Share

Bab 3

Setelah menyelesaikan pergulatan panasnya, Jimmy menatap tajam ke arah Erika yang masih terkulai lemas di bawah tubuhnya. Ia kemudian beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi dan meninggalkan Erika tanpa sepatah katapun. Dan tentu saja hal itu membuat Erika bingung. Ada apa sebenarnya dengan suaminya? Kenapa sepertinya Jimmy sedang marah padanya?

Tak ingin berpikir yang tidak-tidak, Erika yang merasa lelah hanya bisa tersenyum bahagia setelah memberikan kepuasan kepada sang suami. Bagi Erika kebahagiaan yang selama ini ia idamkan telah tercapai. Seniornya di kampus yang sangat ia kagumi, saat ini telah berganti status menjadi suaminya. Bahkan saat ini mereka sedang menikmati indahnya bulan madu di pulau Dewata Bali.

Pagi ini Erika yang baru bangun dari tidurnya, tak menemukan keberadaan Jimmy di sampingnya. Dan Erika merasa ini sedikit aneh, padahal baru kemarin mereka sangat menikmati pergulatan panas di ranjang kamar hotel mewah ini. Tapi kenapa sekarang Jimmy seperti tak punya waktu untuknya. Bahkan sepagi ini Jimmy sudah tak kelihatan batang hidungnya.

"Kemana mas Jimmy? Kenapa sepagi ini sudah tak ada di kamar?" gumam Erika penuh tanya. Lalu ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu, sebelum turun ke lantai bawah untuk breakfast.

Setelah terlihat fresh dan rapi, Erika keluar kamar menuju ke restoran yang ada di lantai bawah hotel. Tapi sebelumnya Erika sudah mengirimkan pesan pada Jimmy, walau tak mendapat balasan.

Sesampainya di restoran dan mengambil makanan, ia mencari tempat duduk yang kosong untuknya.

"Mas Jimmy?" gumam Erika melihat suaminya sedang berjalan memasuki restoran bersama dengan wanita cantik. Tangan wanita itu melingkar indah di lengan kekar Jimmy. Siapakah wanita itu? Kenapa Jimmy terlihat sangat menikmatinya? Tak ada sedikitpun rasa risih dari raut wajah Jimmy.

Perasaan Erika campur aduk tidak karuan. Rasa penasaran di benaknya sangat kuat, dan ingin segera menanyakan siapa wanita yang ada di samping Jimmy saat ini. Namun Erika sadar dan ia tak ingin gegabah. Mengingat bahwa suaminya adalah orang hebat dan pasti akan menjadi sorotan kamera wartawan dimana pun Jimmy berada. Erika pun memendam rasa ingin tahunya dan lebih menikmati sarapannya.

Sedih? Pasti. Cemburu? Jelas. Bagaimanapun juga Erika adalah istri sah Jimmy. Walaupun tidak banyak orang yang tahu kecuali keluarga dekatnya saja. Dan karena tidak ingin melihat pemandangan itu, Erika pun mempercepat memakan makanannya dan segera meninggalkan tempat itu.

Perasaan sesak di dalam dadanya membuat air mata Erika mengalir begitu saja di kedua pipinya. "Itu mungkin rekan bisnis mas Jimmy. Iya benar. Itu mungkin hanya rekan bisnis saja. Kamu tidak boleh cengeng Erika. Tidak boleh!" gumam Erika memperingatkan dirinya sendiri bahwa apa yang ia lihat tidak seperti yang ia pikirkan. Apalagi saat ini mereka sedang berbulan madu.

Kebahagiaan Erika ternyata tak berlangsung lama. Karena rencana bulan madu yang di perkirakan akan memakan waktu selama seminggu, kini berganti menjadi 3 hari. Dan selama 3 hari itu Jimmy seolah tak punya waktu untuknya. Mungkin kesibukan Jimmy yang sangat padat, sehingga membuat Jimmy merubah rencananya. Erika selalu berpikiran positif dengan itu semua.

Walaupun Erika sadar jika sikap Jimmy sudah berubah padanya setelah kejadian waktu itu. Jimmy yang awalnya selalu memanggil 'sayang' kini berubah dengan cukup memanggil nama kepada Erika.

Bukan hanya itu, sikap Jimmy menjadi dingin dan sedikit bicara saat ketemu dengan Erika. Selama 3 hari di Bali, Jimmy jarang kembali ke hotel tempat mereka menginap. Dan lagi-lagi, Erika tak menaruh curiga sama sekali akan perubahan sikap Jimmy tersebut.

Hingga ketika mereka berdua telah sampai di Jakarta. Erika merasa ada yang janggal dengan sikap Jimmy. Ia memilih tidur di ruang tamu ketimbang tidur di kamar bersamanya.

"Ada apa sebenarnya? Apa mungkin mas Jimmy merasa tertekan dengan pernikahan ini?" gumam Erika yang baru saja sampai di apartemennya setelah perjalanan dari Bali.

Merasa tidak tenang dengan semua sikap Jimmy yang menurut Erika sangat aneh, ia pun mendatangi kamar tamu untuk menanyakannya.

"Ada apa?" tanya Jimmy yang membuka pintu setelah Erika terlebih dahulu mengetuknya.

"I-itu, sebenarnya ada apa mas? Kenapa mas tidur disini? Apa aku berbuat salah, mas?" tanya Erika dengan pandangan mata sayu penuh harap akan jawaban dari Jimmy. Kalau pun ia melakukan kesalahan, Erika berharap Jimmy akan menegurnya. Bukan mendiamkannya seperti ini.

Entah kenapa pertanyaan dari Erika justru membuat Jimmy mengeraskan rahangnya, seolah Jimmy menahan sebuah amarah besar dan bercampur kekecewaan terhadap Erika.

"Sudahlah, aku capek mau istirahat. Kalau tidak ada yang penting jangan menggangguku." ucap Jimmy dengan nada dingin. Lalu kemudian Jimmy bersiap untuk menutup pintu kamar.

"M-mas, tunggu! Biar aku saja yang tidur di sini. Mas kembali saja ke kamar utama." cegah Erika memberanikan diri.

Jimmy mengerutkan keningnya, ia menoleh ke arah Erika. "Ok, besok kemasi barang-barang kamu dari kamar utama. Mulai besok kita urus urusan masing-masing." ucap Jimmy lalu ia keluar dari kamar tamu menuju ke kamar utama.

Erika terlihat shock mendengar ucapan Jimmy. Apa maksud dari perkataan Jimmy? Kenapa tiba-tiba jadi seperti orang asing setelah pulang dari Bali?

"Kenapa mas Jimmy tiba-tiba berubah? Ada apa sebenarnya?" Erika hanya bisa bergumam dan bertanya-tanya akan masalah apa yang terjadi. Namun tak ada penjelasan dari Jimmy hingga saat ini.

Flashback off ...

"Hah ... Akhirnya selesai juga satu bab untuk bisa update malam ini." gumam Erika setelah menyelesaikan tulisannya. Kemudian ia meng-copy paste tulisannya tersebut dan membuka aplikasi membaca novel online untuk meng-upload bab barunya.

Walaupun di aplikasi tersebut ia tidak terikat kontrak dan hanya mengandalkan bab terkunci, namun Erika mendapatkan penghasilan yang lumayan dari aplikasi itu. Dan memang sih tidak sebanyak gaji menjadi sekertaris Jimmy, tapi setidaknya dengan begitu Erika mempunyai kesibukan baru untuk menghilangkan perasaan sepi di dalam hatinya.

Erika yang merasakan lapar, ia keluar dari kamarnya untuk mencari makanan. Biasanya Erika selalu menyediakan buah semangka kesukaannya di dalam kulkas. "Kenapa bisa lupa membelinya tadi?" gerutu Erika saat tidak melihat buah kesukaannya di dalam kulkas. Ia lupa bahwa buah itu sudah habis kemarin.

Wajah Erika terlihat kecewa karena ia lupa membeli buah kesukaannya itu sebelum pulang kerja. Karena perutnya yang sudah sangat lapar, Erika membuka lemari dan mencari mie instan untuk pengganjal perut.

"Kamu sedang apa?" suara itu membuat Erika terlonjak kaget. Ia pun menoleh ke belakang melihat Jimmy sedang mengambil air mineral di dalam kulkas. Karena terbiasa sendiri di dalam apartemen, ia lupa bahwa hari ini Jimmy ada di apartemen bersamanya.

"Bikin mie instan, Mas." jawab Erika singkat lalu ia melanjutkan kegiatannya.

"Besok kamu pergi ke hotel Winston, minta laporan 3 bulan terakhir dan berikan padaku. Aku ingin tahu laporan sebelum dan sesudah mengakuisisi hotel itu." perintah Jimmy. Dan seperti tak peduli dengan apa yang Erika lakukan.

Tubuh Erika seketika menegang mendengar nama hotel Winston di sebut oleh Jimmy. "I-iya." hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Erika.

Jimmy berlalu meninggalkan Erika yang masih tegang. Bagi Erika pergi ke hotel Winston sama seperti membuka aibnya, membuka sebuah kenangan yang tak akan pernah bisa Erika lupakan seumur hidupnya.

Yang terlintas di pikiran Erika hanya satu, bagaimana jika ada yang mengenalinya di hotel itu? Kenangan di kamar 919 waktu itu, tiba-tiba saja terlintas di kepala Erika. "Semoga tak ada yang mengenaliku disana." gumam Erika.

Sebagai sekertaris Jimmy, mau tidak mau, dan siap tidak siap ia harus bisa menghadapi keadaan di luar kendalinya. Seperti tugas yang barusan Jimmy berikan untuknya. Tugas yang membuat Erika terkenang akan pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di hotel Winston.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status