Rasa hadir tanpa kata. Menciptakan asa dalam jiwa. Dan ketika cinta mulai bicara. Perubahan indah akan tercipta. Inilah yang dialami oleh William Nugraha, putra tunggal Adi Nugraha pemilik perusahaan yang berjalan di bidang properti. Siapa sangka jatuh cinta pada teman sekelasnya yang gendut namun cantik di matanya, membuat segala perilaku buruknya berubah. Menciptakan kebahagiaan bagi orang tuanya karena tak ada lagi Liam yang bandel dan sering mendapatkan surat cinta dari sekolah. Yang ada saat ini hanya Liam si bintang kelas peraih juara olimpiade matematika. Bahkan berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di Harvard.
View MoreRasa hadir tanpa kata.
Menciptakan asa dalam jiwa.
Dan ketika cinta mulai bicara.
Perubahan indah akan tercipta.
Inilah yang dialami oleh William Nugraha, putra tunggal Adi Nugraha pemilik perusahaan yang berjalan di bidang properti.
Siapa sangka jatuh cinta pada teman sekelasnya yang gendut namun cantik di matanya, membuat segala perilaku buruknya berubah. Menciptakan kebahagiaan bagi orang tuanya karena tak ada lagi Liam yang bandel dan sering mendapatkan surat cinta dari sekolah. Yang ada saat ini hanya Liam si bintang kelas peraih juara olimpiade matematika. Bahkan berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di Harvard.
"Putri, aku mau bicara sama kamu," ucap Liam pada Si beautiful fat girl. Julukan khusus untuk pujaan hatinya.
"Mau bicara apa?" Tanya Putri pada Liam santai. Gadis itu masih sibuk membaca buku di tangannya. Hal itu sukses membuat Liam kesal. Bagaimana mungkin saat dia ingin bicara serius, sang gadis justru sibuk membaca buku dengan kaca mata tebalnya.
Pluk...
Liam menutup buku Putri dengan gemas. Membuat gadis cantiknya yang chubby itu cemberut.
"Aku mau ngomong serius, kamu malah sibuk baca buku," ucap Liam kesal.
"Yaudah iya. Mau ngomongin apa sih?" Putri berusaha sabar menghadapi Liam. Bukan hal sulit menaklukkan singa jantan di hadapannya. Tinggal menampilkan senyum manisnya, pasti Liam sudah luluh. Dia sendiri bingung apa yang membuat Liam begitu penurut padanya.
"Aku dapat beasiswa ke Harvard," ucap Liam menunggu reaksi Putri. Awalnya gadis itu terdiam, namun selanjutnya gadis itu malah tersenyum bahagia.
"Serius? Selamat ya," ucap Putri begitu bersemangat. Dia tak menyangka Liam yang dulunya Si raja bolos dan bodoh, kini menjadi pangeran cerdas yang hebat.
"Kok selamat sih?" ucap Liam kesal. Kini Liam lah yang mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar tak menyangka dengan reaksi Putri. Dia pikir Putri akan menangisi kepergiannya, nyatanya gadis itu malah tersenyum bahagia. Namun sesaat kemudian Liam pun menghela nafas berat. Rupanya dia melupakan satu hal, sejak dulu memang Putri tak pernah ada rasa padanya. Ungkapan cintanya pun ditolak berkali-kali dengan alasan tak mau berpacaran saat masih sekolah. Tapi tak bisakah kedekatan mereka menciptakan benih-benih cinta di hati gadis itu?
Padahal selama ini Liam menjadi most wanted di sekolah karena ketampanan dan kehebatannya. Dia adalah atlet bela diri yang sering keluar masuk majalah sekolah karena selalu berhasil meraih mendali. Bahkan sekarang dia berhasil jadi juara kelas demi gadis pujaannya, gadis gendut yang cantik di matanya.
"Ya terus aku harus gimana? Bagus dong kalau kamu dapat beasiswa ke sana. Susah lho masuk ke universitas terkenal di luar negeri," ucap Putri merasa bangga pada temannya yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Serasa punya bodyguard ganteng.
"Put, aku mau bilang sekali lagi sama kamu. Aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu cinta enggak sama aku?" tanya Liam kali ini tanpa basa basi. Entah sudah berapa kali dia lakukan ini. Menyatakan cinta pada the Beautiful FAT Girl-nya.
"Liam. Kan aku udah pernah bilang. Aku engga mau pacaran selama aku masih sekolah," ucap Putri kesal. Bukan hanya karena ungkapan Liam yang selalu diulang beberapa kali terakhir ini. Tapi sungguh Putri sendiri tidak nyaman karena teman-teman wanita sekelasnya memusuhi. Menganggap dia sudah menggoda idola mereka. Padahal nyatanya selama ini Putri selalu menghindari Liam. Liam lah yang selalu mengikutinya. Bahkan ikut naik angkot yang arahnya jelas berbeda dengan rumahnya, demi mengantar Putri.
"Put, kali ini aku engga minta kamu jadi pacar aku. Aku cuma tanya kamu suka enggak sama aku? Cinta enggak sama aku," ucap Liam menatap netra coklat gadis pujaannya lekat.
"Put, bukan hal mudah yang aku lakukan selama ini buat kamu. Aku belajar mati-matian demi mendapatkan nilai bagus. Karena dulu kamu bilang engga mau punya pacar yang bodoh dan bandel kayak aku. Aku udah berubah buat kamu. Setidaknya balas perasaan aku aja. Itu udah cukup buat aku," ucap Liam panjang lebar. Sedangkan Putri semakin bingung harus berkata apa lagi.
Jujur saja, Putri merasa Liam adalah pria tampan dan hebat. Bahkan sekarang sudah mendapatkan predikat cerdas pula, mana mungkin bisa setia pada gadis gendut sepertinya.
"Liam Liam, apa sih yang kamu liat dari aku? Aku tuh gendut. Yang langsing dan cantik aja banyak. Kenapa harus aku?" Putri menanggapinya dengan kekehan. Dia merasa heran.
"Kalau aku bilang yang bikin aku suka karena kamu gendut, memang kamu percaya? Enggak kan? Lemak kamu tuh bikin aku gemas pengen cubit pipi kamu," ucap Liam gemas mencubit pipi chubby Putri.
"Ah Liam sakit," ucap Putri kesal.
"Habis gemes," ucap Liam tersenyum menatap wajah Putri yang merona. Rasanya warna merah yang menghiasi pipi gembul Putri, membuat gadis itu semakin cantik di matanya.
"Gimana Put? Apa jawaban kamu? Kamu suka enggak sama aku? Cinta enggak sama aku? Biar aku tenang," ucap Liam.
"Biar tenang? Kamu kayak mau ke alam barzah aja," ucap Putri terkekeh. Hal itu sukses membuat Liam mencubit lemak di pinggang Putri karena kesal.
"Sekolah tapi mulut enggak ikut disekolahin," ucap Liam menatap wajah Putri yang meringis kesakitan.
"Hehehe. Aku becanda. Gitu aja marah," ucap Putri.
"Siapa bilang aku marah? Aku engga pernah bisa marah tau sama kamu. Udah cepetan jawab. Besok aku udah pergi ke Harvard soalnya," ucap Liam.
"Besok?" Tanya Putri membuat Liam mengangguk.
"Serius?"
"Seribu rius," ucap Liam.
"Nanti boleh engga aku ikut antar kamu ke bandara?" Tanya Putri murung. Ungkapan kepergian Liam yang tinggal di depan mata membuat hatinya sepi. Rasanya mungkin hari-hari yang dia lalui akan kehilangan canda tawa bersama Liam. Perasaan apa ini? Entah mengapa Putri benar-benar takut kehilangan Liam.
"Wajib! Kamu wajib antar aku ke bandara. Mami sama Papi juga mau ketemu kamu. Katanya kangen sama calon menantunya," ucap Liam membuat wajah Putri kembali merona merah.
"Cieeee.... Calon menantu mukanya merah," ucap Liam kembali menggoda Putri.
"Apaan sih," gumam Putri kesal.
"Apa jawabannya?" Tanya Liam kembali bertanya perihal perasannya.
"Nanti aku kasih tau pas aku antar kamu ke bandara aja ya," ucap Putri kemudian pergi meninggalkan Liam sendiri di meja perpustakaan sekolah. Gadis itu berlari keluar ruangan. Hatinya sakit. Membayangkan tentang rasa yang sampai saat ini belum bisa dia mengerti.
Citra baru saja hendak menghampiri Putri. Tapi nyatanya dia justru malah melihat putri berlari keluar dari perpustakaan. Tubuh gadis Itu tampak berguncang."Putri nangis kenapa?" Gumam Citra dalam hati nya. Namun sesaat kemudian dia justru melihat Liam yang duduk di meja perpustakaan."Putri kok keluar? Dia kenapa?" Tanya Citra pada Liam."Aku nggak tahu," jawab liang masih menatap kearah pintu perpustakaan. Padahal nyatanya di sana sudah tidak ada Putri."Lho kok kamu nggak tahu? Kan terakhir kali kamu sama dia," ucap Citra bingung."Kamu salah ngomong kali, terus dia marah deh jadinya," ucap Citra membuat Liam mengangkat bahunya."Kamu habis ngomong apa sama Putri?" Tanya Citra."Aku nembak dia lagi. Tapi kayaknya dia mau nggak suka sama aku deh," ucap Liam tertawa sumbang. Hal ini tentu saja membuat Citra ikut tertawa. Citra sudah tak punya rasa sakit di hatinya melihat Liam ya masih menyukai Putri. Karena kini di
Sore ini menjadi sore yang berbahagia. Seolah sinar jingga yang menghiasi langit biru ikut meramaikan kebersamaan Putri, Citra dan Liam. Mereka baru saja selesai membersihkan toilet sekolah. Rasa lelah hinggap di tubuh mereka. Tapi kebersamaan membuatnya merasa bahagia dan tidak terbebani sama sekali.Sejak saat itu mereka mulai belajar bersama. Berusaha keras untuk menjadi bintang kelas hingga akhirnya bersaing secara sehat untuk mendapatkan juara kelas.Putri dan Liam selalu bergantian menjadi juara 1 dan 2. Sedangkan Citra menjadi juara 3 nya. Tak hanya itu, Citra juga menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak pilih-pilih kawan. Dan seragam yang digunakannya pun patuh pada aturan.Dan di hari menjelang kelulusan, Putri bersama Citra selalu saja berada di perpustakaan. Mengisi waktu kosong tanpa jam pelajaran.Mereka berpencar di perpustakaan, mencari buku-buku favorit mereka. Setelah Putri mendapatkan buku kesukaannya, gadis itu pun dudu
Usai berbincang dari hati ke hati, Putri dan Citra pun keluar dari ruangan menghampiri kedua orang tua mereka."Kami sudah saling minta maaf dan saling memaafkan. Mulai hari ini kami akan berteman," ucap Putri tersenyum ke arah Citra."Syukurlah kalau begitu," ucap Ilyas tersenyum. Kemudian Pak Ilyas pun menghampiri Pak Rayyan, mengulurkan tangannya."Minta maaf atas kesalahan putri saya kepada putri Anda ya, Pak.""Tidak masalah, Pak. Mereka masih remaja butuh melakukan kesalahan untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Rayyan begitu bijaksana."Baiklah kalau begitu. Masalah selesai. Untuk Citra. Berdasarkan diskusi kami para orang tua, kamu tetap mendapatkan hukuman. Yaitu membersihkan toilet sekolah," ucap Pak Annas membuat Citra menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia terlalu pasrah."Iya, Pak." Ucap Citra mengang
“Put, maafin gue. Gue yang salah,” ucap Citra lemah.*****Putri menatap tangan Citra yang terulur ke arahnya. Gadis itu tersenyum. Tak menyangka Citra mau minta maaf padanya. Karena yang dia tahu, Citra adalah gadis super ampuh yang tak mau mengakui kesalahannya. Jangankan meminta maaf mengakui kesalahan saja dia enggan. Bahkan dia kerap kali memutarbalikkan fakta agar orang yang yang menjadi korban seolah bersalah. Inilah kenyataan yang terjadi pada Putri.Putri masih belum meraih jabatan tangan Citra. Gadis itu kembali menoleh ke atas. Hendak menatap wajah Citra. Sayangnya Citra membuang wajahnya ke arah lain. Gadis itu benar-benar angkuh.Putri pun tersenyum melihat tingkah Citra."Kalau nggak ikhlas minta maaf, nggak usah minta maaf," ucap Putri tenang. Buat Citra kembali menatap wajah Putri dengan geram. Citra berusaha menahan emosinya dengan kuat. Sungguh gadis dihadapannya ini membuatnya terbakar amarah. Bahkan
Liana berjalan tergesa menuju kelas Citra, putrinya. Sungguh dia benar-benar panik saat tau dia telah mencari masalah dengan investor terbesar di perusahaan suaminya. Kali ini dia harus bisa memastikan Citra meminta maaf pada Putri.TOK TOK TOK...Liana mengetuk ruang kelas Citra yang sedang menerima pelajaran. Hal itu tentu saja membuat guru yang sedang mengisi kelas menghentikan penjelasannya. Kemudian berjalan menuju pintu.Ceklek.“Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berpakaian rapi layaknya seorang guru pun menyapa Liana.“Permisi, Bu guru. Perkenalkan saya liana. Ibu dari Citra. Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya harus bertemu dengan putri saya yang namanya Citra. Apa kah boleh?” tanya Liana sopan.“Kalau boleh tau apakah hal yang harus dibicarakan adalah hal yang mendesak? Karena saat ini sedang ada pemberian materi pelajaran,” u
Kini Rayyan mulai menyetel rekaman pada kamera SLR milik Liam. Pria itu tersenyum puas melihat reaksi Liana. Pasalnya dia baru menyadari kalau ternyata Citra yang mencari masalah. Sedangkan Putri hanya berusaha membela diri. Dan dua gadis yang menjadi saksi adalah teman Citra yang berniat mengganggu Putri."Setelah anda melihat rekaman Kamera SLR ini. Apa anda masih berpikir bahwa Putri bersalah, Pak Annas?" Tanya Rayyan."Saya minta maaf atas kesalahan ini. Saya akan menindaklanjuti kasus ini. Terima kasih atas bukti rekaman nya Pak Rayyan," ucap Pak Annas."Daddy dapet kamera ini dari siapa?" Tanya Putri penasaran."Nanti Daddy kasih tau. Sekarang yang penting Daddy mau memenuhi janji Daddy untuk membatalkan hukuman skorsing kamu, Nak." Rayyan mengusap lembut puncak kepala putrinya. Sedangkan Liana menampilkan wajah pucat. Dalam rekaman itu jelas terlihat bahwa Citra memang sangat bersalah. Awalnya Citra bersama dua temannya yang hendak memb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments