Share

Sakit hati

Author: Suzy Ru
last update Last Updated: 2022-10-13 16:52:42

Jika kamu tidak datang. Saya harap uang yang saya berikan bisa kamu kembalikan lagi!"

Sebuah pesan yang semakin membuat Rania terperangah mendengarnya.

Rania mendesah sebal. Tanpa banyak buang waktu ia beranjak dari duduknya dan bergegas untuk menyetop taksi yang akan membawanya ke rumah bossnya itu.

Sesampai di rumah Sakti, langkah Rania terhenti. Sudut matanya mengerut melihat Sakti yang berdiri di depan pintu menunggu kedatangannya.

Apa yang sebenarnya ia perintahkan? tanya batin Rania berjalan menghampiri.

"Ada apa, Pak?" tanya Rania mencoba untuk tersenyum.

"Saya lapar. Tolong masakan makanan untuk saya!" perintah Sakti yang masuk ke dalam rumah begitu saja.

Rania seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia tak habis pikir jika perintah bossnya membuatnya sangat kesal.

"Jadi, jauh-jauh dia menyuruhku datang ke sini hanya untuk masak makanan untuknya?" tanya Rania mendesah sebal.

 Ya Tuhan, kenapa dia selalu mempersulitku? Dia kan orang kaya, kenapa dia tak makan di restoran atau memesan makanan, sih? gerutu batin Rania memicing menatap Sakti yang dengan santainya duduk di ruang tamu seraya mengotak-atik sebuah laptop.

Sakti mendongak. Sudut matanya mengerut melihat Rania berjalan tak semangat melintas di depannya. 

"Rania!" sapa Sakti yang seketika menghentikan langkah asisten rumah tangganya itu.

"Ya," jawab Rania datar.

Sakti menghela nafas panjang. Dengan gayanya yang perfect, ia mulai menyilangkan kedua kakinya. 

"Kenapa ekspresi kamu terlihat menyebalkan seperti itu? Apa kamu sakit?" Pertanyaan Sakti yang seketika membuat Rania terperangah.

Iya, Pak. Aku memang sedang sakit. Sakit hati karena lelaki yang sangat aku cintai. Dan seharusnya, saat ini aku memeluk guling kesayanganku dan menangis sepuasnya, Pak. Bukan malah melakukan perintah konyol dari bapak! gumam Rania yang tak mampu meluapkan emosi yang tertahan di dadanya. Rasanya sangat sulit untuk berucap di depan bossnya itu.

"Jika kamu sakit, kamu bisa pulang sekarang!"

Seketika, Rania tersenyum mendengar perkataan bossnya itu. Rasa sakit yang menyerangnya mulai sedikit memudar.

"Serius, Pak! Saya boleh pulang?" tanya Rania memastikan.

"Iya, kamu boleh pulang dan tinggalkan uang yang saya berikan padamu tadi siang!" ucap Sakti yang membuat senyum Rania menghilang.

*** 

Di rumah sakit, ayah sangat senang melihat Kevin datang menjenguknya. 

"Bagaimana keadaan om saat ini?" tanya Kevin yang begitu perhatian. Jemari tangannya dengan lincah menyuapi ayah dari sahabatnya itu.

"Iya. Kata dokter, besok om sudah boleh pulang," jawab Om Hakim, ayah Rania.

"Bukankah kata Rania, om harus operasi? Kenapa besok pulang?" tanya Kevin penasaran.

"Operasinya akan dilakukan sebulan lagi. Jadi, om memutuskan untuk istirahat di rumah. Kamu tau sendiri kan, biaya rumah sakit per hari itu sangat mahal. Om tak mau menyusahkan Rania. Kasian dia!" 

Kevin menegak salivanya dengan paksa. Ia tak menyangka jika sahabatnya benar-benar sibuk bekerja hanya untuk memberikan fasilitas terbaik untuk om hakim.

Ya Tuhan, Rania. Aku pikir, selama ini kamu selalu mengingkari janjimu karena menghabiskan waktu bersama teman-teman kamu, ternyata kamu benar-benar sibuk bekerja hanya untuk kesembuhan ayah kamu! kata batin Kevin menatap foto Rania dan om Hakim yang terpampang di meja rumah sakit.

Sesaat, Kevin menatap arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Tepat pukul 21.00 WIB, ia sama sekali tak melihat Rania di sana. 

"Lalu, ke mana Rania sekarang? Dari tadi, Kevin sama sekali tak melihatnya?" tanya Kevin penasaran. 

"Biasanya jam segini ia pulang ke rumah," jawab om Hakim.

"Begitu, ya. Padahal, Kevin ingin memberikan sesuatu padanya," lirih Kevin menghela nafas panjang.

"Bukankah, tadi sore kalian bertemu?" tanya om Hakim yang seketika mengejutkan Kevin.

Sesudah membereskan pekerjaannya, Rania berjalan melangkah menghampiri Sakti yang sangat lahap makan makanan yang ia masak.

"Semuanya sudah beres, Pak! Saya pulang dulu," pamit Rania menunduk. 

"Pulanglah!" jawab Sakti yang fokus dengan makanannya.

"Terimakasih, Pak!" Rania melangkah pergi.

Sesaat, Sakti menghentikan makannya. Ia menoleh menatap asisten rumah tangganya yang terlihat  lesu dan tak ada semangat. Tak seperti biasanya, yang selalu terlihat ceria dan selalu pandai mencari alasan untuk menghidupkan suasana yang sunyi.

***

Rania menghela nafas panjang, hatinya terasa sangat sakit saat teringat kevin bersama wanita lain.

"Ternyata sesakit ini rasanya sakit hati," kata Rania seraya mengusap air matanya yang menetes. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Terasa sangat sakit seperti rasa sakit hati yang masih sangat membekas.

Rania mendongak. Menatap ke arah langit yang terlihat sangat gelap. Tanpa bulan ataupun bintang. Semilir anginpun mulai menerpa rambut panjang miliknya yang terurai.

Srek srek

Bunyi hentakan kaki mengejutkan Rania. Ia menunduk secara perlahan dan terbelalak kaget saat melihat dua orang preman berjalan menghampiri dirinya.

Sejenak, ia  menatap tas miliknya yang masih menyimpan sedikit uang dari bonus kerjanya.

"Sial! Kenapa aku harus bertemu dengan mereka?" gumam Rania tersenyum tipis menatap dua lelaki yang sangat tak asing baginya. Dua preman yang merupakan anak buah dari pak Suga. Rentenir yang meminjamkan uang pada Rania sebelum Rania mendapatkan pekerjaan.

"Malam, Rania!" sapa mereka tersenyum seraya menopangkan kedua tangan di dada.

"Malam!" jawab Rania mulai melepas tali sepatu yang masih menempel di kedua kakinya.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu dan ayah kamu baik-baik saja? Sepertinya, penampilan kamu sekarang berubah," kata salah satu preman tersebut.

"Apa kamu sekarang menjual tubuh kamu?" sahut preman yang membuat keduanya terbahak-bahak.

Rania memicing. Bibirnya merapat menahan amarah akan ejekan yang terlontar dari mulut mereka.

Benar-benar keterlaluan! Andai aku tak punya hutang pada boss mereka, sudah aku plester mulut mereka ini! gumam batin Rania berdiri seraya menenteng dua sepatu hak tingginya itu.

"Kalian mau menagih uangnya?" tanya Rania menopangkan kedua tangan di dada. Menunjukkan betapa beraninya dirinya pada mereka.

"Jelas! Setiap kita bertemu berarti kamu harus membayar hutang."

"Aku akan membayarnya bulan depan. Jadi, jangan mengejarku ya?" gegas Rania berlari sekencang-kencangnya meninggalkan mereka berdua.

"Hey, jangan lari!" teriak dua preman tersebut mengejar Rania yang berlari begitu cepat. Untuk kesekian kalinya, Rania menggunakan keahliannya untuk kabur dari dua preman tersebut. Hampir satu kilometer Rania berlari menghindari kejaran mereka.

"Mereka masih mengejarku lagi!" gumam Rania berbelok ke arah supermarket yang masih buka. Dengan nafas tersengal-sengal, ia duduk mendekap tas dan kedua sepatu hak tingginya tepat di  mobil mewah yang terparkir di depan supermarket. 

Semoga saja mereka tidak menemukanku! kata batin Rania berharap.

Namun, tak sampai lima detik ia berucap. Ada sentuhan telapak tangan yang memegang bahu kanannya. Jantungnya kian berdetak kencang, keringat dinginnya mengalir mengimbangi dirinya yang tertangkap basah.

Tamat sudah riwayatku! ucap batin Rania memejamkan kedua matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Boss My Husband   Perjuangan yang tak sia-sia

    Clara terkejut. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat suara Kevin terdengar olehnya. Ia menoleh. Dan TUARRTamparan keras melesat tepat di pipi kanannya."Dasar wanita sialan!" ketus ibu Mega yang terlihat marah dengan Clara.Kevin dan Mike tercengang di buatnya."Kakak!" ucap Clara seraya memegang pipi kanannya. Sungguh, terasa sangat sakit dan membekas tamparaan keras tersebut."Kakak?" tanya Mike mengerutkan keningnya. Ia seakan tak percaya jika ibu Mega adalah kakak kandungnya Clara."Bagaimana bisa kamu melakukan semua ini? Kamu tau? Rumah ini adalah kenangan kita bersama ayah dan ibu. Dan bisa-bisanya kamu menjual tanpa ijin terlebih dulu padaku. Apa kamu sudah tak menganggap kakak lagi!" ketus ibu mega meluapkan rasa amarah yang tertahan. Clara terdiam. Bibirnya bergetar mengimbangi rasa sakit hati yang masih membekas di hati."Maafkan aku, Kak. Aku terpaksa menjualnya. Aku tak mau aku berhutang budi dengan lelaki yang sudah menjadi milik orang lain. Sudah cu

  • My Boss My Husband   Clara berubah

    "Sebentar lagi, sebentar lagi kehidupanmu akan berubah, Rania Agatha! Dan aku pastikan mereka tak akan mau dengan wanita sepertimu!" ucap Clara begitu senang bukan main.Rania terdiam. Sungguh, ia sangat bingung akan perkataan yang terlontar dari mulut Clara. Tegakan salivanya mengalir dengan paksa. Terasa sangat kering dan sakit. "Bersiaplah!" gegas Clara mulai pergi meninggalkan rania seorang diri di kamar.Rania menghela nafas berat. Dua bola manik matanya tak berhenti menatap ke arah Clara yang mulai pergi meninggalkannya. Akan tetapi, Rania mengerling saat Clara berjabat tangan dengan lelaki paruh baya yang terlihat begitu menyeramkan."Aku tak bisa bayangkan, bagaimana ekspresi sakti setelah orang yang ia cintai telah di peristri oleh orang lain. Hah, sudah pasti dia akan menjadi gila!" Perkataan Clara seketika mengingatkan rania.'Kurang ajar! Bisa-bisanya dia ingin menjualku." Rania menggigit bibir bawahnya menahan rasa amarah yang tertahan saat melihat Clara tersenyum senang

  • My Boss My Husband   Penyelamatan

    "Kamu nggak usah ke sana! Biar aku yang mengurusnya!" ucap Mike."Jangan melarangku! Katakan! Di mana dan siapa yang membawa istriku pergi?" tegas Sakti meluapkan rasa amarahnya."Clara! Tadi clara menghubungiku dan dia tau di mana Rania berada," tutur Mike menjelaskan."Lalu, kamu percaya dengan kata-katanya?" tanya Sakti yang tak mendengar bantahan dari sahabatnya itu. "Yang aku butuhkan saat ini adalah informasi yang akurat dari plat nomor mobil yang aku kirimkan padamu itu. Cari sekarang!"Sakti segera mematikan ponselnya. Ia mendesah sebal saat Mike tak melakukan apa yang ia minta."Bagaimana bisa dia mengabaikan perintahku yang sangat penting ini?" keluh Sakti menegak salivanya dengan paksa. Untuk kali pertama, Mike tak secepat kilat seperti biasanya. Biasanya, di saat sakti selalu memberikan perintah, tak butuh waktu lama mike menyelesaikannya. Sangat berbeda dengan perintah kali ini. Padahal, perintah kali ini sangat berharga bagi Sakti. Bahkan melebihi nyawanya.Di kantor, M

  • My Boss My Husband   Di balik kepergian Rania

    Rania terjatuh tak sadarkan diri."Bawa dia masuk!" perintah seseorang yang membuat Rania pingsan karenanya.Sedangkan, Sakti bingung mencari keberadaan Rania yang tak ada di restoran.'Apa dia sudah pulang ke rumah?' batin Sakti bertanya. Dengan cepat, ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi sopir yang sudah ia tugaskan untuk mengantar sang istri pergi."Halo, Pak! Di mana sekarang?" tanya Sakti memastikan.Sesaat, kedua bola matanya mengerling mengimbangi tegakan salivanya yang mengalir begitu saja. Bibirnya merapat seraya berpikir kemana sang istri pergi."Hubungi yang lain. Dan segera hubungi saya jika sudah menemukan ibu Rania!" Perintah Sakti menutup teleponnya.Alisnya bertaut. Kedua tangannya menopang di pinggang sembari mengamati tempat duduk yang memperlihatkan sesuatu yang tidak asing baginya.Dengan cepat, ia mulai melangkah. Dua bola matanya tak berhenti menatap ke arah pesanan yang sama persis dengan permintaannya pada Rania. "Minumannya masih utuh. Apa mungkin di

  • My Boss My Husband   Terjebak

    "Siapa wanita itu? Bisa-bisanya memanggil suamiku dengan sebutan 'Say'? Dan dia juga, kenapa dia berbicara terang-terangan menjawab pertanyaan wanita itu di depanku?"Bibir ranum rania memanyun. Rasa bahagia dan semangat yang membara perlahan mulai memudar saat rasa cemburu mulai menguasai dirinya."Setelah aku memberikan semua kepadanya, bisa-bisanya dia mempermainkan perasaanku? Hah," keluh Rania melempar dua baju yang ada di tangannya.Di kantor, Sakti berjalan menghampiri Bu Mega, manager keuangan yang usianya lebih tua darinya. Sakti sudah menganggap Bu Mega seperti ibunya sendiri. Tak heran jika mereka begitu akrab. Layaknya ibu dan anak."Semuanya sudah beres, ibu tinggal membenahi selisih keuangannya saja!" tunjuk Sakti ke arah laporan yang di pegang oleh bu Mega."Jadi, hari ini ibu harus lembur, dong?" tanya Ibu Mega memastikan."Heem. Bukankah ibu tak pernah salah dalam berhitung? Tapi, kenapa laporan ini banyak kesalahan?" cecar Sakti yang menatap wanita paruh baya yang du

  • My Boss My Husband   Keinginan Clara

    Tak seharusnya kamu menyuruhku ke sini melihat keromantisan kalian!" Lirih mike dengan tatapan sinis.Sakti menyeringai. Ia tak habis pikir, Mike sudah datang membawa makanan yang ia pesan."Letakkan saja di meja dan kamu ...," kata Sakti terhenti."Masih belum kelar?" tanya Mike berjalan ke arah meja kerja Sakti yang masih sama seperti waktu ia pulang kerja. Laporan menumpuk dan tak ada kegiatan laptop untuk melakukan pekerjaan.'Hah! Pasti dia menyuruhku ke sini untuk lembur. Dan sudah pasti, dia akan beralasan mengantar pulang rania,' gumam batin Mike melirik sahabatnya yang masih sibuk dengan benda layar pipih yang menempel di telinga."Baik, Pak. Sebelum jam dua belas, saya akan mengirimkan file-nya!" Perkataan Sakti yang membuat Mike mendesah sebal dan sudah sangat bisa di tebak, dia akan lembur seorang diri.'Dasar sahabat laknat! Dia tak tau apa, seharian aku tak istirahat karenanya!' gerutu batin Mike membanting tubuhnya tepat di kursi putar milik sahabatnya itu."Pulanglah!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status