Share

Part 3

Author: babyboo
last update Last Updated: 2021-06-11 20:43:38

Malam harinya seusai pelatihan shuffle di taman kota itu, mereka berdua tiba di kediaman Dion. Dion yang baru saja memarkirkan motornya di halaman depan rumah, di ikuti Maxim di belakangnya. 

"Mah, Dion udah balik" Ucap Dion memberi salam. 

"Tante, Maxim pulang" teriak Maxim sembari melepas helm di kepalanya. 

Bu Sisi yang mendengar suara anaknya dan Maxim, segera keluar dari kamar tidurnya. Dan menyambut mereka dengan pelukan hangat. 

"Sini makan, lapar pasti. Kalian habis dari mana aja?" tanya Bu Sisi.

"Tadi Dion habis latihan dance shuffle mah, kaya biasanya." sahut Dion. 

"Habis anterin cewek juga tante." ledek Maxim sambil mengunyah ayam di mulutnya. 

"Bener itu Dion?" tanya Bu Sisi.

"Iya mah, adik kelas doang kok. Kasihan tadi gak ada yang jemput" timpal Dion.

Maxim yang mendengar jawaban Dion itu hanya berdehem, mengkode Bu sisi jika Dion itu berbohong. Tetapi Bu Sisi hanya mengangguk saja dan lanjut menemani mereka berdua makan. 

*** 

Setelah selesai, mereka berdua pergi ke kamar Dion  yang berada di lantai 2. Samar-samar terdengar suara Bu Sisi berteriak agar mereka segera mandi. Dion yang mendengar suara samar itu hanya menjawab, "iya mah" lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. 

Mengambil ponselnya, ternyata baterai hpnya sudah mulai lowbat. Lalu Dion membuka w******p yang sedari tadi muncul beberapa notif masuk. Dibukanya aplikasi itu, ia mendapatkan beberapa chat dari adik kelasnya.

Ia hanya tersenyum kecil, dan membalas pesan tersebut satu persatu. Di sebelahnya ada Maxim sedang asyik main game. Setelah membalas pesan itu lalu Dion berbalik badan ke arah Maxim, "clubbing yok" ucap Dion lirih.

Maxim yang mendengar itu langsung melotot dan mematikan ponselnya. "Lu serius bas?" tanya Maxim ragu-ragu.

"Serius gua, nanti bilang nyokap nongkrong aja. Disini juga ada kan cafe yang buka 24 jam, kita izin kesana aja." sahut Dion lagi. 

"Siap beres, gua bantuin izin ke nyokap" ucap Maxim. 

***

Sekarang jam menunjukan pukul 23.00 malam. Di kamar Dion, mereka berdua sedang bersiap-siap untuk pergi clubbing. 

Tak lama, mereka menuruni anak tangga untuk menemui Bu Sisi di kamar tidurnya. Tetapi di rumah juga sudah ada Pak Johan yang sudah tertidur lelap di sebelah Bu Sisi. Dengan lirih Dion mengetuk pintu kamar Ibunya itu. 

'Tok tok'

"Mah, Dion sama Maxim pamit nongkrong bentar ya" 

"Iya tante pamit dulu ya" 

(Ucap mereka berdua secara bergantian) 

Bu Sisi yang mendengar suara dari balik pintu kamar tidurnya, hanya mengiyakan saja lalu kembali tertidur. 

Setelah dirasa berhasil, mereka segera cabut dari rumah Dion. Dan mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, yang artinya mereka sedang melaju sangat kencang. 

*** 

Tiba lah mereka di sebuah gedung di daerah pusat kota. Memarkirkan motornya, lalu bergegas masuk. 

"Bas, kan kita masih dibawah umur emang bisa masuk ya?" tanya Maxim penasaran. 

"Tenang, gua punya kenalan disini Max" balas Dion santai. 

Style mereka kali ini sama-sama memakai pakaian serba hitam, super elegan. 

Dion berjalan di depan Maxim dan berbicara 4 mata kepada petugas disana. Lalu Maxim tak sengaja melihat Dion yang memberikan tip agar mereka bisa masuk ke dalam. 

*** 

Mereka berhasil lolos, suasana di dalam sungguh menggelegar. Alunan musik edm terdengar kencang. Dion dan Maxim menuju bar dan memesan 2 botol minuman. 

"Kali ini gua dulu yang bayarin." ucap Dion di dekat telinga Maxim. 

Maxim hanya mengangguk saja. 

***

Perlahan mereka sudah meneguk minuman itu, rasanya aneh tapi membuat kecanduan. Tak sadar mereka sudah berdiri,  menggerombol di kerumunan yang sedang asyik berjoget ria. 

Lalu setelah sekian lama mereka minum dan berada disana, Dion tertarik oleh salah satu cewe di depannya. Ia hanya mengkode Maxim memberitahu kalo cewe di depannya membuatnya tertarik. 

"Bungkus lah" ujar Maxim terkekeh. 

"Nantangin" ucap Dion sembari berjalan menghampiri cewe itu. 

Sesampainya, Dion hanya mengangkat alisnya ke arah Maxim, memberitahu Maxim kalo dia tidak akan gagal. 

"Keras banget ya musiknya." ucap Dion di sebelah telinga cewe itu. 

Sontak kaget cewe itu mendengar, dan ia hanya tersenyum menjawab, "iya nih, barusan?" katanya. 

"Iya belum lama sih, btw namanya siapa?" sahut Dion lagi.

"Oh kenalin gua Angel, kalo lo?" 

"Alexandra Dion Baskara" 

(Mereka saling berjabat tangan memperkenalkan diri satu sama lain) 

"Cakep juga namanya" kata Angel. 

Dion yang mendengar hanya tersenyum dan menatap mata Angel. Terdiam beberapa saat dan merapikan rambut Angel yang berantakan ke belakang telinganya, lalu perlahan memulai mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Angel.  

Angel gadis yang terlihat seperti blasteran itu, hanya terdiam memandangi wajah Dion yang semakin dekat dengannya. 

Dion yang melihat respon gemas Angel sudah tidak tahan, dan mengecup bibir merahnya itu. 

Rasa yang tidak pernah Angel dapatkan sebelumnya, rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Sungguh candu, dan membuatnya semakin ganas. 

Tetapi kejadian itu sirna sudah, ketika Maxim menepuk kepala Dion dari belakang. 

"Pamit dulu ya, lu hati-hati Bas. Gua mau senang-senang dulu" ucap Maxim setengah sadar, dan berjalan sempoyongan. 

"Dajjal" teriak Dion sembari merangkul Angel dan mencium pipinya. 

*** 

Sekitar pukul 03.00 pagi Dion membuka ponselnya dan menelfon Maxim. Ia masih berada di area clubbing tersebut.  -Berdering-

"Dimana lu!" teriak Dion.

"Apaan bangke! ganggu aja. Balik lu dicariin nyokap. Gua dah bilang lu nginep tempat gua, serah lu mau balik kemana sekarang." sahut Maxim kencang dibalik layar ponsel milik Dion. 

"Ya udah gua check in. Thanks Max" lalu ia menutup telfonnya. 

Dion memesan kamar di hotel bintang 5 yang berada tak jauh dari tempat ia clubbing. Kali ini Dion seorang diri tak mengajak siapapun. 

Setelah urusan selesai di resepsionis, ia langsung menuju kamarnya 304 dan merebahkan badannya di atas kasur. Tak butuh waktu lama Dion sudah tertidur pulas. 

***

Keesokan paginya. Jam sudah menunjukan pukul 06.30 pagi. Telepon Dion berdering, terlihat nama tertera disana 'nyokap'. Dion yang terbangun karena suara telfon tersebut langsung meraba meja kecil yang berada di sebelah kasurnya itu, dan mengangkatnya. 

"Halo" ucap Dion dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Kamu habis kemana aja? Nginep tempat Maxim ya? Buruan pulang sarapan di rumah terus sekolah udah jam berapa ini Dion." ucap Bu Sisi.

"Iya mah, Dion jelasin di rumah. Dion otw balik dulu." Lalu ia mematikan telfonnya dan bergegas check out. 

***

Sampai lah Dion di depan rumahnya, lalu ia bergegas masuk dan lari sekencang-kencangnya menuju lantai 2. Dion takut kalo Bu sisi ibunya sampai mencium bau alkohol di bajunya itu. 

Setelah berhasil lari, Dion masuk kamar. Lalu mandi, Lanjut siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dan tak lupa ia mensemprotkan parfum ke baju yang sudah kena alkohol itu.

***

Ia turun dan sarapan bersama Pak Johan serta Bu Sisi. Meminum susu dan memakan 1 buah sandwich telur kesukaannya. Tak lama ia sudah selesai sarapan, dan mencium tangan ibunya pamit untuk berangkat sekolah. 

***

Gerbang sekolah sudah hampir di tutup, tetapi untungnya Dion sudah sampai dan langsung menerobos masuk ke dalam, memarkirkan motornya di halaman samping sekolah.

(Fun fact kejadian di club semalam, Dion dan Angel sempat mampir ke dalam toilet untuk menemani Angel yang katanya takut untuk buang air kecil sendirian. Alih-alih mereka juga sempat melakukan mirror selfie, yang dimana Dion memeluk erat Angel dan menjatuhkan kepalanya di pundak Angel. Sedangkan Angel menutupi wajahnya dengan ponsel iphone miliknya.) 

Sebelum memasuki ruang kelas, Dion sempat mengunggah foto hasil jepretannya semalam di toilet club itu dengan Angel. Lalu mematikan ponselnya dan berjalan menuju ruang kelas. 

Saat ia sedang berjalan tiba-tiba datang lah Maxim dan merangkul Dion. 

"Berita lu udah kesebar." bisik Maxim.

"Berita apa? yang mana?" jawab Dion penasaran. 

"Lu abis kasih first kiss ke Zelen kan?" tanya Maxim.

"Iya, kenapa?" 

"Kesebar goblok. Ya Allah Ya Tuhan" ucap Maxim yang pasrah. 

"Terus? biarin aja, lagian cuma kecup doang. Gua mah santai orangnya, barusan tadi gua posting foto sama cewe semalam di club." sembari mengangkat alisnya itu. 

"GILA LU, GA WARAS." teriak Maxim yang berjalan mendahului Dion ke ruang kelas. 

"Lebih parah lu kali! dasar babi!" sahut Dion tak mau kalah. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Boyfriend    Part 88

    Wisuda FeliciaHari ini, adalah hari dimana Felicia dinyatakan lulus. Selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya Felicia telah melepas status putih biru. Felicia memakai kebaya pink dan memakai balutan hijab berwarna kuning keemasan. Jika ditanya bagaimana perasaannya? Sungguh sangat bahagia, akhirnya ia bisa melanjutkan masa putih abu-abunya.H-2 sebelum wisudaHubungan Felicia dengan Arden terbilang baik-baik saja dan harmonis. Kemarin saja ia baru mengantarkan Felicia pulang. Namun setelah hari dimana pasangan muda ini bertukar sandi akun media sosialnya, Felicia segera log in memakai akun media sosial milik Arden. Selepas pulang sekolah, Felicia memilih duduk santai di teras depan rumah. Ia sibuk berkutat dengan ponselnya, mencoba mengetik sandi akun sembari menutupi matanya. Ia sangat gugup, apa saja yang ada di dalam akun media Arden? Dan boom! Felicia berhasil log in, ia masih membiarkan tampilannya berada di beranda. Lalu mulai menscroll perlaha

  • My Boyfriend    Part 87

    Beberapa jam kemudian, suara bel telah berbunyi. Menandakan waktunya para siswa dan siswi pulang, Iris yang sedang menjalankan misinya segera mencari Felicia. Ia benar-benar mencengkeram tangan Cia erat, seperti sedang menjaga mangsa agar tidak kabur. Felicia hanya menurut saja, ia diam dan tak banyak bergerak. Ketika Iris menarik-narik tangannya, sambil berjalan. “Fel, sebenarnya lu tau ga sih?” tanya Iris.“Tau apaan?” “Kak Dion itu kasih kamu kado,” ucap Iris lagi.“Iya? Tapi ga mungkin, kita berdua belum lama kenal.” “Ih gua serius, makanya lu nanti mampir ke rumah gua dulu.” Percakapan mereka berakhir begitu saja, keduanya fokus berjalan menatap depan dan mempercepat langkah kakinya. Di bawah sinar matahari yang terik, di tengah-tengah ramainya kendaraan berlalu lalang. Sampai perjalanan mereka sudah cukup dekat, Iris dan Felicia sedang bersiap-siap menyeberan

  • My Boyfriend    Part 86

    Felicia semakin penasaran, ia segera mempercepat laju langkahnya menyusul Serren. Ketika beberapa langkah lagi sampai di rumah Iris, mereka berdua terdiam. Ada perasaan gugup dan malu untuk sampai ke depan sana. “Ren, maju ga nih? Gua penasaran sih, tapi malu.” Ucap Felicia sembari memegangi tangan Serren. “Fel, lu gila ya? Sudah sampai sini, mau kita batalkan aja gitu? Jauh-jauh dong percuma. Ayo buruan.” Jawab Serren yang menarik balik tangan saudaranya. Akhirnya mau tak mau Felicia mengikuti langkah Serren, dan setelah sampai di depan rumah Iris. Sorot mata Felicia menangkap Iris yang sangat gugup dan gelisah seperti menyembunyikan sesuatu. Lantas Felicia memberanikan diri untuk menengok lebih jelas lagi, ke dalam ruang tamu. “Iris?” Panggil Felicia yang mencari sosok temannya ini. Iris pun menjawab dengan muka tegang terlihat jelas di seluruh wajahnya. “I-iya, sini Fel masuk.” T

  • My Boyfriend    Part 85

    Lumayan memakan waktu untuk sampai Mall yang mereka tuju. Sebuah Mall terkenal dan legendaris sejak dulu, kini Dion dan Iris sudah memarkirkan motor.Bergegas Iris turun dari motor Dion, ia menunggu lelaki paling bawel ini sedang melepas helmnya. Setelah itu mereka berjalan bersama menuju lantai atas, yaitu istana boneka. Keberadaan mereka sudah di depan mata pintu masuk, terdapat security sedang berjaga disana.Iris dan Dion segera memasuki ruangan itu, tetapi sebelumnya mereka diperiksa dulu dengan alat yang bernama Metal Detector. Ternyata semua aman, mereka melanjutkan langkahnya.Di ruangan seluas ini, terdapat macam-macam boneka. Mulai dari yang bentuknya beruang, panda, bebek, babi, monyet dan masih banyak lagi. Bahkan ada versi mininya, terdapat juga boneka barbie terpajang rapi di dalam rak.Dion sempat bimbang, ia meminta pendapat Iris kira-kira mana yang cocok untuk Felicia.“Ris sini lu.” Panggil Dion.“Ke

  • My Boyfriend    Part 84

    Dion yang sudah berjam-jam membersihkan toilet, lantas lemas. Ia bahkan tidak sempat membeli makanan ringan serta minuman dingin. Untungnya tersisa 1 toilet saja, ia segera membersihkannya cepat-cepat. Beberapa menit berlalu, kini Dion sedang meminta kunci motornya di dalam ruang guru. Setelah mendapatkan, ia segera pulang. Berlari menuju kamarnya, membilas tubuhnya dengan air dingin. Tubuhnya benar-benar lengket. Kemudian ia segera mengecek dapur, apakah ada makanan berat disana. Ternyata memang benar ada, ibunya sudah memasak sup ayam yang masih hangat. Bergegas lah ia mengambil sepiring nasi, dan siap melahap sup ayam itu. Selesai makan siang, Bu Sisi justru baru keluar dari kamar tidurnya. Ia menyapa Dion yang sedang mencuci piring.“Pulang jam berapa?” Celetuknya.“Belum lama Mah, Maxel mana? Tidur di kamar Mamah ya?” “Iya, ya sudah kamu giliran istirahat. Mamah juga ingin makan siang, lapar.”

  • My Boyfriend    Part 83

    Beberapa menit yang lalu Dion sudah membersihkan badannya dan memakai seragam sekolah. Ia segera turun ke lantai 1, untuk mengambil sepatu hitamnya. Tampilan Dion sungguh acak-acakan, wajahnya terlihat sendu. “Ko, sini sarapan dulu. Menu kesukaanmu nih, keripik bayam.” Ujar Bu Sisi, sembari menuangkan segelas susu di dalam gelas.Dion hanya mengangguk, ia tetap berjalan menuju ruang tamu. Sibuk memakai kaos kaki dan sepatunya. Tetapi ia tidak langsung beranjak pergi, Dion memilih diam dan melamun. Sampai Maxel dan Pak Johan sudah berlalu pergi, tanpa ia sadari. “Hati-hati Pah, Maxel pegangan nanti jatuh.” Pesan Bu Sisi. Setelah kepergian suaminya serta anak bungsunya, ia menoleh ke arah anak sulungnya, Dion. Yang sedari tadi duduk terdiam. “Kenapa lagi,” Ujarnya sambil mengernyitkan dahi. Kini Ibunya sudah duduk di sampingnya, membuat Dion menoleh dengan tatapan nanar. Ia langsung memeluk Bu Sisi,

  • My Boyfriend    Part 82

    Hari sudah malam, Felicia sedang merebahkan tubuhnya di kasur. Sedari tadi, ia sedang menunggu balasan pesan dari Arden. Sorot matanya menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba pikirannya terbesit akan sosok kakaknya.Beralih mengambil ponselnya, lalu mencari kontak nama ‘Dion’. Ia segera mengetik pesan yang akan ia sampaikan.“Kak,” Panggilnya di dalam room chat.Beberapa menit kemudian, Dion membalas.“Iya Dik, kenapa?” Begitu membaca balasannya, Felicia menahan senyum dari kedua sudut bibirnya.“Sejak kapan Kak Dion manggil aku adik,” Gumamnya.***“Kakak lagi dimana?” Balasnya.“Alun-alun nih, kenapa?”“Kak, Cia waktu itu lihat ada jam tangan merah. Cia boleh pinjam ga? Sehari aja.”Ya, teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sewaktu Dion mengunjungi Felicia di

  • My Boyfriend    Part 81

    Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih 30 menit, yang dimana ada beberapa masjid atau mushola yang sudah menyelesaikan ibadah shalat jumat. Tetapi belum ada tanda-tanda dari Arden, ia belum menghubungi Eva kembali soal menjemput Felicia.Mereka berempat pun menunggu Arden, sembari mengobrol hal ringan. Entah menggosip teman-teman mereka di sekolah, atau guru, bahkan pekerjaan rumah yang memang terlihat sulit untuk dikerjakan.Waktu demi waktu berlalu, sampai pada akhirnya jam tepat menunjukkan pukul 1 siang. Untuk kesekian kalinya justru Eva yang sudah mulai sedikit geram. Pikirnya, mengapa Arden bisa lama sekali mengunjungi rumahnya.Sampai sudah tidak ada lagi obrolan yang dibahas, Rayne, Eva dan Riva justru mengecek gang apakah Arden sudah datang atau belum. Tetapi kenyataannya nihil. Pria itu belum terlihat batang hidungnya sekali pun. Eva berbalik badan menuju rumah kembali, ia mengomel kenapa kekasih temannya sangat lama.&ldqu

  • My Boyfriend    Part 80

    Keesokan harinya, Dion yang akan berangkat sekolah dengan sepeda motornya. Ia sudah selesai menghabiskan sarapannya, sepotong roti dengan isi parutan keju serta telur gulung.Lalu ia berpamitan dengan Bu Sisi, bersamaan dengan Maxel dan Pak Johan. Di rumahnya hanya tersisa Bu Sisi seorang diri. Dion memakai seragam sekolah, yang dibalut jaket kulit berwarna hitamnya yang elegan.Mengendarai sepeda motornya, dengan helm full face. Membuatnya makin terlihat keren saat menaiki si black ini. Ia sudah membunyikan klakson tanda perpisahan untuk yang kedua kalinya. Deru motor Dion sangat lah bising, jika pertama kali ia menancapkan gasnya.Melaju lambat, hingga beberapa menit kemudian sampai lah di SMK Ksatria. Ia memasuki kawasan parkir, yang dimana sudah banyak motor berjejer disana. Nyaris telat, untung saja tidak mendapat hukuman di hari pertama masuk kelas.***Setelah mencari ruang kelasnya, kini ia sudah memili

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status