Kyra mulai mengarahkan ponselnya secara diam-diam untuk merekam Asoka yang sedang berakting di depan kamera. Cowok itu selalu bisa tenggelam dalam perannya dengan begitu sempurna, hanya dalam hitungan detik. Tatapan matanya yang tajam dan dalam, lekukan bibir dan setiap senti gerak tubuhnya meneriakkan kata keren. Kyra bahkan tak bisa berkedip saking terpesonanya pada sosok Asoka. Tak salah jika cowok itu dipuja bagai dewa di seluruh negeri. Dan peran yang Asoka lakoni, baik itu drama sejarah, melodrama maupun romance-komedi, selalu saja mendapatkan rating tertinggi. Bakat Asoka memang tidak main-main. Dia seperti terlahir sebagai aktor.
Mengidolakan Asoka dan bisa sedekat ini dengannya, tentu saja merupakan berkah yang Kyra syukuri sepanjang hidupnya. Kesempatan sesempurna ini, harus Kyra abadikan sebaik-baiknya. Benar, kan? Karena Kyra tak tahu kapan lagi ia bisa berada sedekat ini dengan Asoka-nya. Kyra menepuk pipinya yang tiba-tiba memerah. Ia menahan diri agar tidak tersenyum seperti orang gila. "CUT! Good job Asoka, seperti biasanya." Sutradara menghentikan proses pengambilan gambar dan tersenyum puas melihat hasilnya di kamera. Asoka hanya mengangguk singkat dan membiarkan asistennya menyeka keringat di leher dan wajah Asoka, serta merapikan make-upnya. Saat itulah Asoka melihat Kyra yang sedang sembunyi-sembunyi merekamnya. Mata Asoka memicing. Ia menyuruh asistennya mundur dan berjalan dengan langkah tegap ke arah Kyra, sang putri kerajaan Patibrata. Cepat, bahkan sebelum Kyra sempat mengangkat kepala, Asoka menyambar ponsel Kyra. "Apa yang lo lakuin?" Asoka melihat ponsel Kyra dan menemukan rekaman videonya. Tatapan Asoka seketika berubah marah. Begitu pula dengan nada suaranya yang berubah dingin. "Lo tahu peraturannya, kan? Dilarang ambil gambar/video selama proses syuting. Lo mau alurnya bocor dan ngerugiin gue?" Kyra buru-buru menggeleng panik. Kyra memang sudah biasa melihat segala jenis ekspresi Asoka di layar kaca, tetapi melihatnya marah secara langsung, tetap saja membuat Kyra takut. "Enggak. Aku cuma nyimpen video-nya buat aku sendiri. Enggak akan aku sebarin ke publik." jari-jari Kyra gemetar saat merasakan tatapan seluruh kru tertuju padanya. Segala tingkah Asoka memang selalu memancing perhatian. Kyra menunduk dan menggigit bibir bawahnya. "Maaf." "Buka kunci galerinya." Asoka mengarahkan layar ponsel Kyra yang terkunci. "Gue mau hapus semua video yang lo ambil diam-diam." Mata Kyra berkaca-kaca. Semua video dan foto di ponsel Kyra sangatlah berharga. Dia berusaha keras untuk mendapatkan itu semua. Asoka yang berada di dalam galeri ponsel Kyra sangat menawan hingga terasa dekat, jauh berbanding terbalik dengan Asoka yang berada di depannya sekarang. Kyra mungkin tidak bisa hidup tenang jika miliknya dihapus. "Video yang ada Kak Soka-nya cuma satu kok." Kyra menahan suaranya agar tidak bergetar. "Enggak ada yang lain. Aku janji akan hapus rekamannya setelah ini." "Buka sekarang atau gue bakal tuntut lo atas pelanggaran privasi!" Asoka meninggikan nada suaranya. Beban pikiran Asoka sudah menumpuk sejak kemarin, dan itu gara-gara Kyra. Jadi ketika dapat kesempatan emas seperti ini, Asoka tidak akan menahan diri lagi untuk melampiaskannya pada Kyra. "Gue nggak pernah main-main sama perkataan gue." Nyaris semua orang di ruangan ini, memandang Kyra dengan sorot menghakimi. Tidak ada yang berani menyela Asoka atau menghentikan apapun yang ingin dia lakukan. Bahkan jika Asoka ingin mengganti apapun, sutradara akan menurutinya tanpa banyak bertanya. Asoka bisa mendepak Kyra kapan saja. "Aku bener-bener minta maaf," dengan tangan setengah bergetar, Kyra mengambil ponselnya dan membuka kata sandi galeri. Mata Kyra buram saat menyerahkan ponselnya kembali. "Tolong, jangan laporin aku ke polisi atau keluarin aku dari daftar pemain. Aku beneran berusaha keras buat sampai ke titik ini." "Hmm, gue nggak bakal laporin lo," Asoka mengangguk tanpa sadar. "Lo juga bakal tetep stay di sini." Asoka melihat isi galeri dan menemukan banyak sekali video Asoka yang diambil dari berbagai acara. Sebenarnya, siapa Kyra itu? Selain berlian Patibrata, dia juga merupakan stalker?Kening Asoka berkerut tak percaya. Saat jari-jarinya menggulir isi galeri, Asoka tiba-tiba tersadar bahwa ada sesuatu yang salah. Kenapa... ia tadi mengiyakan saja permintaan Kyra seperti sedang dihipnotis? Lagi? Cepat, Asoka melemparkan ponsel Kyra seolah terkejut dengan pemikirannya sendiri. Tatapan matanya berubah ngeri saat melihat Kyra yang memeluk ponselnya erat-erat sambil menangis. Biasanya, Asoka tak seperti ini. Ia selalu tegas pada siapa saja yang melanggar peraturan di lokasi syuting, apalagi jika menyangkut privasinya. Bagaimana bisa dia... menuruti perkataan Kyra begitu saja? Asoka hendak menarik kata-katanya tadi. Dia ingin Kyra keluar dari daftar pemain dan menjauh dari hidup Asoka selamanya. Hanya saja, lidah Asoka terasa kelu. Tubuhnya tidak bergerak sesuai dengan pikirannya. Asoka seperti cangkang robot yang diprogram untuk melaksanakan perintah Kyra. Benarkah kata kakek, bahwa majikan yang harus Asoka layani... adalah Kyra? Bahwa kutukan pelayan sialan itu, akan menghantui Asoka seumur hidup tanpa tahu cara untuk melepaskannya? Memikirkannya saja sudah membuat Asoka seperti kehilangan separuh nyawa. Jika sudah begini, Asoka akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauh dari Kyra! "Lo!" Asoka menunjuk Kyra dengan tatapan ngeri. "Jangan pernah liatin muka lo di depan gue lagi." Setelah mengatakan itu dengan kejam dan tanpa perasaan, Asoka meninggalkan Kyra yang masih berusaha menghentikan tangisnya seorang diri. Kyra memang bersalah. Tapi apakah pantas ia diperlakukan seperti ini? Hati Kyra terasa hancur berkeping-keping. Dadanya sesak luar biasa. Ini lebih menyakitkan daripada diusir dari mansion Patibrata. Asoka... idola yang begitu dia kagumi dan cintai, saat ini membencinya. Bagaimana cara Kyra untuk bertahan? ***** "Maaf tadi gue nggak bisa bantuin lo," Kendra mengusap rambut Kyra menenangkan. "Lo tenang aja. Gue bakal cari cara supaya lo bisa tetap bertahan di sini." Tangis Kyra sudah berhenti. Ia kini memandang lurus ke depan dengan sorot mata kosong, sementara jari-jarinya menggenggam erat ponselnya. Kyra pernah mendengar rumor bahwa Asoka akan mendepak siapa saja yang ketahuan melanggar privasi Asoka. Tidak ada ampun. Bahkan ada salah satu aktris papan atas yang seharusnya menjadi cameo hari itu, terpaksa harus diganti karena dia ketahuan mengambil video Asoka yang sedang mengelap keringat. Tak hanya itu, dia bahkan dipermalukan di depan banyak orang meski tidak berdampak cukup banyak pada karirnya. Tapi kenapa tadi, Asoka berkata bahwa ia tak akan mengeluarkan Kyra dari daftar pemain? Asoka juga tidak jadi menghapus video di galeri Kyra. Jadi, alih-alih merasa takut akan dikeluarkan, Kyra malah heran sendiri dengan sikap Asoka. Benarkah, Kyra bisa bertahan? "Vanilla. Giliran kamu buat make up dan ganti baju. Take setengah jam lagi." Nila menghampiri Kyra sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Dia menepuk bahu Kyra sekilas. "Tolong agak cepet ya. Asoka bisa ngamuk kalau ada yang telat." Masih setengah sadar, Kyra mengerjab dan menatap punggung Nila menjauh. Gadis itu kemudian sibuk menertibkan pemain lain, mondar-mandir sambil sesekali sibuk melihat jam tangannya. "Yah. Malah bengong ini anak." Kendra terkekeh kecil dan menepuk punggung Kyra keras. "Buruan masuk ke ruang kostum dan pastiin lo nggak buat masalah kali ini." Kyra buru-buru berdiri seolah sadar bahwa ia masih punya kesempatan untuk mengubah nasibnya. Dia menatap Kendra lekat. "Gue... masih bisa bertahan, kan?" Kendra mengangguk. "Gue bakal bantuin lo dengan segala cara. Pastiin aja akting lo bagus dan minim kesalahan kali ini. Buktiin kalau lo emang layak gabung di sini, Kyra." Senyum Kendra terlukis lebar, menampilkan lesung pipinya yang menawan. Dia mengepalkan kedua tangannya memberi semangat. "Lo pasti bisa." Kyra mengangguk, ikut tertular senyuman Kendra. Mungkin kemarin dan tadi Kyra membuat banyak kesalahan, tetapi kali ini, Kyra akan membuktikan pada semuanya bahwa ia adalah aktris berbakat dan kompeten. KI Entertainment tak salah saat memutuskan untuk merekrut Kyra sebagai aktris mereka. "Hm. Gue pasti bisa bertahan." Bola mata Kyra bersinar penuh tekad yang berkobar-kobar.
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak