Sisa dari kejadian kemarin, setelah Pak Johan tiba, keluarga Dion menghabiskan malam dengan dinner bersama.
***
-Keesokan paginya-
Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Bayangan sinar matahari sudah terlihat, dibalik gorden yang tertutup. Dion masih menggeliat kan badannya, ia masih bermalas-malasan untuk 15 menit ke depan.
Melepas ponsel dari charger yang terpasang. Lalu membuka lockscreen, beberapa notif dari media sosialnya sudah bermunculan di jendela ponsel.
Terlihat pesan dari Sofia di aplikasi chatting, tanpa pikir panjang Dion langsung membukanya.“Tipikal kamu emang kaya gini? Pacarnya ngambek justru kamu yang hilang.” send: 23.00
“Gua kira pacaran sama lu itu asyik parah, tapi ternyata semua yang gua bayangin benar-benar ga sesempurna ekspetasi!” send 00.00
Dion yang membaca pesan dari kekasihnya, mulai jengkel. Di dalam pikirannya, ia mudah mendapatkan wanita lain tanpa
Maxel sudah berada di kamarnya, ia siap melawan Dion di dalam permainan playstation ini. Sembari ia memakan telur mata sapi, yang di lumuri kecap buatan Bu Sisi.Antusias mereka saat memainkan sangat heboh, keduanya gemas habis-habisan. Menambah skill bermainnya agar tidak kalah tanding.“Koko pasti kalah, Axel udah jago main permainan ini.” ucapnya dengan nada menyombongkan diri“Ga boleh kamu yang menang! Kamu aja mainnya cupu.” jawab Dion sambil mengakakPertarungan sengit sedang berlangsung, mata mereka menatap sangat tajam layar komputernya. Sampai pada skor terakhir, Dion lah yang memenangkan dengan jumlah tertinggi. Terdapat kekesalan di raut wajah Maxel, ia langsung tidak bersemangat.Akhirnya Maxel memutuskan meninggalkan kamar Dion, menuju dapur dengan membawa piring kotornya. Mereka bermain dengan waktu yang cukup lama, mata Dion lelah. Ia memilih untuk memejamkan matanya sebentar di siang hari.&
Bakso cuanki sudah habis, meletakkan sisa bungkus makanan di tengah-tengah lingkaran duduk yang mereka buat. Untuk penutup, berupa minuman dingin, mereka membeli segelas es teh manis.Setelah selesai menghabiskan camilan ringannya, mereka berpindah tempat sembari membuang sampah. Disana sudah disediakan kotak sampah yang cukup besar, yang terbuat dari besi.Sambil berjalan mencari tempat kosong untuk duduk, mata mereka tertuju pada suatu komunitas hewan. Farren merengek, ingin melihat komunitas apakah yang sedang dikerumuni banyak orang itu? Akhirnya semua memutuskan menuruti permintaan Farren. Semakin dekat langkah mereka, semakin jelas bahwa komunitas itu adalah komunitas kucing. Tetapi mereka belum tau jenis kucing apa di dalam komunitas itu.Ketika sudah tiba, baru lah mereka melihat dengan jelas jika komunitas itu membawa kucing persia. 5 kucing persia itu ditaruh dalam kandang. Sungguh ialah kucing yang menggemaskan!&n
-Farren-Velma dan Iris sudah pulang lebih awal. Merupakan sesuatu hal yang baik, agar kedua temannya itu tidak iri kepada dirinya. Karena Dion hanya mengajak Farren saja.Kini Farren sudah selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambut dengan hair dryer. 10 menit berlalu ia segera mencari setelan pakaian berwarna kuning di lemarinya.Farren memilih memakai crop t-shirt putih dengan motif bunga-bunga yang berwarna kuning. Dipadu dengan celana jeans nya, kemudian memakai sepatu sneakers berwarna hitam.Setelah urusan penampilan selesai, ia langsung menuju meja riasnya. Memoles sedikit wajahnya dengan make up tipis. Lalu ia menaruh baju renang, yang cukup sexy. Ia masukkan ke dalam tas ransel kecil yang juga berwarna kuning.Karena persiapan Farren sudah sempurna, dirinya segera menghubungi Dion.***-Rumah Dion-Maxim yang sudah menghabiskan cerealnya, hanya menyisakan mangkuk kotor di tangan Dion.&nb
Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Sepaket nasi dan lauk, serta minuman dingin lemon tea sebanyak 3 buah. Mereka melahapnya dengan cepat.Setelah sekian menit mereka telah menghabiskan waktunya di cafe, kini makanan dan minuman yang mereka pesan pun sudah habis. Memberi waktu kepada perutnya, agar semua makanan yang mereka makan bisa cepat turun dalam kurun 1 jam. Dalam 1 jam itu pun Dion dan Max mengisinya dengan mengobrol santai, lagi-lagi menghisap vapornya kembali. ***-Perjalanan pulang-Mereka bertiga sudah meninggalkan cafe itu, kini Dion dan Max sedang mengantarkan Farren ke rumahnya.“Akhirnya sampai.” ucap Dion kepada Sofia“Thanks pacar!” jawab Farren sambil mencubit pelan hidung Dion“Aku masuk ya,” timpal Farren lagi sambil berjalan memasuki rumahnyaRespon Dion hanya mengangguk saja, lalu ia segera menuju rumahnya yang hanya selisih 1 rumah.&
Langkah kakinya berjalan menaiki anak tangga, menuju lantai 2. Ia ingin menemui anak sulungnya. Diketuk lah pintu kamar Dion.“Diooon! Ini papah, tolong buka pintunya, papah mau bicara.”Dion yang tukang tidur, dan selalu susah untuk dibangunkan pun tidak merespons ketukan pintu dari Pak Johan. Terpaksa ia harus menyelonong masuk ke dalam kamar anaknya, karena kebetulan pintunya tidak terkunci.“Bangun! Dion, sebentar. Ayo bangun!” ucap Pak Johan kepada Dion, sambil menggoyang-goyangkan badannyaPerlahan mata Dion terbuka, ia mengusap matanya kasar.“Iya pah, ada apa?” jawab Dion, sembari beranjak duduk“Gini, bantu papah ya buat mengisi acara pesta kecil-kecilan terpilihnya pak RT. Menurut kamu, kita isi dengan acara apa? Kamu bisa dance kan?”“B-bisa pah, shuffle. Anak-anak mau diajari shuffle? Papah yakin?”“Ya, yakin. Nanti papah
Felicia sudah kembali. Ia segera mengenakan mini dress berwarna hitam pilihan ibunya. Lalu langkahnya berjalan menuju depan cermin, ia sedang menilai dirinya sendiri, apakah cocok memakai mini dress ini?Panjang dress yang hanya di atas lutut, bagian lengan yang bergelembung seperti balon. Dan sedikit memperlihatkan area lehernya yang indah. Felicia mulai berdandan, dengan memakai bedak tabur. Ia oleskan ke seluruh wajahnya dengan rata. Lalu ia tarik ikat rambutnya, membiarkan rambut panjangnya terurai sempurna.Setelah selesai, Felicia bergegas menghampiri Seren. Dirinya berlari kecil, karena sangat terburu-buru.“Mah, Felicia berangkat dulu ya. Ucapnya sambil berjalan menuju kamar Seren.Teriakan dari ibunya itu samar-samar terdengar, Bu Elsie menyuruhnya agar hati-hati dalam perjalanan.***Sesampainya di depan kamar Seren, ternyata saudaranya ini masih dalam proses pencarian pakaian apa yang akan dia pakai. Ka
Akhirnya mereka sampai di sebuah lapangan milik kampus terkenal di kota mereka. Lapangan itu memang sengaja dibuka untuk umum.Dion dan Max, segera memasuki area lapangan. Kebetulan disana ada sekumpulan komunitas skateboard yang memang sedang bermain di lapangan itu. Komunitas itu juga sangat terbuka sekali, bagi yang bukan anggota untuk mencoba bermain skateboard bersama mereka.Karena nyali Dion yang lebih berani ketimbang Max, akhirnya ia yang mengajukan permintaannya untuk bergabung ke dalam komunitas tersebut.Dion berjalan dengan rasa percaya dirinya, dan Max membuntuti dari belakang.“Hai kak, gua lihat dari jauh komunitas ini sangat terbuka untuk umum. Boleh kita berdua ikut bergabung?” Tanya Dion kepada ketua komunitas.“Halo, iya betul sekali. Kalian berdua mau ikut juga? Masih ada nih yang belum dipakai, tinggal pilih aja yang mana. Nanti gua bantu kasih arah.”“Iya kak, kita ma
Kali ini Felicia tidak bersemangat, entah mengapa rasanya malas sekali untuk berlatih dance. Terlebih lagi untuk pembagian kelompok yang diarahkan Pak Johan, saudaranya Seren salah satu bagian dari kelompok Dion.Felicia hanya merasa sedikit cemburu kepada Seren. Tetapi dirinya salah satu bagian dari kelompok Velma. Dan sisanya Farren, ia memimpin anak-anak lainnya.Lalu, pertama-tama Dion menjelaskan langkah dasar untuk mendalami gerakan shuffle. Ia maju ke depan layaknya moderator.“Oke, jadi gua disini akan memberi penjelasan tentang teknik shuffle dance. Shuffle sendiri mempunyai 2 step, T-step dan Running Man. Gerakannya cukup mudah, kalian perhatikan.” Ucap Dion kepada anak-anak.Tetapi sebelum Dion memperagakan gerakan shuffle, ia meminta tolong kepada ayahnya agar anak-anak bisa berbaris dengan rapi.“Kalian bisa berdiri baris yang rapi kan? Sini om yang atur format barisannya.” Ucap Pak Johan s