Beberapa hari kemudian...
Piero dengan sabar merawat kondisi Cloris, ia tahu betul bahwa saat ini wanita yang sedang membencinya membutuhkan perlakuan lembutnya.
"Pergilah!" Usir Cloris ketika Piero membawa sepiring bubur oatmeal untuk sarapan pagi di kamar.
"Aku membawakan sarapan pagi, masih hangat, kau pasti suka ini Clo." Ucap Piero menghampiri Cloris.
"Ero aku tidak butuh perhatian mu, jadi pergilah!" Usir Cloris menatap geram Piero.
"Tidak akan! ini menyangkut bayiku." Balas Piero mendekati Cloris dan menyuapi dengan paksa.
"Lepassss!" Cloris mendorong tubuh Piero.
"Tidak." U
"kita akan akan pergi sebentar ke toko bayi untuk membeli beberapa pakaian, kau mau ikut kan?" Tanya Ero tersenyum."Tidak! Sudah kubilang aku tidak menginginkan anak ini, kau pergi saja sendiri." Usir Cloris."Cloooo.... Kau boleh membenci ku, tapi setidaknya ini demi bayi yang ada dalam kandungan mu." Kata Piero memohon."Cloooo.. kumohon!" Ucap Ero penuh tekanan."Aku akan mengugurkan nya besok, mengapa kau memaksaku?""Tidak Clo! Kau tidak boleh mengugurkan anakku, berdirilah! ayo kita pergi bersama!" Ucap Piero benar-benar memohon membuat Cloris sedikit iba."Baiklah." Ucap Cloris sedikit malas.
"Clo ini sangat lucu, apa kau suka?" Tanya Ero menunjukkan sebuah baju bayi berwarna hitam."Ero.. aku saja tidak mengerti anak kita perempuan atau laki-laki, mengapa kau ini?" Ucap Cloris dengan malas."Perasaan ku berkata bahwa anak kita adalah laki-laki, kau percaya itu kan?" Balas Piero tersenyum."Gilaa." Ucap Cloris dan pergi."Cloooo." Pangil Piero."Cloooo." Panggil Ero.Cloris berjalan pergi dan menaiki taksi, meninggalkan Ero terdiam disana dengan wajah panik."Pergi kau! Aku tidak ingin bertemu denganmu!" Ucap Cloris saat di dalam taksi.
"kau bercanda, kau pasti salah orang." Elak Cloris dengan sedikit tertegun."Tidak.... Kau budak Ero, kenapa kau tidak jujur saja padaku." Ucap Damian tersenyum dan menoleh ke belakang berharap tak menemukan sosok Lindsey."Bercintalah denganku! Aku memiliki sesuatu yang lebih besar dari Piero." Bisik Damian.Plaakkk!Cloris menampar keras pipi Damian."Cloooooooo......" Teriak Lindsey tiba-tiba.PlaaaakkkkkLindsey menampar pipi Cloris bergantian."Apa yang kau lakukan?" Ucap Lindsey kesal.
"Lindsey, dengarkan aku! Jauhilah Damian! Dia bukan pria yang baik." Ucap Cloris dari arah telepon memberi tahu Lindsey."Tutup mulutmu! Bilang saja kau iri dengan hubungan ini Clo!" Bantah Lindsey membalas dari arah telepon."Baby..." Ucap Damian memeluk Lindsey dari belakang tiba-tiba.Tet...Lindsey mematikan ponselnya begitu saja tanpa mendengarkan semua nasihat Cloris."Apa yang dikatakan Cloris? Katakan saja padaku." Ucap Damian memeluk dan mencium pucuk rambut Cloris."Dia benar-benar gila, dia menyuruhku meninggalkan mu, dia memang tidak bisa melihat seorang temannya bahagia." Ucap Lindsey mendongak ke atas dan melihat wajah
Malam hari....Bel terus berbunyi di kediaman Piero, membuat telinga Cloris seketika benar-benar berisik."Astaga siapa malam-malam berkunjung." Ucap Cloris berjalan menuju pintu."Derry? Jerry?" Cloris benar-benar syok melihat kedatangan mereka berdua."Cloris? Mau kemana kau?" Tanya Jerry."Aku ada urusan penting, aku akan pergi, tapi hanya sebentar." Balas Cloris langsung pergi meninggalkan mereka berdua.Cloris menaiki taksi dan segera menuju tempat yang ia tuju."Mati kau Damian... Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti sahabatku Lindsey." Kata Cloris saat memasuki taksi.
"sudah. Sekarang apa yang kalian lakukan disini?" Ucap Cloris sesudah meminum susu di temani dua pria tampan yaitu Jerry dan Derry di depan seolah mengintimidasi."Baiklah aku akan menghubungi Ero." Ucap Derry mengeluarkan ponsel."Eroo, Cloris sudah meminum susunya, kau tidak akan memecatku kan? Aku sudah menjalankan tugas dengan sangat baik." Ucap Derry dari telepon dan tersenyum.Cloris yang berpura-pura tak mendengar percakapan mereka berdua hanya acuh membuang pandangannya.Keesokan hari...."Kau yakin ini rumah Damian?" Tanya Cloris di dalam mobil bersama Derry dan Jerry."Betul sekali Clo, kau ini jangan mencari masalah, kuha
Beberapa Minggu kemudian....Sesosok pria yang sedang duduk dengan balutan kain katun di lehernya terlihat begitu kesal dengan apa yang baru saja ia dengar, "apa Irene? Jadi maksud mu gadis yang bernama Cloris itu hanya berpura-pura?" Pertanyaan Tn. Eytro selaku papa Piero.Irene mengelap matanya dengan tisu "Iyah papa, tanyakan saja sendiri pada wanita itu." memasang wajah sedih. Ia memang sudah terbiasa memanggil dengan sebutan papa karena memang begitu dekat."Ziooo." teriak Tn. Eytro Memanggil pengawalnya.Pengawal itu langsung menghadap Tn. Eytro "Iyah tuan.""Irene katakan! dimana Zio bisa menemui wanita itu?" rupanya Tn. Eytro telah percaya dengan omongan wanita iblis itu.
_________*********________Suara tangis bercampur serak cukup terdengar di dalam ruang tamu, mungkin itu adalah tempat lain yang sepertinya Piero tak mengetahui nya. Disana terdapat Cloris yang duduk berhadapan dengan Tn. Eytro."Jadi maksud mu kau membohongi ku?" emosi Tn. Eytro di hadapan Cloris.Cloris mencoba sebisa mungkin agar tak ketakutan, tapi semua itu tak dapat ia sembunyikan. Anehnya mengapa ia menangis jika harus berpisah dengan Piero, bukankah itu hal yang selalu ia inginkan?"Iyah, saya berbohong atas tindakan saya. Dan maaf jika semua itu membuat anda tersakiti." ucapnya terlihat begitu sopan karena berbicara dengan orang yang lebih tua.Terlihat emosi Tn. Eytro semak