yang sama dengan pertanyaan untuk sebuah penyangkalan. Dasar bocah aneh.

"Kalau kamu seperti ini terus, mau jadi apa kamu di masa depan? Belajar malas, buat ulah terus. Sekarang kamu berdiri di tengah lapangan." 

"Baik, Pak. Sama Putri kan, Pak?" Tanya Liam santai membuat Putri mengangkat wajahnya menatap bengis ke arah pria menyebalkan itu.

"Ya. Kalian berdua berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran saya usai," ucap Pak Ilham.

"Lho Pak kok saya juga di lapangan sih? Kan saya bisa jawab soalnya," ucap Putri protes.

"Kamu tetap dihukum. Kamu pikir dengan bisa menjawab soal, kamu bisa lari dari hukuman?" Ucap Pak Ilham balik bertanya.

"Tapi, Pak..."

"Oke kalau kamu engga mau berdiri di tengah lapangan. Kamu harus buat surat pernyataan tidak akan mengulangi kesalahan yang ditandatangani oleh kedua orang tua kamu," ucap Pak Ilham memberikan pilihan.

Putri pun menoleh ke arah lapangan di mana matahari begitu setia memancarkan panasnya. Namun gadis itu jauh lebih tidak rela mengecewakan kedua orang tuanya. Sungguh lebih baik dia panas-panasan.

"Baik, Pak. Saya berdiri di tengah lapangan," ucap Putri melenggang ke luar kelas. 

Kini gadis itu berdiri di tengah lapangan dengan hati yang tak kalah panas dari matahari. Wajahnya mulai dipenuhi peluh. Bahkan kulitnya mulai memerah. Liam pun ikut berdiri di sisi Putri. Entah mengapa rasa bersalah bergelayut di hatinya. Putri ikut kena hukuman karena ulahnya padahal gadis itu terkenal sebagai gadis baik-baik di kelas. Sang juara kelas yang selalu terjaga attitude nya.

Berkali-kali Liam melirik ke arah Putri yang mengerucutkan bibirnya. Bahkan sesekali gadis itu mengusap matanya. Liam yakin di antara keringat yang mengalir, ada air mata yang tersisip di sana.

"Maafin aku ya, Put." Ungkapan Liam tak dijawab gadis itu.

"Put, jangan marah dong." Putri masih setia dengan kebisuannya.

"Put, aku minta maaf. Aku janji enggak akan ulangi ini lagi," ucap Liam.

"Kamu minta maaf pun percuma, Liam. Aku udah terlanjur ikut kena hukuman." Suara gadis itu terdengar pelan namun menusuk hati Liam. Gambaran suasana hati Putri yang benar-benar marah. Saat marah gadis itu lebih memilih untuk diam.

Melihat pakaian Putri yang mulai basah. Liam pun merasa kacau. Bagaimana tidak. Pakaian dalam Putri tercetak cukup jelas. Pria itu pun melepaskan jaketnya dan memakaikannya di bahu gadis itu.

Merasa ada yang menggantung di bahunya, Putri pun menatap area bahu di mana sebuah jaket jeans tergantung di sana. Rupanya Liam yang menggantungkannya. Tapi untuk apa pakai jaket di suasana panas dibawah guyuran sinar matahari yang membakar.

"Aku engga butuh jaket kamu," ucap Putri tanpa menatap Liam.

"Kamu emang enggak butuh. Tapi aku yang butuh kamu pakai jaket," ucap Liam membuat Putri akhirnya menatap pria itu. Tatapan bingung membuat wajah bulat putri yang memerah semakin menggemaskan bagi Liam.

"Maksud kamu?"

"Seragam kamu basah. Underware nya jelas keliatan warna pink kan?" Ucap Liam berbisik.

Wajah gadis itu pun semakin memerah karena malu. Tanpa pikir panjang, gadis itu segera mengenakan jaket Liam demi melindungi asetnya yang berharga. Sungguh ini kesialan yang hakiki.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Beautiful FAT Girl   My beautiful Fat girl (end)

    Citra baru saja hendak menghampiri Putri. Tapi nyatanya dia justru malah melihat putri berlari keluar dari perpustakaan. Tubuh gadis Itu tampak berguncang."Putri nangis kenapa?" Gumam Citra dalam hati nya. Namun sesaat kemudian dia justru melihat Liam yang duduk di meja perpustakaan."Putri kok keluar? Dia kenapa?" Tanya Citra pada Liam."Aku nggak tahu," jawab liang masih menatap kearah pintu perpustakaan. Padahal nyatanya di sana sudah tidak ada Putri."Lho kok kamu nggak tahu? Kan terakhir kali kamu sama dia," ucap Citra bingung."Kamu salah ngomong kali, terus dia marah deh jadinya," ucap Citra membuat Liam mengangkat bahunya."Kamu habis ngomong apa sama Putri?" Tanya Citra."Aku nembak dia lagi. Tapi kayaknya dia mau nggak suka sama aku deh," ucap Liam tertawa sumbang. Hal ini tentu saja membuat Citra ikut tertawa. Citra sudah tak punya rasa sakit di hatinya melihat Liam ya masih menyukai Putri. Karena kini di

  • My Beautiful FAT Girl   Masih menunggu jawaban

    Sore ini menjadi sore yang berbahagia. Seolah sinar jingga yang menghiasi langit biru ikut meramaikan kebersamaan Putri, Citra dan Liam. Mereka baru saja selesai membersihkan toilet sekolah. Rasa lelah hinggap di tubuh mereka. Tapi kebersamaan membuatnya merasa bahagia dan tidak terbebani sama sekali.Sejak saat itu mereka mulai belajar bersama. Berusaha keras untuk menjadi bintang kelas hingga akhirnya bersaing secara sehat untuk mendapatkan juara kelas.Putri dan Liam selalu bergantian menjadi juara 1 dan 2. Sedangkan Citra menjadi juara 3 nya. Tak hanya itu, Citra juga menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak pilih-pilih kawan. Dan seragam yang digunakannya pun patuh pada aturan.Dan di hari menjelang kelulusan, Putri bersama Citra selalu saja berada di perpustakaan. Mengisi waktu kosong tanpa jam pelajaran.Mereka berpencar di perpustakaan, mencari buku-buku favorit mereka. Setelah Putri mendapatkan buku kesukaannya, gadis itu pun dudu

  • My Beautiful FAT Girl   Bahagia

    Usai berbincang dari hati ke hati, Putri dan Citra pun keluar dari ruangan menghampiri kedua orang tua mereka."Kami sudah saling minta maaf dan saling memaafkan. Mulai hari ini kami akan berteman," ucap Putri tersenyum ke arah Citra."Syukurlah kalau begitu," ucap Ilyas tersenyum. Kemudian Pak Ilyas pun menghampiri Pak Rayyan, mengulurkan tangannya."Minta maaf atas kesalahan putri saya kepada putri Anda ya, Pak.""Tidak masalah, Pak. Mereka masih remaja butuh melakukan kesalahan untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Rayyan begitu bijaksana."Baiklah kalau begitu. Masalah selesai. Untuk Citra. Berdasarkan diskusi kami para orang tua, kamu tetap mendapatkan hukuman. Yaitu membersihkan toilet sekolah," ucap Pak Annas membuat Citra menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia terlalu pasrah."Iya, Pak." Ucap Citra mengang

  • My Beautiful FAT Girl   Mulai berteman

    “Put, maafin gue. Gue yang salah,” ucap Citra lemah.*****Putri menatap tangan Citra yang terulur ke arahnya. Gadis itu tersenyum. Tak menyangka Citra mau minta maaf padanya. Karena yang dia tahu, Citra adalah gadis super ampuh yang tak mau mengakui kesalahannya. Jangankan meminta maaf mengakui kesalahan saja dia enggan. Bahkan dia kerap kali memutarbalikkan fakta agar orang yang yang menjadi korban seolah bersalah. Inilah kenyataan yang terjadi pada Putri.Putri masih belum meraih jabatan tangan Citra. Gadis itu kembali menoleh ke atas. Hendak menatap wajah Citra. Sayangnya Citra membuang wajahnya ke arah lain. Gadis itu benar-benar angkuh.Putri pun tersenyum melihat tingkah Citra."Kalau nggak ikhlas minta maaf, nggak usah minta maaf," ucap Putri tenang. Buat Citra kembali menatap wajah Putri dengan geram. Citra berusaha menahan emosinya dengan kuat. Sungguh gadis dihadapannya ini membuatnya terbakar amarah. Bahkan

  • My Beautiful FAT Girl   Minta maaf

    Liana berjalan tergesa menuju kelas Citra, putrinya. Sungguh dia benar-benar panik saat tau dia telah mencari masalah dengan investor terbesar di perusahaan suaminya. Kali ini dia harus bisa memastikan Citra meminta maaf pada Putri.TOK TOK TOK...Liana mengetuk ruang kelas Citra yang sedang menerima pelajaran. Hal itu tentu saja membuat guru yang sedang mengisi kelas menghentikan penjelasannya. Kemudian berjalan menuju pintu.Ceklek.“Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berpakaian rapi layaknya seorang guru pun menyapa Liana.“Permisi, Bu guru. Perkenalkan saya liana. Ibu dari Citra. Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya harus bertemu dengan putri saya yang namanya Citra. Apa kah boleh?” tanya Liana sopan.“Kalau boleh tau apakah hal yang harus dibicarakan adalah hal yang mendesak? Karena saat ini sedang ada pemberian materi pelajaran,” u

  • My Beautiful FAT Girl   Khawatir

    Kini Rayyan mulai menyetel rekaman pada kamera SLR milik Liam. Pria itu tersenyum puas melihat reaksi Liana. Pasalnya dia baru menyadari kalau ternyata Citra yang mencari masalah. Sedangkan Putri hanya berusaha membela diri. Dan dua gadis yang menjadi saksi adalah teman Citra yang berniat mengganggu Putri."Setelah anda melihat rekaman Kamera SLR ini. Apa anda masih berpikir bahwa Putri bersalah, Pak Annas?" Tanya Rayyan."Saya minta maaf atas kesalahan ini. Saya akan menindaklanjuti kasus ini. Terima kasih atas bukti rekaman nya Pak Rayyan," ucap Pak Annas."Daddy dapet kamera ini dari siapa?" Tanya Putri penasaran."Nanti Daddy kasih tau. Sekarang yang penting Daddy mau memenuhi janji Daddy untuk membatalkan hukuman skorsing kamu, Nak." Rayyan mengusap lembut puncak kepala putrinya. Sedangkan Liana menampilkan wajah pucat. Dalam rekaman itu jelas terlihat bahwa Citra memang sangat bersalah. Awalnya Citra bersama dua temannya yang hendak memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status