Share

Bab 3

Keesokan harinya Kallica datang ke kantor dengan wajah ceria. Saat mulai masuk ke dalam kantor dia bersenandung dengan senang. Dia menyapa semua staff kantor dengan senyuman pepsodent.

"Tumben sepagi ini sudah senang,"sapa bu Adek melihat wajah Kallica berbinar.

Kallica tertawa kecil sambil menutupi mulutnya."Mulai hari ini, saya akan memperlihatkan aura positif saya, Bu."

Bu Adek memperlihatkan kedua jempolnya kepada Kallica mendukung program pagi ceria Kallica.

"Saya hampir lupa,"tandas bu Adek.

Padahal setelah menyapa Kallica tadi dia hendak menuju ruangannya lagi. Lalu dia teringat sesuatu hal yang harus disampaikan kepada Kallica.

"Kamu ke atas dulu, Kal. Pak Egit menunggumu."

Kallica berkerut bingung."Kenapa lagi, Bu?"

"Sepertinya kontrak kerjamu di perpanjang. Pak Egit memintamu untuk menandatanganikontrak,"ucap bu Adek mengedipkan satu mata.

Mata Kallica membola dengan penuh ceria. Karena dia hanya seorang pegawai kontrak. Jadi berita yang baru saja didengarnya membuat hati Kallica bahagia.

"Tapi Bu,"kata Kallica sedikit bingung.

"Bukannya itu seharusnya bulan depan, ya? Kalau saya di perpanjang, berarti bulan depan kontrak barunya turun."

"Itu sama saja, Kallica. Yang paling utama kamu masih bekerja di sini."

Kallica tersenyum bahagia mendengar kontrak kerjanya di perpanjang. Berita tersebut menambah keceriannya di pagi ini.

"Jangan lupa temui pak Egit secepatnya,"ujar bu Adek mengingatkan.

Kallica memberi isyarat oke kepada bu Adek dengan senyum mengembang. Sepuluh menit berselang, gadis itu sudah berdiri di depan pintu ruangan pak Egit.

"Masuk,"ucap pak Egit keras sesaat Kallica mengetuk pintu kedua kali.

Masih dengan senyuman yang belum hilang di wajahnya gadis itu masuk.

"Bu Adek meminta saya menemui bapak,"ucap Kallica sambil berjalan ke dalam.

Pak Egit mengangguk."Benar Kallica, silakan duduk."

Gadis itu langsung menjalankan perintah. Dia menatap kepada pak Egit penuh harap. Bersiap-siap mendengarkan kabar baik dari mulut boss-nya sendiri.

"Kontrak kerja kamu di perpanjang,"kata pak Egit memulai pembicaraan.

Pria itu mengeluarkan berkas kontrak dari dalam laci, lalu menyerahkan ke hadapan Kallica.

"Kamu tandatangi di beberapa bagian,"kata pak Egit menambahkan.

"Tumben lembarannya sedikit banyak dari biasanya, Pak."

Pak Egit tersenyum tenang." Kamu tahu sendiri kedatangan pemilik hotel. Jadi itu tiga rangkap, satu untuk saya, yang lainnya untuk penyalur dan pak Azka,"kata pak Egit memberi penjelasan.

Kallica mengangguk paham dan mengerti. Di tangannya sudah ada pena berwarna hitam. Dia juga tidak tahan lagi untuk menandatangani dokumen tersebut.

"Dibaca dulu Kallica,"sela pak Egit.

"Tidak usah, Pak. Sudah setiap tahun saya lakukan ini. Saya percaya dengan bapak," jawab Kallica tersenyum senang.

Kallica segera menandatangi semua berkas. Dia bersyukur sekali karena perpanjangan kontrak ini membuatnya masih ada pemasukan setiap bulannya.

Itu lah mengapa tidak ada keraguan lagi di dalam Kallica atas isi yang tertulis di dalam surat kontrak tersebut.

Gadis itu tersenyum puas setelah selesai menandatangi semua berkas.

***

Seminggu berlalu, gadis itu sudah melupakan pertemuannya dengan Bara. Dia sangat menikmati hidupnya tanpa rintangan apapun. Pekerjaan tetapnya juga berjalan lancar sedangkan pekerjaan sampingannya juga mengikuti.

Saat sampai di kantor, nampak suasana sedikit tidak biasa. Para staff kantor sedang berbisik-bisik, tetapi Kallica sendiri tidak tahu apa yang mereka khawatirkan.

"Ada apa?"tanya Kallica saat bertemu Suci di pantry.

Suci mengedikan bahu, dia juga tidak tahi apa yang terjadi. Dia juga baru datang dan suasana kantor sudah tegang seperti itu.

"Kita tunggu bu Adek saja. Palingan bentar lagi bu Adek turun. Kita lakukan saja pekerjaan kita," ajak Kallica kepada Suci.

Mereka berdua menuju ke gudang. Mengambil peralatan kebersihan mereka. Lagipula, masalah staff . Belum tentu juga menjadi urusan para pekerja di bawah nya.

"Kallica,"panggil bu Adek.

Kallica segera menghampiri atasan nya itu.

"Temui pak boss di ruangannya sekarang. Saya ingin memanggil yang lain,"kata bu Adek tegas.

Kallica langsung membereskan peralatan kebersihan nya. Segera menuju lantai atas ke tempat pak Egit.

"Masuk,"ucap suara menyahut dari ruangan pak Egit.

Kallica langsung masuk ke dalam. Saat di dalam ruangan gadis itu mengernyit heran melihat pak Egit memunggunginya.

"Apa aku membuat kesalahan?"tanya Kallica di dalam hati.

"Tutup pintunya,"tegas pak Egit.

Setelah menutup pintu, gadis itu berjalan mendekati meja pak Egit sambil berkutat dengan pikirannya. Karena melihat pak Egit bertingkah tidak seperti biasa.

"Bapak memanggil saya?"tanya Kallica memecahkan keheningan.

"Selamat pagi, Kallica. Lama tidak bertemu,"sapanya.

Lalu kursi itu berputar, tadinya pak egit yang memunggungi Kallica, berubah berhadapan dengan Kallica.

Bola mata Kallica mebulat terkejut dan tidak percaya sama sekali. Pria yang paling di hindari nya selam ini. Sekarang sedang duduk berhadapan dengannya.

"Bara,"ucap Kallica dengan suara tercekat.

"Manusia songong,"lirihnya berbisik yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri.

Bara dengan tanpa berdosa menampakan deretan giginya yang putih. Senyuman lebar terukir di wajah nya. Senyuman yang mampu membuat tensi darah Kallica melonjak tinggi.

"Apakabar mu teman lama ku?"tanya Bara dengan penuh kemenangan.

Dia menyadari jika Kallica tidak senang dengan kehadirannya. Namun, pria itu tidak peduli, dia sengaja berbicara selembut mungkin untuk menggoda Kallica.

"Dasar babon!"teriak Kallica dengan suara melengking.

"Tenang my dear," potong Bara cengengesan.

"Apa yang kau lakukan di sini, hah!"teriak Kallica penuh emosi.

"Pelankan suara mu jika berbicara dengan atasan mu."

"Kau bukan atasan ku, kau paham! Dimana pak Egit? Dan apa yang kau lakukan di sini!"jerit Kallica untuk kesekian kalinya.

Sungguh dia tidak akan bisa berbicara sopan dan penuh kelembutan kalau berhadapan dengan Bara.

"Aduh, tenang kan diri mu. Jangan berteriak di dalam ruangan ku, aku tidak tuli Kallica. Kau berbisik pun aku bisa mendengarnya."

"Dimana pak Egit?"tanya Kallica memelankan suaranya.

"Jangan mencari yang tidak ada Kallica. Di sini kau bisa melihat hanya ada aku dan kamu. Lagipula pak Egit untuk sementara waktu, beliau di tempat kan di cabang hotel yang lain. Sekarang aku lah atasan mu duhai teman sekolah ku,"ucap Bara dengan ceria.

Kallica benar-benar tidak tahan berhadapan dengan pria ini . Dia ingin mencakar wajah jelak Bara saat ini juga. Tangan gadis itu sudah sangat gatal sekali, kebetulan kuku jari Aklica panjang dan mampu menggoreskan tanda di wajah monyet Bekantan di depannya ini.

"Aku tidak sudi menjadi bawahan mu 'geladah baboon'. Jangan bermimpi!"seru Kallica menggelegar.

Dengan tenang Bara menjawab." Bagaimana pun juga kau tidak bisa mengelak. Aku adalah atasan mu, dan kau adalah pegawai ku sekarang."

"Aku ingin berhenti! Siang ini kau akan menerima surat pengunduran diriku!"

Bara tertawa sumbang, pria itu seolah mengejek Kallica.

"Itu tidak akan bisa terjadi Kallica. Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini."

Kali ini Kallica tertawa sumbang."Tarik lagi ucapan mu manusia setengah siluman anjing."

Bara memejamkan mata, pria itu mencoba mengingat sudah berapa julukan yang telah diberikan Kallica kepadanya. Mereka belum sampai lima menit berbicara. Akan tetapi, gadis itu sudah menyamakannya dengan semua mahkluk buruk di muka bumi.

"Kau tidak bisa mengundurkan diri dari sini,"ucap Bara dengan penuh penekanan.

"Diam kau monyet bekantan!"raung Kallica menunjuk Bara.

Bara menahan senyumannya. Nanti, setelah mereka selesai berbicara, pria itu berencana menulis daftar julukan yang diberikan Kallica kepadanya.

"Demi apapun di dunia ini aku tidak sudi berada di tempat yang sama dengan mu. Kau dengar!"

"Kalau kau berani keluar dari kantor ku. Mau lihat saja berapa milyar denda yang harus kau berikan kepada ku," ucap Bara masih tenang.

"Kau pikir aku bodoh?tidak ada hal itu tertera di dalam surat kontrak-"

Seketika Kallica berhenti berbicara lalu mencoba mengingat sesuatu.

"Apakah kau sudah mengingatnya?"tanya Bara menaikan kedua alis matanya.

Pria itu berdehem membersihkan tenggorokannya. Dia mengeluarkan lembaran kertas yang berada di dalam laci.

"Surat perjanjian kontrak kerja,"katanya memulai.

Dengan lantang Bara membacakan surat kontrak kerja yang telah ditandatangani oleh Kallica. Dimana isinya adalah Kallica hanya wajib membersihkan ruangan kerja Bara. Mematuhi semua yang diperintahkan Bara kepadanya. Mengikuti kemanapun pria itu pergi. Kontrak kerja nya bukan satu tahun melainkan Kallica bisa berhenti jika Bara yang memintanya. Pngunduran diri dalam bentuk apapun tidak berlaku.

Jika saja Kallica berani berhenti dari pekerjaan, gadis itu harus memberikan uang denda kepada Bara sesuai dengan kesepakatan.

"Uang denda nya tentu tidak banyak hanya satu Milyar,"ucap Bara enteng.

Pria itu mengibaskan kertas kontrak Kallica di depan wajah gadis itu yang sudah merah menyala.

"Bara brengsek!"jerit Kallica, dia tidak peduli lagi dengan status diantara mereka.

Kedua kaki gadis itu sudah berada di atas meja Bara. Tangannya juga sudah bersiap-siap menjambak rambut Bara. Beruntung pria itu bergerak cepat, langsung memundurkan kursinya menjaih dari Kallica yang penuh emosi.

"Sepertinya kita akan selalu berjodoh dan saling bertemu,"ejek Bara memanas-manasi Kallica.

"Berjodoh!"teriak Kallica sekuat tenaga."Dalam mimpimu 'gelada Babon'!.

Gadis itu berdiri dan melipat kedua tangannya di dada. Bara juga berdiri dari duduknya dan tertawa mengejek melihat tubuh Kallica. Kalica nampak menarik napas sebelum menyemburkan kalimat yang sudah di ujuang bibirnya.

"Bara jelek, otak udang, satu-satunya pria yang tidak berguna untuk bernapas di dunia ini! Jika kau pikir aku takut kepadamu, itu hanya dalam mimpimu, manusia jelek rupa! Kau hanya beruntung memiliki keluarga yang kaya raya. Beruntunglah kau, hartamu bisa menaikan level wajahmu nan seperti baboon itu," sahut Kallica mengebu-gebu.

Kali ini Bara juga tidak tingga diam. Dia juga tidak tahan lagi mendengar ejekan Kallica sejak tadi.

"Hei, Kecebong Tidak Berkaki!" balas Bara dengan santai." Sudah lebih delapan tahun kita tidak bertemu. Ternyata benar, pertumbuhanmu berhenti di saat kita masih sekolah," ledeknya kepada Kallica yang terlihat seperti kurcaci jika berhadapan dengannya.

Bara memiliki tinggi 185cm, sedangkan Kallica hanya 153 cm.

Bara mencondongkan tubuhnya ke arah Kallica."Selamat datang di dunia ku Kallica Gendut,"ejeknya dengan penuh kemenangan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status