Home / Romansa / My Boss My Husband / Tak ingin di pecat

Share

Tak ingin di pecat

Author: Suzy Ru
last update Last Updated: 2022-10-13 16:47:53

Apa yang akan dia lakukan? tanya Rania dalam hati.

Ia terkejut  Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat Sakti dengan mudahnya mengibas rambut panjangnya yang terurai.

"Kamu memakai barang milikku," ujar Sakti mulai menjauh.  Tatapan matanya masih memicing mengimbangi dua tangan yang menopang di dada.

Bibir Rania merapat seraya mengingat ketika dirinya memakai shampo milik atasannya tersebut.

Oh My God! Apa barang yang di maksud adalah shampo yang aku pakai? Rania bergumam dalam hati seraya berpikir. Perlahan, ia mendongak menatap alis tebal Sakti yang bertaut. Terlihat tak seperti biasanya. Sedikit menyeramkan. 

Tapi, bagaimana dia tahu kalo aku memakai shampo miliknya? Padahal, aromanya saja tak begitu wangi. Apa di kamar mandi ada cctvnya juga? tanya batin Rania melirik ke arah cctv yang ada di setiap sudut rumah megah tersebut.

Tapi, tak mungkinlah! Masa' iya di kamar mandi ada cctvnya? Rania terkekeh membayangkannya.

Sakti menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut menatap asisten rumah tangganya yang sama sekali tak merasa bersalah.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Sakti yang seketika memudarkan senyum manis Rania.

"Maafkan saya, Pak!" Rania menunduk dan mencoba mengakui kesalahannya.

"Rania, sudah berapa kali saya bilang untuk tidak lancang menyentuh barang milik saya," ketus Sakti dengan amarah yang memulai memuncak.

Rania mendongak. Untuk kesekian kalinya, ia mendengar suara keras dari majikannya tersebut. Terdiam dan mendengarkan omelan pedas yang keluar dari Sakti Argantara.

Andai aku tak membutuhkan uang, sudah pasti aku akan pergi mencari majikan yang bisa menghargaiku. Hah, sabar Rania sabar! Satu bulan lagi, kamu bisa cari majikan yang lebih baik dari pak Sakti yang menyebalkan ini. Semangat! Hadapi ini semua dengan senyuman! gumam batin Rania menyemangati dirinya sendiri.

"Maafkan saya, Pak! Sehabis kerja, saya buru-buru langsung ke sini. Saya tak mau bapak marah karena saya datang terlambat. Dan maafkan saya lagi karena saya tidak ijin dulu sama bapak untuk mandi di kamar mandi ruang tamu. Dan, maaf juga telah mengambil shampo di kamar mandi milik bapak dan juga menggunakannya.Tapi, saya menggunakannya hanya sedikit, kok, Pak!" tutur Rania yang membuat Sakti mendesah sebal.

Benar-benar kelewatan! Ini sudah di luar batas kesabaranku. Aku benar-benar tak bisa maafkan! keluh Sakti dalam hati. Tatapan matanya masih tertuju ke arah wanita yang sudah membuat amarahnya keluar di saat waktu istirahatnya.

"Sekali lagi, maafkan saya, ya, Pak! Saya janji akan mengganti shampo itu," ucap Rania mengacungkan jemari tangannya yang berbentuk huruf 'V' seraya tersenyum manis.

"Mau menggantinya?" tanya Sakti seakan tak percaya dengan perkataan yang terlontar dari mulut Rania.

"Heem! Saya pastikan besok saya akan mengganti shampo milik Bapak," ucap Rania enteng. 

Sakti menghela nafas panjang. Baru kali ini, ia mendapati asisten rumah tangga yang begitu tak takut akan gertakannya. Seolah-olah dia di anggap layaknya teman sendiri. 

"Ya sudah, ya, Pak. Ini sudah malam! Saya pamit pulang dulu!" Rania membungkukkan badan sebagai tanda hormat kepadanya. Dengan senyum yang teramat manis, ia mulai melangkah pergi meninggalkan majikannya tersebut.

Sakti memijat alis tebalnya. Helaan nafas panjang mulai keluar dari hidung mancung yang ia miliki.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan jika kamu tidak bisa mengganti shampo itu?" tanya balik Sakti yang membuat langkah kaki Rania terhenti.

Rania menghela nafas panjang. Bibirnya merapat menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ya Tuhan, pak Sakti! Haruskah dia memperpanjang tentang shampo itu? Kalo begini caranya, aku bisa telat! gumam batin Rachel membalikkan badannya kembali. Ia memaksa untuk tersenyum. 

"Saya siap menerima sanksi dari pak Sakti!" tegas Rania yang membuat Sakti terdiam seketika.

****

Rania mendesah sebal. Kedua tangannya menopang di pinggang seraya mondar-mandir ke sana kemari untuk meluapkan kekesalan yang menghampiri dirinya.

"Ini semua gara-gara pak Sakti. Coba saja, dia tidak mengulur waktuku untuk pergi, sudah pasti saat ini aku masih kencan dengan Kevin!" gerutu Rania.

Sesaat, kedua matanya menatap ke arah shampoo miliknya yang berdiri rapi sejajar dengan make-up yang lain. Ia melangkah menghampiri barang yang membuat kencannya batal. Jemari tangannya dengan cepat meraih benda yang namanya berbeda dengan milik majikannya itu.

"Kalo tau akibatnya seperti ini, aku juga tak sudi menumpang mandi dan menggunakan barang miliknya!" Rania meletakkan kembali shampo miliknya dan duduk tepat di depan cermin yang menampilkan wajah lemasnya.

"Hah, kapan aku bisa menjalani hidup seperti teman-temanku? Bekerja, memiliki pasangan dan menikmati hidup bahagia dengan orang yang kita cintai! gumam Rania mencoba menampilkan senyum manisnya.

"Sabar Rania sabar! Semua akan indah pada waktunya. Pokoknya, setelah ayah sembuh kamu tak perlu lagi menjalani dua pekerjaan sekaligus, apalagi menjadi asisten rumah tangga. Semangat! Kamu pasti bisa melewati ini semua!" ucapnya seraya mengepalkan tangan untuk menyemangati dirinya sendiri.

Matahari pagi mulai menampakkan cahayanya. Sinar cahayanya mulai menembus jendela-jendela rumah mewah yang merupakan ladang emas bagi Rania.

Bibir mungilnya merapat, menunduk dan tak berani menatap lelaki yang kini terdiam menahan amarah karena ulahnya.

Ya Tuhan, apa dia akan memecatku? batin Rania bertanya. Jemari tangannya tak berhenti meremas mengimbangi rasa cemas yang melanda.

"Apa kamu sudah menyadari kalo kesalahanmu sangat fatal?" tanya Sakti mulai mengeluarkan suara khasnya.

Rania mendongak. Wajah manisnya mulai memerah akan ketakutan dengan keputusan yang akan terlontar mulut majikannya itu.

"Maafkan saya, Pak! Saya benar-benar minta maaf! Andai saya tahu, kalo barang milik bapak itu barang mahal, sudah pasti saya tak akan menggunakannya. Jangankan menggunakannya, menyentuhnya saja saya tak akan berani, Pak! Jadi, saya mohon jangan pecat saya, ya, Pak! Saya rela melakukan apapun asal bapak mau memaafkan saya atau bapak bisa beli lagi dan memotong gaji saya," tutur Rania memohon.

Sakti terdiam. Tatapan matanya yang tajam membuat Rania jadi salah tingkah di buatnya.

Kenapa pak Sakti malah diam? Apa dia benar-benar akan memecatku? tanya Rania dalam hati. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Bibirnya merapat mengimbangi rasa takut yang datang menghampiri. Apa aku harus berlutut di kakinya? 

Saktie menghela nafas panjang. Dalam hati kecilnya, ia tersenyum senang melihat Rania merasa bersalah. 

"Apa kamu sudah sadar kalo apa yang kamu perbuat bisa mengancam pekerjaan kamu?" Pertanyaan Sakti membuat Rania seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu berucap.

"Alangkah baiknya jika kamu ...," kata Sakti terhenti dan terkejut saat Rania berlutut padanya.

"Saya mohon, Pak! Tolong jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini. Kalo bapak tak tega memotong gaji saya, bapak bisa memberikan perintah pada saya di luar jam kerja," ucap Rania memohon.

"Perintah?" tanya Sakti mengernyit heran.

"Iya. Saya akan melakukan apapun perintah bapak asalkan saya masih bisa bekerja di sini!" pinta Rania memohon.

Heh, bisa-bisanya dia membuat pilihan padaku! desah batin Sakti memicing menatap Rania yang mulai memelas menunggu jawaban darinya.

"Kasihanilah dia, Bro! Kasih dia kesempatan. Siapa tau setelah ini dia tak akan mengulangi kesalahannya lagi! Cari asisten rumah tangga itu nggak gampang. Masih beruntung kamu mendapatkan orang pekerja keras seperti Rania. Semangat kerjanya sangat tinggi!" Perkataan Mike kembali terlintas dalam benaknya.

"Baik! Jika itu kemauan kamu untuk menebus rasa bersalah kamu. Saya akan menurutinya!" gegas Sakti berdiri dan pergi meninggalkan Rania.

 Perkataan Sakti seketika membuat senyum Rania mengembang. Wajah cantik dan manis yang sempat layu kini mulai berbinar kembali mendengar keputusan majikannya itu.

Rania berdiri. Tatapan matanya tak berhenti menatap lelaki atletis nan tampan itu menaiki anak tangga yang menjulang tinggi di rumah tersebut.

Ya Tuhan, syukurlah dia tidak memecatku! Semangat Rania semangat! Demi ayah, kamu harus bekerja keras lagi. Tak peduli majikan kamu cerewet atau galak. Yang penting pekerjaan kamu halal! kata batin Rania mulai melakukan aktivitasnya menjadi seorang asisten rumah tangga.

Selang beberapa menit kemudian, Sakti menghampiri Rania. Dahinya mengernyit melihat asisten rumah tangganya itu bernyanyi dengan suara yang terbilang sangat false.

"Rania!" panggil Sakti membuat Rania terkejut. Ia berbalik dan tersenyum berhadapan dengan majikannya tersebut.

"Iya, Pak!" 

"Kamu ikut saya!" gegas Sakti melangkah.

"Ikut ke mana?" tanya Rania dalam hati. Alih-alih tak mau membuat si boss marah besar padanya, Rania berlari mengikuti langkah Sakti yang sudah jauh darinya.

Sakti menghela nafas panjang melihat Rania yang mengikuti dirinya seraya membawa sapu.

"Rania, ngapain sapu itu kamu bawa?" tanya Sakti membuka kacamata hitamnya. 

"Memangnya bapak mau ke mana?" tanya Rania penasaran.

"Masuklah! Saya akan jelaskan semua di mobil," ucap Sakti masuk dalam mobil.

Lentik indah bulu mata Rania seakan tak berhenti mengerjap. Bibirnya merapat seraya berpikir apa yang sebenarnya akan di bicarakan majikannya itu.

Tit tit

Bunyi klakson membuyarkan lamunan Rania. Dengan cepat, ia meletakkan sapu begitu saja dan masuk ke dalam mobil sesuai perintah Sakti.

Di pertengahan jalan, kedua bola mata Rania tak berhenti mengerjap. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat perkataan Sakti terus terngiang dalam benaknya.

"Hari ini, saya akan membebaskanmu dari pekerjaan rumah. Dan saya akan menggajimu dua kali lipat asalkan hari ini kamu bekerja dengan baik!" ucap Sakti.

"Bekerja apa, Pak?" tanya Rania semakin penasaran.

"Menjadi calon istriku!" 

Deg

Lamunan Rania buyar. Bibirnya merapat menatap wajah tampan yang di miliki Sakti Argantara.

Kenapa dia menyewaku sebagai calon istrinya? Apa dia tidak mempunyai kekasih hati? Apa yang akan dia lakukan? tanya Rania dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Boss My Husband   Perjuangan yang tak sia-sia

    Clara terkejut. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat suara Kevin terdengar olehnya. Ia menoleh. Dan TUARRTamparan keras melesat tepat di pipi kanannya."Dasar wanita sialan!" ketus ibu Mega yang terlihat marah dengan Clara.Kevin dan Mike tercengang di buatnya."Kakak!" ucap Clara seraya memegang pipi kanannya. Sungguh, terasa sangat sakit dan membekas tamparaan keras tersebut."Kakak?" tanya Mike mengerutkan keningnya. Ia seakan tak percaya jika ibu Mega adalah kakak kandungnya Clara."Bagaimana bisa kamu melakukan semua ini? Kamu tau? Rumah ini adalah kenangan kita bersama ayah dan ibu. Dan bisa-bisanya kamu menjual tanpa ijin terlebih dulu padaku. Apa kamu sudah tak menganggap kakak lagi!" ketus ibu mega meluapkan rasa amarah yang tertahan. Clara terdiam. Bibirnya bergetar mengimbangi rasa sakit hati yang masih membekas di hati."Maafkan aku, Kak. Aku terpaksa menjualnya. Aku tak mau aku berhutang budi dengan lelaki yang sudah menjadi milik orang lain. Sudah cu

  • My Boss My Husband   Clara berubah

    "Sebentar lagi, sebentar lagi kehidupanmu akan berubah, Rania Agatha! Dan aku pastikan mereka tak akan mau dengan wanita sepertimu!" ucap Clara begitu senang bukan main.Rania terdiam. Sungguh, ia sangat bingung akan perkataan yang terlontar dari mulut Clara. Tegakan salivanya mengalir dengan paksa. Terasa sangat kering dan sakit. "Bersiaplah!" gegas Clara mulai pergi meninggalkan rania seorang diri di kamar.Rania menghela nafas berat. Dua bola manik matanya tak berhenti menatap ke arah Clara yang mulai pergi meninggalkannya. Akan tetapi, Rania mengerling saat Clara berjabat tangan dengan lelaki paruh baya yang terlihat begitu menyeramkan."Aku tak bisa bayangkan, bagaimana ekspresi sakti setelah orang yang ia cintai telah di peristri oleh orang lain. Hah, sudah pasti dia akan menjadi gila!" Perkataan Clara seketika mengingatkan rania.'Kurang ajar! Bisa-bisanya dia ingin menjualku." Rania menggigit bibir bawahnya menahan rasa amarah yang tertahan saat melihat Clara tersenyum senang

  • My Boss My Husband   Penyelamatan

    "Kamu nggak usah ke sana! Biar aku yang mengurusnya!" ucap Mike."Jangan melarangku! Katakan! Di mana dan siapa yang membawa istriku pergi?" tegas Sakti meluapkan rasa amarahnya."Clara! Tadi clara menghubungiku dan dia tau di mana Rania berada," tutur Mike menjelaskan."Lalu, kamu percaya dengan kata-katanya?" tanya Sakti yang tak mendengar bantahan dari sahabatnya itu. "Yang aku butuhkan saat ini adalah informasi yang akurat dari plat nomor mobil yang aku kirimkan padamu itu. Cari sekarang!"Sakti segera mematikan ponselnya. Ia mendesah sebal saat Mike tak melakukan apa yang ia minta."Bagaimana bisa dia mengabaikan perintahku yang sangat penting ini?" keluh Sakti menegak salivanya dengan paksa. Untuk kali pertama, Mike tak secepat kilat seperti biasanya. Biasanya, di saat sakti selalu memberikan perintah, tak butuh waktu lama mike menyelesaikannya. Sangat berbeda dengan perintah kali ini. Padahal, perintah kali ini sangat berharga bagi Sakti. Bahkan melebihi nyawanya.Di kantor, M

  • My Boss My Husband   Di balik kepergian Rania

    Rania terjatuh tak sadarkan diri."Bawa dia masuk!" perintah seseorang yang membuat Rania pingsan karenanya.Sedangkan, Sakti bingung mencari keberadaan Rania yang tak ada di restoran.'Apa dia sudah pulang ke rumah?' batin Sakti bertanya. Dengan cepat, ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi sopir yang sudah ia tugaskan untuk mengantar sang istri pergi."Halo, Pak! Di mana sekarang?" tanya Sakti memastikan.Sesaat, kedua bola matanya mengerling mengimbangi tegakan salivanya yang mengalir begitu saja. Bibirnya merapat seraya berpikir kemana sang istri pergi."Hubungi yang lain. Dan segera hubungi saya jika sudah menemukan ibu Rania!" Perintah Sakti menutup teleponnya.Alisnya bertaut. Kedua tangannya menopang di pinggang sembari mengamati tempat duduk yang memperlihatkan sesuatu yang tidak asing baginya.Dengan cepat, ia mulai melangkah. Dua bola matanya tak berhenti menatap ke arah pesanan yang sama persis dengan permintaannya pada Rania. "Minumannya masih utuh. Apa mungkin di

  • My Boss My Husband   Terjebak

    "Siapa wanita itu? Bisa-bisanya memanggil suamiku dengan sebutan 'Say'? Dan dia juga, kenapa dia berbicara terang-terangan menjawab pertanyaan wanita itu di depanku?"Bibir ranum rania memanyun. Rasa bahagia dan semangat yang membara perlahan mulai memudar saat rasa cemburu mulai menguasai dirinya."Setelah aku memberikan semua kepadanya, bisa-bisanya dia mempermainkan perasaanku? Hah," keluh Rania melempar dua baju yang ada di tangannya.Di kantor, Sakti berjalan menghampiri Bu Mega, manager keuangan yang usianya lebih tua darinya. Sakti sudah menganggap Bu Mega seperti ibunya sendiri. Tak heran jika mereka begitu akrab. Layaknya ibu dan anak."Semuanya sudah beres, ibu tinggal membenahi selisih keuangannya saja!" tunjuk Sakti ke arah laporan yang di pegang oleh bu Mega."Jadi, hari ini ibu harus lembur, dong?" tanya Ibu Mega memastikan."Heem. Bukankah ibu tak pernah salah dalam berhitung? Tapi, kenapa laporan ini banyak kesalahan?" cecar Sakti yang menatap wanita paruh baya yang du

  • My Boss My Husband   Keinginan Clara

    Tak seharusnya kamu menyuruhku ke sini melihat keromantisan kalian!" Lirih mike dengan tatapan sinis.Sakti menyeringai. Ia tak habis pikir, Mike sudah datang membawa makanan yang ia pesan."Letakkan saja di meja dan kamu ...," kata Sakti terhenti."Masih belum kelar?" tanya Mike berjalan ke arah meja kerja Sakti yang masih sama seperti waktu ia pulang kerja. Laporan menumpuk dan tak ada kegiatan laptop untuk melakukan pekerjaan.'Hah! Pasti dia menyuruhku ke sini untuk lembur. Dan sudah pasti, dia akan beralasan mengantar pulang rania,' gumam batin Mike melirik sahabatnya yang masih sibuk dengan benda layar pipih yang menempel di telinga."Baik, Pak. Sebelum jam dua belas, saya akan mengirimkan file-nya!" Perkataan Sakti yang membuat Mike mendesah sebal dan sudah sangat bisa di tebak, dia akan lembur seorang diri.'Dasar sahabat laknat! Dia tak tau apa, seharian aku tak istirahat karenanya!' gerutu batin Mike membanting tubuhnya tepat di kursi putar milik sahabatnya itu."Pulanglah!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status