Gibran berdiri di atas sebuah panggung persegi, lengkap dengan alat-alat musik yang nanti akan ia mainkan.
Sebuah mic yang berdiri tegak di depannya, ia raih sembari menarik nafas dalam-dalam.
…...
By: Kangen Band
Judul: Yakin Cintamu Kudapat
Lirik:
Langkah kakiku semakin sesat
Saat dirimu hakimi hatiku
Namun kucoba selalu mengalah
Kulakukan demi cinta
Aku menunggu dan terus berharap
Gibran mendekatkan wajahnya pada Aletta, sampai dahi mereka menempel sempurna.Aletta tersenyum malu juga grogi. Dia menatap wajah Gibran yang sangat dekat dengannya.Gibran mengedipkan matanya memberi isyarat, dan Aletta memahaminya.Dia segera memejamkan mata, menyambut kedua bibir yang akan menempel pada bibirnya.Semua orang yang menonton adegan tersebut, menganga dengan perasaan yang tidak karuan.Mereka senyap, terdiam seakan seperti sebuah patung, danCup.Gibran mencium bibir Aletta sekilas.
Gibran melajukan motornya, membelalah jalan kota yang cukup lenggan, karena hari ini sudah begitu larut dan bukan weekend. Jadi, jalanan cukup sepi.Dipertengahan perjalanan pulang, dia menghentikan motornya tepat di tempat sepi.Membuat Aletta sedikit gelisah. Dia berdiam diri di atas motor tersebut dengan perasaan was-was.Walau ia tahu kalau Gibran tidak akan mungkin berbuat seperti itu, namun tetap ada rasa takut di dalam hatinya.Aletta menatap Gibran yang sudah membalikkan tubuhnya menghadap belakang.Bibir ranumnya berhasil menggoda Alwtta yang sama-sama merindukan ciuman tersebut.Gibran te
Gibran menghentikan motornya di sebuah tempat sepi. Dia kemudian turun dan diikuti oleh Aletta di belakangnya."Bunny!" Aletta sedikit mempercepat langkahnya, menyusul Gibran yang tidak sedikitpun menghiraukan dirinya."Bunny!" panggilnya lagi saat sudah berada di dekat dengannya.Gibran menoleh, namun dengan raut wajah yang datar. Membuat hati Aletta sakit melihatnya."Maafkan aku, Honey. Aku lupa kalau kita masih pacaran. Belum melangkah jauh ke jenjang yang lebih serius," ucapnya datar.Aletta hanya diam mendengarkan."Entah apa yang tengah aku pikirkan… sampai-sampai aku meminta hal itu!
"Honey!" Seru Gibran pada Alleta, "Doakan aku agar bisa bernyanyi dengan santai, dan luar biasa," ucapnya meminta semangatan dari pacarnya, Alleta!Alleta tersenyum, "Pasti, dong! Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bunny!" Jawabnya sembari mengunyel-ngunyel pipi Gibran gemas.Mereka sedang duduk di kursi tunggu, sebelum masuk ke ruang seleksi untuk bernyanyi."Honey!" Serunya lagi dengan suara sedikit bergetar, dan telapak tangan sudah sangat dingin."Tenang, Bunny! Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan," titah Alleta.Gibran mengikuti arahannya, "Tetap, Hunny! Aku masih gugup, aku takut tidak bisa bernyanyi dengan bagus!" Katanya sedih.Alleta kembali menangkupkan kedua tangannya ke pipi, Gibran."Bunny! Liat aku!" Pintanya, dan dilakukan oleh Gibran, "Tenang! Jangan berpikiran macam-macam, kamu pasti bisa! Semangat!" Kata Alleta menyemangatinya."Semangat!" Timpal Gibran seraya mengangkat tangannya ke atas.
"Permisi!" seru seseorang yang sedari tadi menunggu Gibran keluar.Alleta meliriknya sebentar, kemudian saling tatap dengan Gibran.Gibran seperti bertanya dengan isyarat alisnya di angkat. Kemudian, Alleta mengendikkan bahunya tidak tahu."Maaf, Tuan, dan Nona! Saya mengganggu kebahagiaan kalian," ucapnya sembari menunduk hormat.Gibran, dan Alleta hanya diam. Kemudian Alleta berpindah kesamping Gibran.Orang itu tersenyum sekilas, kemudian menyodorkan tangannya kehadapan Gibran."Perkenalkan, saya Pasih!" katanya memperkenalkan dirinya sendiri.Gibran menunduk sebentar. Kemudian ia membalas uluran tangannya, "Gibran!""Boleh minta waktunya sebentar?" pintanya dengan sangat sopan.Gibran merenung sebentar, dan menoleh pada pacarnya. Alleta!Gibran meminta jawaban padanya.Alleta mengangguk."Boleh!" jawab Gibran."Kalo gitu, kita ngobrolnya di cafe depan saja, gimana? Supaya bisa leluasa bica
Ke-esokan harinya, Gibran bangun pagi sekali."Mah! Pah! Aku berangkat kuliah sekarang!" seru Gibran sembari memakai kaos kakinya."Tumben pagi sekali?" tanya Mamahnya."He, hari ini ada janji sama Alleta," jawabnya santai. Dia berdiri, dan bersalaman dengan Mamahnya."Oh. Hati-hati, ya Sayang!" ucap Mamah sembari mengelus pundak Gibran halus.Gibran mengangguk, "Papah masih di dalam?" tanya Gibran sembari celingak-celinguk ke arah kamar."Iya. Katanya gak enak badan," jawab Mamahnya sedih.Gibran dengan cepat berjalan kearah kamar mendengar hal itu. Dia sangat hawatir dengan kondisi Bapaknya."Pak! Bapak sakit apa?" tanya Gibran cemas."Em," gumamnya sembari membukakan mata perlahan, "Gibran! Bapak gak papa, cuma panas dingin biasa," jawabnya.Gibran menatap seluruh tubuh Bapaknya yang masih di tutupi oleh selimut yang bergulung."Kita ke dokter, ya!" ajak Gibran sangat hawatir."Gak usah, Bapak cum
"Jangan malam-malam, ya, Nak! Pulangnya," kata Mamah sembari mengelus kepala Gibran pelan.Gibran mengangguk. Ia sekarang mau berangkat ke Cafe yang sudah menawarinya untuk nyanyi."Salamlikum!" serunya sembari menutup pintu."Kumsalam," jawab Mamah dari dalam.Gibran berangkat menggunakan motor kesayangannya. Motor itu tidak mewah, tapi itu motor dari hasil kerja kerasnya selama ini.Sebelum berangkat, Gibran menelpon pacarnya terlebih dahulu."Halo, Hunny!" seru Gibran saat panggilannya telah di angkat.".....""Iya, Hunny! Ini baru naik ke motor," jawab Gibran sembari tersenyum-senyum.".....""Baik, Hunny!"".....""Amiiinn. Bye Hunny! Sampai bertemu besok, eeeemmmuuuuaaahhh," katanya, dan mencium Hp-nya sendiri.Tutt...Panggilan di matikan setelah obrolan selesai.Brrmmmm....Gibran melajukan motornya membelah jalan yang lumayan padat.Tak lama, Gibran s
Tepat pukul 10:00, Gibran pamit untuk pulang. Ia sudah berjanji untuk pulang tidak terlalu larut malam."Hati-hati, ya!" seru Pasih dari ambang pintu masuk.Gibran dan Alleta menoleh, lalu tersenyum menyapa.Brmmm....Gibran pulang berboncengan."Hunny! Kok kamu bisa dateng, sih! Bukannya Mamah, dan Papah mu tadi gak ngijinin?" tanya Gibran."Em," Alleta memeluk tubuh Gibran hangat, "Tadi siang, iya. Tapi, pas petang, setelah kepulanganmu, mereka kayaknya berpikir lagi, deh!" jawab Alleta."Kok kayaknya?" tanya Gibran."Kan aku gak tahu, Bunny!""Oh, iya, iya," jawabnya, "Terus, gimana?""Ya, Mamah samperin aku kekamar, bilang gini, 'Al! Kalo kamu mau nemenin Gibran, boleh! Asal jangan malem-malem pulangnya', nah, gitu," jawab Alleta membuat Gibran gemas."Kayaknya, ada yang ngambek, nih?" ucap Gibran meledek."Ih, siapa yang ngambek?""Kamu lah, makannya Mamah berpikir kembali, lalu iji