Asoka Bagaskara adalah aktor papan atas dengan bayaran selangit yang dipuja bagai dewa. Hidup Asoka yang tadinya stabil, berubah berantakan begitu ia bertemu Vanila, aktris pendatang baru yang merupakan putri konglomerat Patibrata. Asoka kemudian menyadari bahwa keluarganya dikutuk secara turun-temurun untuk menjadi pelayan pribadi keluarga Patibrata. Asoka, sebagai keturunan Bagaskara ke seratus, mau tak mau menanggung kutukan untuk menjadi pelayan Vanila. Ia tak bisa menolak ketika Vanila mengucapkan kata sakti; tolong. Tubuh Asoka seketika bergerak sendiri menjalankan perintah. Sementara itu, Kyra sangat mengidolakan Asoka. Alasannya ingin menjadi aktris, hanya karena ingin berada dalam satu frame dengan Asoka. Karena tak ingin ada yang tahu identitasnya sebagai putri Patibrata, Kyra mengubah nama menjadi Vanila. "Tolong, cium gue sekarang, Asoka Bagaskara." "Baik, Yang Mulia Kyra." Kapan lagi, bisa menjadikan aktor yang diidolakan, menjadi pelayan pribadi? ***
Lihat lebih banyak"Aku membenci hujan," Kata Asoka, ketika titik-titik gerimis mulai menjatuhi puncak kepalanya. Bibir Asoka menipis tak suka, sementara matanya menatap Vanila penuh permohonan. "Ayo kita pergi dari sini, Keisha."
Vanila mengerjab. Ia mendongakkan kepala agar bisa menatap wajah Asoka yang terlalu tinggi. Disipitkan matanya untuk menghalau air yang mulai menderas. "Kenapa kamu membenci hujan?"
"Karena hujan menyimpan kenangan buruk untukku," balas Asoka datar. Ia kemudian meraih tangan Vanila dan setengah menyeretnya untuk berlindung di halte terdekat.
Tetapi, Vanila menahan tangan Asoka agar tidak pergi. Ia menggeleng ketika Asoka menatapnya dengan kening berkerut samar.
"Tapi aku suka banget sama hujan. Terutama, hujan deras." Vanila tersenyum riang. Ia kemudian melepaskan tautan tangannya dari jemari Asoka dan menegadahkan telapak untuk menangkap tetes-tetes air. "Karena aku bisa berteriak dan memaki sepuasnya tanpa satu orang pun yang mendengar." Vanila kemudian memiringkan kepala dan memandang Asoka dengan senyum geli. "Kenapa kita nggak nyoba hapus kenangan burukmu tentang hujan sekarang?"
Tanpa menunggu jawaban Asoka, Vanila menarik kedua tangan cowok itu dan mengajaknya berdansa di bawah guyuran hujan. Vanila tetawa lebar sambil terus menggenggam tangan Asoka erat-erat. Mereka berada ditepi trotoar yang sepi karena semua orang sudah berteduh. Beberapa menatap penasaran, tetapi lebih banyak yang tak peduli.
"Rasakan saat titik-titik air menyentuh wajahmu," kata Vanila, kepalanya menengadah menanantang hujan. "Rasanya seperti diberi pijatan dari pelayan salon kelas atas. Nyaman sekali!"
Sementara itu, Asoka melihat Vanila dengan binar mata lembut, seperti seorang pria yang jatuh cinta pada wanitanya. Pelan tapi pasti, Asoka mengikuti Vanila dan menegadahkan kepala menatap langit, merasakan hujaman air menyentuh wajahnya. Dan ternyata tak terlalu buruk. Pelan, bibir yang biasa mengkerut dingin itu membentuk sebuah senyuman. "Kamu benar, Keisha."
Mungkin karena terlalu bersemangat menari, kaki Vanila tak sengaja tersandung batu dan ia nyaris tersungkur ke depan. Beruntung Asoka sigap menangkap Vanila dengan kedua lengan besarnya sehingga mereka menjadi nyaris tak berjarak. Kepala Asoka tertunduk dan bertatapan dengan Vanila yang matanya membulat terkejut. Mereka saling berbagi pandang begitu lama, hingga leher belakang Asoka terasa kebas. Karena tak tahan lagi, akhirnya Asoka mendorong tubuh Vanila menjauh.
Cut!
Sutradara akhirnya ambil suara, dan pancuran gerimis buatan di sekeliling mereka dimatikan.
"Lo lupa dialog, ya? Atau sengaja? Lo pikir enggak capek, berdiri kedinginan gini? Hah?" Asoka berujar dengan nada berbisik, namun begitu tajam dan menusuk. Ia sengaja melakukannya supaya hanya ia dan Vanila yang mendengar. Meski begitu, memang sudah menjadi rahasia umum jika Asoka adalah tipe aktor sombong dan suka seenaknya. Hanya saja, tak ada yang berani menegur karena kesombongan itu tak mempengaruhi profesionalitasnya sebagai aktor kelas atas. "Gue beneran nggak percaya aktris abal-abal kayak lo bisa jadi lawan main gue."
"Maaf," kepala Vanila tertunduk. Tak berani menatap Asoka. Vanila benar-benar gugup luar biasa. Di scene kali ini, Keisha, tokoh yang sedang Vanila perankan, harus mencium Asoka untuk menghapus kenangan buruknya tentang hujan. Masalahnya, Vanila terlalu gugup dan takut melakukannya.
Karena,
Asoka adalah idola Vanila sejak Asoka memulai debut pertamanya sebagai model, sepuluh tahun lalu.
Meski sikap Asoka begitu dingin, sombong dan seenaknya, tetapi Vanila tetap saja tak bisa benar-benar membencinya. Dia selalu berdebar setiap kali bersentuhan dengan Asoka.
"Oke, take satu kali lagi ya!" Bang Dodi, sang sutradara yang menggarap film terbaru yang dibintangi Vanila dan Asoka memberikan perintah. "Langsung mulai dari tatap-tatapan."
Vanila mengangguk. Asoka langsung membawa Vanila ke dalam pelukannya. Meski Asoka membenci Vanila, bukan berarti ia melupakan profesionalitasnya sebagai aktor papan atas. Asoka hanya tak suka ketika ia harus mengulang-ngulang adegan karena ketoledoran Vanila. Bagi Asoka, setiap detik yang ia punya adalah uang.
"Action!"
Air hujan buatan mulai diturunkan. Vanila menghela napas panjang dan mulai mendalami perannya sebagai Keisha, si gadis pemberani, cerdas, dan sedikit liar. Ia kemudian menyeringai dan mengucapkan dialognya. "Mau kuberi tahu satu cara untuk melupakan kenangan burukmu?"
Asoka hanya mengerjab.
Kemudian, dengan jantung yang hendak melompat dari tempatnya, Vanila berjinjit dan memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Asoka. Hanya sekilas dan pipi Vanila terasa terpanggang bara api. Ia segera menjauhkan tubuhnya dari Asoka.
Astaga, Vanila bahkan tak pernah membayangkan akan dipeluk Asoka, apalagi...
"Cut! Cut! Cut!" Suara Dodi terdengar kesal. "Kamu kenapa jadi kayak gadis yang malu-mau begitu?" Dodi menghampiri Vanila dengan langkah cepat. "Ada apa, Vanila? Kamu lupa sama karaktermu?"
Vanila hanya bisa menunduk. "Maaf, Bang." ia kemudian memberanikan diri memandang Dodi, mengangkat kedua jarinya ke udara dan mengulas senyum. "Satu kali lagi, ya? Aku janji, ini yang terakhir!"
Dodi memandang Vanila ragu, tapi kemudian mengangguk. "Oke, satu kali lagi."
Asoka menggertakkan gigi, menahan emosi. "Kesabaran gue ada batesnya."
"Iya, aku tahu," balas Vanila lembut.
Vanila menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Ini sudah take ke tiga dan Vanila terus saja membuat kesalahan. Setelah sekian tahun ia hanya kebagian peran figuran, kali ini ia menjadi main lead female. Hanya saja, yang menjadi lawan mainnya sekarang adalah Asoka, si cowok angkuh yang selalu menghina Vanila di berbagai kesempatan. Vanila membenci Asoka karena pelakuannya, tetapi Vanila juga tak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia masih mengidolakan Asoka dan tergila-gila padanya.
Bulu kuduk Vanila bergidik ketika Asoka kembali memeluk pinggangnya. Jemari Asoka kemudian mengelus pipi Vanila lembut. Cowok itu menunduk untuk berbisik mengerikan di telinga Vanila; "Kesabaran gue udah mulai habis, Yang Mulia Kyra, jadi segera cium gue dan selesaikan scene ini! Jangan bikin gue semakin punya bahan buat menghina lo."
Kemudian, Asoka melepaskan tautan tangannya dan menatap Vanila dengan mata hitamnya yang menyorot tajam. Vanila terbiasa melihat Asoka di televisi dengan mata teduh dan binar ramahnya. Tiap peran yang Asoka ambil, selalu saja mempunyai karakter bak malaikat yang baik dan memesona. Beberapa kali pernah menjadi karakter yang dingin tetapi gampang dicintai. Namun, semenjak mengenal Asoka lebih dekat dan beberapa kali syuting drama yang sama, Vanila akhirnya sadar bahwa warna asli Asoka berbanding terbalik dengan karakternya di televisi.
Asoka sudah merendahkan Vanila, dan dengan bodoh Vanila masih saja mengidolakannya. Vanila kemudian memandang sekeliling. Pada Sutradara, kameramen, penata lampu hingga audio. Semuanya sudah siap di posisi masing-masing dan hendak melakukan pengambilan gambar.
Bagaimana mungkin, Vanila merasa gugup luar biasa hanya karena melakukan adegan ciuman dengan Asoka? Kenapa Vanila bisa bersikap tidak profesional hanya karena lawan mainnya adalah Asoka?
Mata Vanila berkilat oleh kemarahan, marah pada dirinya sendiri. Buat apa Vanila mengikuti kelas akting bertahun-tahun, kalau adegan semudah kissing saja tidak bisa?
Sudah cukup, Asoka merendahkannya. Vanila akan buktikan bahwa ia mampu. Bahwa ia ke sini bukan karena dirinya adalah keturunan Patibrata, tetapi karena kemampuan. Ketika kata action dimulai, Vanila segera melakukan tugasnya. Ia menjinjit, mengulurkan kedua tangannya untuk melingkari leher Asoka dan mencium bibirnya yang dingin, melumatnya dengan cara paling romantis. Vanila bahkan sengaja memberikan gigitan kecil di bibir bawah Asoka saat mengakhiri ciumannya, untuk mengkonfrontasi Asoka.
Setelah tautan bibir mereka terlepas, Vanila tersenyum tipis dan menatap Asoka lembut, serta percaya diri. "Mulai sekarang, kamu hanya akan mengingatku ketika turun hujan, Arga."
Adegan ini tidak ada di dalam naskah, ketika Asoka kemudian tersenyum tipis dan kembali memajukan kepalanya untuk mencium bibir Vanila. Kali ini, Asoka yang mendominasi ciuman mereka. Vanila hanya bisa mematung terkejut, kemudian pasrah menerimanya. Sutradara tak menyuruh berhenti, dan dia beranggapan kalau ciuman Asoka adalah adegan tambahan, maka Vanila membalas Asoka sebisanya. Tetapi kemudian, setelah ciuman itu selesai, Asoka berbisik di telinga Vanila,
"Kenapa nggak dorong gue menjauh? Adegan tadi nggak ada di script. Atau lo menikmatinya, ya?"
Brengsek!
Tetapi Asoka bahkan belum menyelesaikan ucapannya. "Yang tadi itu, bakal jadi behind the scene terbaik yang pernah ada. Lo... pasti bakal seneng digosipin dekat sama gue. Iya, kan?"
Tidak kehabisan akal, Vanila kemudian menyeringai kejam. "Tolong, menjauh dari gue, kemudian membungkuk dan minta maaf yang tulus, Asoka Bagaskara."
Seperti robot yang diprogram untuk mengikuti perintah, Asoka mundur dua langkah, kemudian membungkukkan punggungnya dan meminta maaf pada Kyra, tepat di hadapan semua kru yang masih menaruh perhatian pada mereka.
Kutukan sialan. Berani-beraninya, Kyra!
****
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen