Share

Bab 4

Penulis: Rahayu avilia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-11 23:53:47

Erika menghela napas sebelum melangkahkan kakinya memasuki hotel Winston. Seakan memasuki lobi hotel Winston adalah beban berat yang harus ia tanggung sendirian. Doanya hanya satu, semoga tidak ada yang mengenalinya setelah ia sampai di dalam lobi hotel. Dengan perasan berat hati, Erika mulai melangkah menginjak anak tangga di depannya menuju ke dalam lobi hotel.

Sesampainya di depan resepsionis, Erika menanyakan dimana letak kantor manager hotel. Setelah mendapat jawaban, Erika melangkah menuju ke arah lift.

"Bukankah wanita itu yang pernah keluar dari kamar 919? Nggak nyangka ya, tampilannya seperti masih polos, tapi doyan juga tidur sama bos-bos kaya." 

"Ssttt ... Asal ada duitnya semua pekerjaan pasti di anggap halal."

Samar-samar Erika mendengar resepsionis itu menggunjingkan dirinya. Rasanya begitu sesak di dalam dadanya. Erika menengadahkan kepalanya ke atas untuk mencegah supaya air matanya tak keluar di saat seperti ini. 

Erika hanya bisa memendam rasa sakit hatinya atas omongan resepsionis tadi. Setelah pintu lift terbuka, Erika melangkah masuk dan segera memencet tombol angka di mana letak lantai kantor sang manager hotel berada. Beberapa kali Erika menghela napas untuk sekedar mengurangi rasa sesak di dalam dadanya sekaligus untuk memberinya sedikit kekuatan. 

Menjadi bahan gunjingan memang sangat tidak nyaman. Tapi apa boleh buat, Erika hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Walau dalam hati ingin sekali Erika menyangkal gosip itu, tapi akankah mereka percaya dengan apa yang ia katakan nantinya?

Setelah sampai di tempat yang di tuju, dan sudah mendapat persetujuan dari sang manager hotel. Sekertaris yang berada di depan ruangan manager hotel mempersilahkan Erika untuk masuk ke ruangan bosnya.

"Selamat pagi bapak." sapa Erika dengan sopan.

"Pagi, pagi, ternyata kamu utusan dari pemilik baru hotel ini? Masih muda dan cantik. Oh ya, mari silahkan duduk." ucap manager yang terlihat ramah. 

Erika membungkukkan badan lalu tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan dari manager hotel. Lalu ia pun duduk di kursi yang telah di sediakan.

"Perkenalkan nama saya Erika, pak. Saya di utus pak Jimmy untuk meminta laporan perkembangan hotel selama 3 bulan terakhir." ucap Erika dengan sopan memperkenalkan diri sekaligus menyatakan maksud tujuannya datang ke hotel Winston.

Lelaki di depan Erika hanya tertawa menanggapi omongan Erika. "Tidak usah terlalu formal. Kenalkan namaku Hendrik. Selama puluhan tahun aku lah yang mengelola hotel ini." ucapnya terdengar bangga akan jabatannya. Tanpa rasa sungkan dan meminta ijin terlebih dahulu kepada Erika, ia begitu saja merangkulkan tangannya di pundak Erika. 

Erika hanya tersenyum canggung kemudian menepis pelan tangan sang manager yang ternyata bernama Hendrik. "Senang berkenalan dengan bapak Hendrik." ucap Erika.

Hendrik hanya tergelak tawanya saat Erika menepis tangannya yang berada di pundaknya. "Kamu tunggu sebentar, aku akan ambilkan semua dokumen yang bos kamu minta." ucap Hendrik. 

Erika hanya mengangguk sambil tersenyum. Entah kenapa Erika merasa bahwa ia harus lebih waspada berada di ruangan Hendrik. Sepertinya lelaki itu sudah terbiasa bersikap seperti itu kepada lawan jenisnya. 

Sambil menunggu Hendrik menyiapkan dokumen yang ia perlukan. Erika melihat-lihat isi ruangan, pandangan matanya tertuju ke arah rak buku panjang yang ada di dekat jendela yang menghadap ke balkon. 

'Begitu banyak buku management bisnis disini.' batin Erika melihat beberapa judul yang tertera di sampul buku yang ada di rak. 

Tangan Erika terulur untuk mengambil salah satu dari deretan buku itu. "Kamu juga tertarik dengan management bisnis?" tanya Hendrik yang entah sejak kapan ada di belakangnya. 

Erika terkesiap dan spontan melangkah ke samping untuk menghindar supaya tidak terlalu dekat dengan Hendrik. "Ha-hanya penasaran saja pak." jawab Erika yang kemudian meletakkan kembali buku itu di tempatnya semula. 

Erika dengan cepat berjalan menuju ke arah sofa, lalu ia duduk di sofa panjang yang memang di sediakan untuk tamu yang datang. 

Perasaan Erika semakin tidak nyaman saat Hendrik duduk tepat di sampingnya. Bahkan tatapan mata Hendrik mengisyaratkan pertanda yang tidak baik bagi Erika. Tatapan mata lelaki mata keranjang di saat menemukan mangsanya. 

"Maaf pak, apa dokumen ini sudah siap semuanya? Kalau sudah, akan saya bawa ke tempat pak Jimmy. Karena beliau sudah menunggu." ucap Erika dengan sopan. Tangannya terulur ke arah meja yang ada di depannya untuk meraih tumpukan dokumen yang ada di situ.

"Jangan terburu-buru, kamu perlu mengeceknya satu-persatu." ucap Hendrik mencegah tangan Erika meraih tumpukan map yang ada di meja. 

Perasaan Erika semakin takut dan tidak nyaman melihat gelagat yang tidak baik dari Hendrik. Bahkan Erika menggeser tubuhnya ke samping supaya tidak terlalu dekat dengan Hendrik. Tapi Hendrik justru semakin tertantang untuk mendekati Erika. 

"Sambil kamu mengecek semua dokumen ini, mari kita bersenang-senang dulu sebentar." ucap Hendrik yang mulai mencodongkan tubuhnya ke arah Erika dengan senyuman penuh nafsu.

Dengan cepat Erika mendorong tubuh Hendrik supaya menjauh darinya. "Tolong bapak jaga sopan santun. Saya kesini karena di utus oleh pak Jimmy." ucap Erika. 

Hendrik tergelak tawanya sampai terdengar di seluruh penjuru yang ada di ruangan itu. "Jangan sok suci. Aku tahu siapa kamu. Selain bekerja sebagai sekertaris pak Jimmy, kamu adalah wanita panggilan para bos-bos kaya kan? Seperti yang kamu lakukan di kamar 919 saat peresmian hotel ini di akuisisi oleh Adhinata group. Jadi jangan sok jual mahal di depanku, aku akan berikan berapa pun yang kamu mau." ucap Hendrik yang mulai terlihat tidak bersahabat seperti di awal kedatangan Erika tadi. 

Mendengar itu, tubuh Erika seketika menegang, ternyata karena hal itu ia di nilai seperti wanita rendahan?

Ketakutan Erika semakin menjadi di saat Hendrik menarik pergelangan tangannya dan mendorong tubuhnya hingga ia terbaring di sofa. "Bapak jangan macam-macam, saya bukan orang yang seperti bapak kira. Bapak salah orang." ucap Erika berusaha keluar dari kungkungan kedua tangan Hendrik. 

Bukannya mendengarkan perkataan Erika. Kini Hendrik justru mengunci pergerakan Erika dengan cara menaruh kedua tangan Erika di atas kepalanya. Dan Hendrik semakin mencodongkan tubuhnya ke arah Erika, dan mengikis jarak di antara keduanya. 

"Aku tidak pernah salah orang, CCTV di koridor lantai 9 menunjukkan semuanya." desis Hendrik yang sudah di kuasai oleh nafsu.

Dengan beringasnya Hendrik berusaha memberikan kecupan di bibir Erika, namun Erika menolak perlakuan Hendrik dengan membuang muka saat Hendrik ingin menciumnya. Air mata Erika mengalir di kedua pipinya. 

"Tak ada yang bisa menolakku, berapa pun nanti akan aku bayar. Asal kamu menuruti keinginanku." ucap Hendrik.

"Tolong lepaskan saya pak, saya mohon." ucap Erika sambil berderai air matanya memohon belas kasihan dari Hendrik. Tapi Hendrik tidak menggubris permohonan Erika. Ia tetap melancarkan aksinya dengan memaksa Erika supaya mau melayaninya. 

Erika terus meronta dan melakukan perlawanan supaya terlepas dari Hendrik. Namun itu justru membuat Hendrik murka dan terpaksa menamparnya, "Dasar wanita jalang!" teriak Hendrik. Lalu ia menarik paksa kemeja yang di kenakan Erika, sehingga dua kancing kemeja Erika lepas dan jatuh entah kemana.

Melihat pemandangan di depannya Hendrik tidak menyia-nyiakan hal itu. Ia ingin segera meraup daging kenyal yang terbungkus cup bra hitam itu dengan mulutnya. Tangisan Erika semakin pecah, saat ini Erika berharap ada yang datang menolongnya terlepas dari nafsu bejat Hendrik. 

"Hey, apa yang sedang kamu lakukan!" teriak seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu. Kemudian ia menarik tubuh Hendrik dari belakang dan memberikan bogem mentah kepadanya. 

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Boss   Bab 66 (Tamat)

    Pandangan mata Jimmy tidak lepas dari Erika yang berdiri di samping ranjang baby Nino yang tertidur pulas. Raut wajah penuh rasa khawatir tergambar jelas di sana. Karena kelahirannya yang prematur, maka mau tidak mau baby Nino masih berada di dalam boks inkubator. Untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat.'Apa ini mimpi?' batin Jimmy yang masih bingung dan tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi hari ini. Walau tubuhnya masih terlihat capek sehabis perjalanan jauh, namun itu tidak membuatnya mengeluh.'Kalaupun ini mimpi, rasanya aku tidak ingin terbangun. Mimpi ini terlalu indah.' batin Jimmy dengan perasaan campur aduk tak karuan.Setelah demam Nino turun, dokter memberikan ijin untuk dipindahkan ke ruang perawatan khusus bayi. Di ruangan VVIP itu hanya tinggal Jimmy dan Erika yang menemani. Angela memilih untuk pulang dan memberikan ruang bagi keduanya bicara dari hati ke hati.Jimmy masih belum bisa percaya bahwa dirinya kini telah menjadi seorang

  • My Boss   Bab 65

    Seminggu sudah berlalu semenjak acara konferensi pers berlangsung, namun berita panas tentang pernikahan Jimmy masih saja menghiasi berbagai layar kaca. Banyak yang tidak menyangka jika pernikahan mereka sudah berjalan lebih dari setahun lamanya.Entah Jimmy yang pandai menyembunyikan hal itu, atau mungkin para wartawan yang lengah dengan hal itu. Namun yang pasti saat ini dari pernikahan Jimmy dan Erika, mereka sudah memiliki seorang bayi mungil yang sangat menggemaskan."Er, bagaimana kalau sepulang dari sini kita mampir dulu ke tempat Indri. Sudah lama kita tidak ngumpul." ajak Zack saat berada di salah satu bioskop untuk nonton bareng film 'My Boss' bersama beberapa artis yang terlibat dalam penggarapan film itu."Nino gimana?" Erika sepertinya mencemaskan Nino yang ditinggalkannya di rumah bersama baby sitter."Apanya yang gimana, suruh aja mbaknya ke cafe Indri sekalian bawa Nino. Biasanya juga gitu kan?" ucap Zack yang sepertinya tidak mene

  • My Boss   Bab 64

    3 Bulan kemudian. "Apa kamu sudah siap, sayang?" suara Jimmy terdengar sudah tidak sabar dari luar kamar. "Sebentar lagi, mas." jawab seorang wanita dari dalam kamar. "Buruan, sayang. Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Nanti kita bisa terlambat." ucap Jimmy mengingatkan. "Iya, ini sudah selesai kok." Tak lama setelah menjawab 'iya', seorang perempuan cantik keluar dari kamar dengan kaos lengan pendek berlogo judul film 'My Boss', serta celana jeans panjang dengan seorang balita imut berada di gendongannya. "Tadi Nino pup, makanya lama." ucapnya merasa bersalah telah membiarkan Jimmy menunggu lama diluar kamar. Bukannya marah, Jimmy justru memberikan kecupan hangat di kening perempuan itu. "Aku tidak akan keberatan walau harus menunggu seumur hidupku." ucap Jimmy yang kini mencium sekilas bibir perempuan tersebut yang tidak lain adalah Erika. "Ih ... Gombal." ucap Erika dengan senyum menggoda sambil

  • My Boss   Bab 63

    Jimmy langsung menutup panggilannya dan segera pergi menuju ke rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang, ia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Erika. "Apa yang membuatmu sampai harus ke rumah sakit?" ucap Jimmy.Setelah sampai di rumah sakit, seorang petugas parkir dengan sigap mengambil alih kemudi mobil Jimmy untuk memarkirkan mobilnya di tempat khusus yang hanya dirinya dan keluarga yang boleh menempati tempat tersebut.Jimmy langsung berlari menuju tempat dimana Erika saat ini berada. "Apa kamu merindukan anak kita? Kepergian anak kita pasti membuatmu sangat terpukul." Jimmy berhenti saat melihat Erika berdiri didepan ruang rawat bayi.Jimmy berpikir mungkin saja Erika sangat merindukan bayinya, sehingga dia rela berdiri begitu lama didepan ruang rawat bayi hanya untuk melihat beberapa bayi yang berada di dalam ruangan tersebut.Erika yang fokus melihat keadaan didalam ruang perawatan bayi, tidak menyadari kedatangan Jimmy yang kini sudah berdiri te

  • My Boss   Bab 62

    Berita tentang Monika yang melakukan tabrak lari, kini menghiasi berbagai media cetak maupun media elektronik. Rekaman cctv yang menunjukkan hal itu, berseliweran juga diberbagai media sosial. Sehingga menambah berita tersebut semakin viral. Apalagi Monika adalah model papan atas, sehingga membuat keadaan semakin memanas.Kini kasus itu juga sedang ditangani pihak kepolisian, dan Monika sudah resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus tabrak lari. Dan dari pengakuan Monika, ia tidak sengaja melakukannya. Hanya karena takut dihakimi massa, sehingga dia memilih untuk kabur.Polisi yang tidak semudah itu percaya dengan pengakuan Monika, masih melakukan penyelidikan lebih lanjut motif dibalik peristiwa itu. Namun hingga kini polisi belum bisa berkomunikasi dengan korban tabrak lari itu, yang tidak lain adalah Erika. Karena hingga kini Erika belum mau menemui polisi, dengan alasan masih dalam tahap pemulihan pasca operasi.Berbagai media berlomba-lomba menyoroti

  • My Boss   Bab 61

    "Mama akan tunggu di luar ya sayang." ucap Angela saat akan keluar dari kamar Erika. "Iya, Ma." jawab Erika singkat sambil tersenyum. Lalu ia melanjutkan kembali sapuan make up tipis di wajahnya. Dua wanita beda generasi itu sepertinya sedang bersiap untuk pergi keluar rumah. Sudah menjadi agenda kegiatan rutin bagi keduanya, apalagi semenjak Erika tinggal di rumah Angela. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu berdua, baik itu di luar rumah atau didalam rumah itu sendiri. Mereka sering sekali pergi bersama-sama. Bahkan terkadang bisa memakan waktu hingga seharian penuh, dan akan kembali ke rumah itu di sore hari atau malam hari. Tujuan mereka sebenarnya tidak lain adalah ke tempatnya Indri. Kalau tidak ke cafe milik Indri, ya ke rumahnya. Itu saja. Jimmy yang tahu akan hal itupun, tidak pernah melarang. Karena Jimmy merasa tenang kalau Erika pergi bersama dengan Mamanya. Ditambah lagi ada bodyguard yang selalu saja menemani mereka. Sehingga Jimm

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status