Share

First Kiss

Tamat sudah riwayatku! ucap batin Rania memejamkan kedua matanya. Rania berdiri, kedua tangannya menyatu dan berbalik di hadapan mereka.

"Maafkan, ya? Aku tak bermaksud untuk kabur dari kalian. Aku akan ...," kata Rania terhenti.

"Kabur dari siapa?" Suara khas Sakti benar-benar membuat Rania seketika membuka kedua matanya.

Kedua matanya terbelalak kaget saat orang yang di kira preman yang mengejarnya, ternyata adalah bossnya sendiri.

"Pak Sakti?" tanya Rania.

Dahi Sakti mengerut. Kedua matanya tak berhenti menatap rambut Rania yang acak-acakan. Tubuhnya penuh keringat dan terlihat sangat kucel.

"Kemana larinya?" 

Rania dan Sakti menoleh menatap dua preman yang berhenti tepat lurus 100 meter dari mereka.

Rania berpaling dan tanpa minta ijin terlebih dahulu, ia memeluk tubuh atletis Sakti dengan erat.

"Maaf, Pak. Saya benar-benar butuh bantuan bapak," ujar Rania menenggelamkan wajahnya tepat di dada bidang bossnya tersebut.

Sakti menghela nafas panjang. Dan membiarkan dua tangan Rania melingkar di pinggangnya saat dua preman tersebut menoleh menatapnya.

"Mungkin ke arah sana!" gegas salah satu preman tersebut berlari mencari keberadaan Rania.

Aroma parfum pak Sakti benar-benar membuat hatiku nyaman, rasanya aku ingin tidur menghilangkan rasa penat dan pusing di kepalaku! gumam batin Rania memejamkan kedua matanya.

Mata Sakti menyipit menatap ke arah dua preman yang mulai menghilang di pertigaan lampu merah.

"Mereka sudah pergi!" kata Sakti memberitahu pada asisten rumah tangganya tersebut. Sejenak, Sakti mengernyit menunduk melihat Rania yang masih saja memeluk dirinya.

"Rania, apa kamu mendengarkanku?" tanya Sakti menempelkan telunjuknya tepat di kening Rania. Ia menghela nafas panjang melihat wajah manis dan imut Rania dengan mudahnya tertidur pulas di pelukannya.

Hah, apa yang ia lakukan? Bisa-bisanya dia tertidur di saat momen menegangkan seperti ini! keluh batin Sakti membuka minuman botol yang sedari tadi ada di genggamannya.

Rania terbangun dan terkejut saat air hujan mengguyur wajah cantiknya. 

"Hujan!" teriaknya gelagapan.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Sakti mengejutkan Rania.

Rania mengusap air yang membasahi wajahnya. Ia mendongak dan terkejut saat  Sakti membuang botol minuman tepat ke dalam tong sampah yang tak jauh darinya.

Ia tak menyangka jika air yang mengguyur wajahnya adalah air minum milik atasannya itu, bukan air hujan seperti yang ia pikirkan.

"Pak Sakti ...," kata Rania terkejut saat Sakti melempar jaket jeans ke arahnya.

"Pulanglah! Sebelum dua preman tadi mengejarmu lagi," ucap Sakti membuka pintu mobil sport miliknya.

Rania terdiam seraya merapatkan bibirnya. Kedua tangannya mendekap jaket Sakti yang mampu menahan dinginnya air yang tersiram pada dirinya. Semakin dingin ketika semilir angin menerpa dirinya.

Ini sudah malam. Dan pastinya jalanan arah rumahku sudah sepi. Trus, bagaimana kalo mereka menungguku di pertigaan jalan? Bisa habis uangku ini! gumam batin Rania menatap tas yang masih melingkar di tangannya.

Tit tit

Bunyi klakson Sakti mengejutkan Rania. Sudut matanya mengerut saat Sakti mengibaskan tangan agar ia pergi dari hadapannya.

Apa aku minta tolong pak Sakti saja, ya! gegas Rania berjalan menghampiri Sakti.

Tok tok

Rania mengetuk pintu mobil dengan hati-hati. Wajah yang tadinya murung beberapa jam yang lalu kini mulai terlihat ceria kembali.

Sakti menegak salivanya dengan paksa. Perlahan, jari jemari tangannya mulai membuka pintu kaca mobilnya untuk Rania.

"Ada apa?" tanya Sakti.

"Pak, saya boleh minta tolong?" Perkataan Rania membuat Sakti terkejut mendengarnya. 

"Rania," kata Sakti terhenti.

"Saya janji ini yang pertama dan terakhir saya meminta tolong sama bapak. Ya, Pak. Please!"

Sakti mendesah sebal. Wajah melas dan lucu Rania membuatnya tak tega untuk menolak.

"Masuklah! Bicara di dalam mobil!" pinta Sakti yang membuat Rania tersenyum senang mendengarnya.

***

Di rumah, Mike tak berhenti menatap wanita  yang datang bersama sahabatnya itu. 

"Rambutnya panjang, tingginya sebahu dari Sakti. Kalo Clara, rambutnya kan pendek dan jauh lebih tinggi dari wanita ini," gumam Mike memicing menatap ke arah layar laptop yang memperlihatkan rekaman cctv dari restoran dimana Sakti dan para klien bertemu.

Bibirnya merapat, tangan kanannya tak berhenti mengotak-atik laptop dan berharap ia mendapatkan tampilan wajah wanita yang membuatnya penasaran.

"Argh! Kenapa tak terlihat wajahnya sama sekali, sih? Bikin penasaran saja, deh!" ucap Mike mendesah sebal. Jemari tangannya tak berhenti mengetuk meja seraya memikirkan siapa wanita yang menjadi calon istri sahabatnya itu.

"Yang pasti hari ini aku tak menyulitkan dirimu!" Perkataan Sakti dan senyuman yang terlontar membekas jelas dalam ingatannya. 

Senyumnya mengembang dan menghela nafas panjang mengungkapkan betapa bahagianya dia melihat sahabatnya tersenyum kembali.

"Yah, semoga saja wanita itu memang benar calon istrinya, menggantikan posisi Clara yang telah membuatnya jera akan namanya cinta," ucap Mike berharap.

Di mobil, Sakti melirik ke arah Rania yang tertidur pulas di sampingnya. 

Terlihat begitu lelah dan letih. Kedua matanya juga terlihat begitu sembab seperti mengeluarkan air mata berjam-jam lamanya.

 "Pak Sakti, saya minum minuman bapak ini, ya?" tanya Rania mengambil minuman kaleng beralkohol yang tersedia di dashboard milik atasannya itu. Minuman yang selalu membuat Sakti meluapkan emosi setiap ada masalah yang datang menghampiri.

"Jang ...," kata Sakti terhenti melihat Rania yang sudah meminum minuman kaleng tersebut hingga habis.

Glek glek glek ahhhhhh

Rania tersenyum. Tenggorokannya terasa lega saat minuman itu mengalir menghilangkan dahaga yang tertahan.

"Saya haus, Pak! Dari tadi sore, saya belum minum sama sekali. Terimakasih ya, Pak! Minumannya sangat enak," ucap Rania dengan mata yang menyipit.

"Ahhhh! Saya minum lagi ya, Pak!" Rania mengambil minuman kaleng yang kedua dan menegaknya sampai habis.

"Rania," kata Sakti terhenti lagi.

Sudut mata Rania mengernyip. Kedua tangannya mulai memegang leher mulus yang terasa merinding. Tubuhnya yang dingin seakan hilang sesudah meminum dua kaleng sekaligus.

"Pak, kenapa tubuhku ...," kata Rania  beralih memegang dua pipinya.

"Tidurlah! Dan jangan banyak tingkah," perintah Sakti mengambil minuman kaleng yang masih di genggam Rania.

Rania tersenyum. Tatapan matanya tak berhenti menatap wajah tampan yang di miliki atasannya itu. Seperti menyimpan kekaguman yang begitu mendalam.

Sakti berpaling. Pandangan mata Rania benar-benar membuatnya salah tingkah.

Sesaat, kedua matanya mengerling ketika Rania tiba-tiba menyandarkan kepala tepat di bahunya. Apalagi, dengan manja tangan mulus itu juga melingkar di tangan kirinya. Seolah-olah lupa siapa orang yang sedang di sentuh.

"Seharusnya kamu bangga padaku. Meskipun umurku jauh lebih muda darimu, tapi aku bisa membiayai pengobatan untuk ayahku," gerutu Rania mulai mengoceh dengan mata terpejam.

Dahi Sakti mengernyit. Alisnya bertaut melihat Rania melampiaskan uneg-uneg yang mengganjal di hati.

Jadi, dia bekerja keras karena ayahnya! kata batin Sakti yang sudah menemukan alasan kenapa Rania bekerja dua pekerjaan sekaligus.

"Dan, apa kamu tahu? Gara-gara masalah sampo, aku harus di hukum oleh atasanku yang super duper menyebalkan itu," gumam Rania yang membuat Sakti terkejut mendengarnya.

Perkataan Sakti seakan terhenti ketika menyadari asisten rumah tangganya dalam keadaan mabuk akan minuman miliknya.

"Di saat aku libur di kantor, dia malah menyuruhku untuk pura-pura menjadi istrinya. Keterlaluan!" Rania meringis."Tapi, aku sangat senang karena dia memberiku bonus dua kali lipat dari gaji bulananku. Dan kamu tau? Uang itu aku gunakan untuk mentraktirmu, tapi kamu malah jalan dengan wanita lain. Benar-benar jahat! Lebih jahat dari bossku itu," tutur Rania mendongak menatap Sakti yang terlihat sungguh sangat tampan.

"Kenapa kamu terlahir sangat tampan? Aroma parfum kamu juga sangat wangi. Aku sangat menyukainya."

Sakti menghentikan mobilnya secara perlahan. Ia tak mau tingkah laku Rania yang mabuk membuat dirinya tak fokus dalam mengemudi.

"Tidurlah! Aku akan mengantarmu pulang," kata Sakti menegakkan tubuh Rania. 

Sesaat, Sakti terkejut saat dua tangan Rania mencengkeram t-shirt yang ia kenakan dan melumat bibirnya dengan mesra. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
gmn nih rania sampe mabok?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status