Beranda / Romansa / My Boyfriend / Pagi yang mendung

Share

Pagi yang mendung

Penulis: Rhaniie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-18 04:17:20

Keesokan paginya, Gibran terbangun dan sudah mendapati Hpnya berantakan di atas lantai.

"Astaga! Aku lupa, kalo semalam aku lagi main Handphone."

Gibran langsung mengambil Hp tersebut dan memasangkan semuanya kembali.

Hhh...

Gibran mengehela napas pelan. Kemudian ia berjalan menuju sebuah kabel yang tergantung. Ia mencolokkan satu kabel ke sisi Handphone yang berlubang.

"Sampe nge-drop begini," gumamnya dan membiarkan Handphone terisi daya.

"Mah!" seru Gibran keluar dari dalam kamar.

"Apa, Nak!" jawabnya dari arah dapur.

"Mamah lagi masak apa?" tanya Gibran setelah berada di dapur, dan duduk di kursi meja makan.

"Masak orek tempe, kangkung, dan yah! Seperti biasa. Hasil berkebun kemarin!" jawabnya dengan terus membolak balik masakan.

"Oh. Maaf, ya, Mah! Aku, akhir-akhir ini gak bantuin Mamah!" kata Gibran merasa bersalah.

Mamah menoleh sebentar, "Gak papa. Mamah'kan ada yang bantuin juga," jawabnya santai.

"Tapi,"

"Sudah! Kamu pokus aja sama cita-cita kamu yang sudah di depan mata. Jangan sia-sia kesempatan yang ada!" titahnya menasehati.

Gibran mengangguk dengan semangat.

"Sana mandi! Nanti kamu ngampusnya kesiangan lagi!" titahnya sembari mengangkat masakan yang sudah matang.

Gibran mengangguk kembali. Ia kemudian kembali lagi kekamar untuk mengambil handuk terlebih dahulu.

Tak lama, Gibran keluar lagi dengan handuk ia sampirkan di pundak dan masuk kedalam kamar mandi.

Ya, kamar mandi di rumah Gibran hanya satu, yaitu di dekat dapur.

Selang beberapa menit, Gibran keluar dengan tubuh segar bugar.

"Ish! Pakai baju dulu. Baru makan!" suruh Mamahnya sembari menepuk tangan Gibran yang akan mengambil piring.

"He, udah lapar, Mah!" jawabnya cengar-cengir.

Mamah hanya menggelengkan kepalanya heran.

"Papah mana, mah?"

"Oh, iya lupa," jawabnya sambil menepuk jidat.

"Ih, Mamah! Suami sendiri aja dilupain!"

"Gak sengaja."

"Hi," Gibran tersenyum sedikit. Ia mulai menyedok nasi dan beberapa lauk yang sudah Mamahnya masak.

"Astaga, Gibran! Ngapain kamu?" tanya Papah.

Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik sekarang.

"Makan, Pah!"

"Iya makan. Tapi kenapa gak pake baju dulu?"

"Udah laper banget, Pah! Hi...,"

"Ck..ck..., punya bujang satu," ucapnya sembari menepuk punggung anaknya.

"Hi...," Gibran hanya terus musa-mesem.

Mereka sarapan pagi bersama-sama.

Setelah selesai makan, Gibran baru memakai pakaiannya, dan semua perlengkapan lainnya.

"Mah! Pah! Aku berangkat, ya?"

"Iya, Sayang! Jangan lupa bawa jaz hujan! Sudah mendung!" jawab Mamah dengan sedikit berteriak-teriak karena mereka sedang berada di belakang rumah.

Sreekkk....

Gibran membuka gorden kaca dan melihat keluar rumah.

"Hah, iya. Kayaknya hari ini bakalan hujan," terkanya sembari menutup kembali gorden tersebut.

"Mah! Jas ujannya dimana?" tanya Gibran sembari mengacak-ngacak al-mari kecil yang berada di dapur.

"Diluar! Mamah lupa melipatnya," jawabnya cukup keras.

Gibran langsung berjalan kearah luar, dan benar saja. Jas hujan masih tergantung di tembok luar.

Gibran kembali masuk kedalam rumag guna menganggil Hp, juga tas yang selalu ia bawa ngampus.

"Salamlikum!" seru Gibran sembari menutup pintu.

"Kumsalam."

Sebelum berangkat, Gibran memakai terlebih dahulu jas hujan tersebut ketubunya karena mulai ada beberapa tetes air yang turun.

Brmmm...

Gibran melajulan motornya menuju kerumah Alleta.

Kikk....

Dengan sangat cepat, Gibran menghentikan kendaraanya di halam rumah Alleta. Ia sudah melihat Alleta yang baru keluar dari dalam rumah saat mendengar ada suara motor kehalaman rumahnya.

"Hunny! Gimana ini? Ujan malah makin deres?" tanya Gibran bingung. Sedangkan ia hanya mempunyai jas hujan satu-satunya.

"Nunggu berenti dulu, deh!" jawab Alleta.

"Tapi sekarang, 'kan pelajaran kelas Pak Hamdi!" seru Gibran bingung.

Pak Hamdi?

Pak Hamdi adalah guru yang sangat tegas. Dia mau mendengarkan apapun alasannya kenapa telat.

Pak Hamdi tidak mau siapapun yang telat masuk pelajarannya, mereka harus menerima konsekuensinya.

"Hm. Kalo gitu, kita berangkat aja, deh!"

"Gimana berangkatnya, Hunny?" tanya Gibran bingung. Hujan malah semakin kerap.

Alleta mengangkat kedua belah tangannya tidak tahu.

Gibran langsung membuka jas hujan yang sedang ia pakai. Ia langsung memakaikannya ke tubuh Alleta.

"Gimana sama kamu?" tanya Alleta bingung.

"Tenang!" serunya, "Aku masih ada ini," tambahnya dengan memperlihatkan jaket yang ia pakai.

"Tapi, air hujan akan tembus, Bunny!"

"Gak papa." Jawabnya sambil membuka jas hujan bagian bawahnya.

"No! Aku gak mau kamu sakit!" bentak Alleta.

"Hunny!" seru Gibran lembut.

Alleta menundukkan kepalanya. Lalu, Gibran memakaikan celana jas tersebut ke kaki Alleta.

"Stop!" teriak Alleta sebelum Gibran menarik celana jas tersebut ke atas.

"Why?"

"Aku bisa pakai sendiri," ucap Alleta dan menarik celana tersebut hingga ke atas.

Hihi…

Gibran tersenyum geli. Ia mengerti kenapa Alleta menghentikannya. Apalagi sekarang, Alleta memakai rok mini.

"Apa senyum-senyum?" tanya Alleta sewot.

"Haish. Galak amat, sih!"

"Buang tuh pikiran kotormu," titahnya.

"Apa?" tanya Gibran pura-pura tidak tahu.

Alleta memutarkan bola matanya kesal.

"Yuk!" ajak Gibran sambil menarik tangannya.

"Serius kamu gak papa, Hunny?" tanya Alleta khawatir.

"I'm strong!" jawabnya dengan mengangkat sebelah tangannya ke atas.

Alleta terkikik pelan, "Ok. Aku percaya kalo pacarku memang kuat."

Gibran tersenyum lucu.

"Yok!"

Mereka berangkat ke kampus bersama walau hujan rintik-rintik makin kerap,( deras ).

Gibran akhirnya berangkat hanya menerobos hujan hanya menggunakan jaket saja.

Terlepas dari itu, apapun akan Gibran lakukan demi pacar tercintanya.

"Gimana kalo telat? Dan sekarang adalah waktunya Pak Hamdi mengajar." 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Boyfriend   Jangan Benci Aku Gib

    Gibran menghentikan motornya di sebuah tempat sepi. Dia kemudian turun dan diikuti oleh Aletta di belakangnya."Bunny!" Aletta sedikit mempercepat langkahnya, menyusul Gibran yang tidak sedikitpun menghiraukan dirinya."Bunny!" panggilnya lagi saat sudah berada di dekat dengannya.Gibran menoleh, namun dengan raut wajah yang datar. Membuat hati Aletta sakit melihatnya."Maafkan aku, Honey. Aku lupa kalau kita masih pacaran. Belum melangkah jauh ke jenjang yang lebih serius," ucapnya datar.Aletta hanya diam mendengarkan."Entah apa yang tengah aku pikirkan… sampai-sampai aku meminta hal itu!

  • My Boyfriend   Aku Ingin Lebih Dari Ini

    Gibran melajukan motornya, membelalah jalan kota yang cukup lenggan, karena hari ini sudah begitu larut dan bukan weekend. Jadi, jalanan cukup sepi.Dipertengahan perjalanan pulang, dia menghentikan motornya tepat di tempat sepi.Membuat Aletta sedikit gelisah. Dia berdiam diri di atas motor tersebut dengan perasaan was-was.Walau ia tahu kalau Gibran tidak akan mungkin berbuat seperti itu, namun tetap ada rasa takut di dalam hatinya.Aletta menatap Gibran yang sudah membalikkan tubuhnya menghadap belakang.Bibir ranumnya berhasil menggoda Alwtta yang sama-sama merindukan ciuman tersebut.Gibran te

  • My Boyfriend   Gibran Semakin Tidak Tahan

    Gibran mendekatkan wajahnya pada Aletta, sampai dahi mereka menempel sempurna.Aletta tersenyum malu juga grogi. Dia menatap wajah Gibran yang sangat dekat dengannya.Gibran mengedipkan matanya memberi isyarat, dan Aletta memahaminya.Dia segera memejamkan mata, menyambut kedua bibir yang akan menempel pada bibirnya.Semua orang yang menonton adegan tersebut, menganga dengan perasaan yang tidak karuan.Mereka senyap, terdiam seakan seperti sebuah patung, danCup.Gibran mencium bibir Aletta sekilas.

  • My Boyfriend   Aku Mencintaimu, Al

    Gibran berdiri di atas sebuah panggung persegi, lengkap dengan alat-alat musik yang nanti akan ia mainkan.Sebuah mic yang berdiri tegak di depannya, ia raih sembari menarik nafas dalam-dalam.…...By: Kangen BandJudul: Yakin Cintamu KudapatLirik:Langkah kakiku semakin sesatSaat dirimu hakimi hatikuNamun kucoba selalu mengalahKulakukan demi cintaAku menunggu dan terus berharap

  • My Boyfriend   Tidak Salah Memilih

    Gibran memarkirkan motornya di depan sebuah halaman cafe. Kemudian mereka berdua turun dan melangkah masuk ke dalam cafe tersebut."Eh, Gibran!" Seorang Pria berperawakan tinggi berisi menyapanyaGibran tersenyum. Begitupun dengan Aletta."Kebetulan sekali kamu kesini, Gib. Ada acara disini." ucapnya seraya membawa mereka berdua untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana."Terimakasih." Mereka duduk berhadapan dengan asistennya Pak Pendra."Bagaimana kabarmu, Gib? Mm … audisinya gimana? Lancar?" tanyanya dengan berpangku tangan diatas meja.Gibran tersenyum manis. "Alhamduli

  • My Boyfriend   Lelaki Sejati

    Gibran termenung di atas motornya. Sudah hampir 20 menit dia disana menunggu kedua orang tuanya, tapi mereka belum juga kelihatan."Aku berangkat aja kali, ya?" gumamnya seraya melirik jam yang melingkar di tangannya."Ah, iya. Aku berangkat aja." Gibran menghela nafas. Kemudian mengirim sebuah pesan pada Aletta, bahwa dia akan berangkat kesana sekarang.Sebelum pergi, Gibran menitip salam terlebih dahulu pada tetangganya, buat ngabarin kedua orang tuanya kalau dia sudah berangkat.Setelah itu, dia baru berangkat menuju rumah Aletta.Sepanjang perjalanan dia terus beriring, menyanyikan sebuah lagu yang akan ia nyanyikan nanti di cafe.

  • My Boyfriend   Panggilan Video

    Setelah selesai, mereka membawanya ke dalam, disimpan ditempat yang lembab, biar tidak layu besok pas dijual."Kamu makan duluan. Bapak mau bersihkan badan dulu," ucapnya seraya menyampirkan sebuah handuk di pundaknya.Gibran mengangguk. Dia berjalan menuju dapur, yang dimana ibunya tengah menata semua makanan disana."Bapak mana?" tanyanya sambil menuangkan satu gelas air putih, lalu diberikan pada Gibran."Bapak katanya mau mandi." Gibran menerima gelas tersebut, dan dia teguk sampai tandas isinya."Oo. Kamu makan dulu aja. Ibu mau beresin dulu perabotan," ucapnya seraya berlalu dari sana.Gibran

  • My Boyfriend   Menikmati Momen

    Gibran membawa Aletta masuk ke dalam resort tersebut. Disana ia memesan beberapa jenis makanan spesial untuk pacarnya.Hampir setengah jam lamanya mereka menunggu, akhirnya makanan tersebut pun tiba dan menaruhnya di atas meja mereka."Waw. Kamu pesan ini semua, Bunny?" Aletta sampe ngiler melihat semua makanan yang menggiurkan di depannya.Gibran mengangguk."Gak sia-sia kita menunggu, Bunny. Selain tatanannya cantik … ini juga sangat lezat," ucapnya setelah mencoba satu potong beef barbeque.Gibran membentangkan bibibrnya menjadi sebuah senyuman. Kemudian meraih satu garpu yang ada di atas meja.

  • My Boyfriend   Jangan Tinggalkan Aku

    Gibran tersenyum sangat bahagia bisa mendapatkan banyak dukungan dari semua orang-orang yang dekat dengannya. "Terima kasih, ya Allah," batinnya dengan kedua tangan membasuh muka. Aletta melipat kedua tangannya di dada, dan melangkah mendekati Gibran yang tengah berbahagia. "Selamat, ya, Honey. Banyak orang yang berharap padamu," ucapnya seraya mengelus bahu sang pacar ikut berbahagia. Gibran menoleh dan tersenyum padanya. "Semoga aku bisa membanggakan semua orang yang sudah mendukungku." "Amin." Gibran membentangkan senyumannya, lalu mendekap tubuh Aletta, memeluknya sangat erat.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status