Asoka memang selalu terlihat luar biasa dalam kondisi apapun. Ia profesional ketika bekerja dan bersikap akrab dengan lawan mainnya. Segala hal yang berada di sekeliling Asoka seperti ikut merasakan sinar bintang yang mengelilingi cowok itu. Mata Asoka yang berkilat tajam saat memerankan tokoh pangeran bijaksana membuat hati Kyra meleleh. Bagaimana bisa ia mempunyai kemampuan akting yang luar biasa?
Sudah puluhan drama hingga film yang dibintangi Asoka selalu Kyra tonton, dan ia selalu mengagumi cara Asoka membangun chemistry dengan setiap lawan mainnya. Cowok itu selalu cocok dipasangkan dengan siapapun, baik aktris yang berusia lebih tua maupun lebih muda darinya. Dengan Videlia, ini adalah kali kedua Asoka terlibat dalam project yang sama. Mereka pernah satu frame dua tahun lalu di film bergenre romance-fantasy yang sukses meraup satu juta penonton pada penayangan hari pertamanya. Dan Kyra, cukup beruntung bisa menghadiri gala premier film itu karena koneksinya sebagai Patibrata.
Kini, melihat keduanya begitu dekat bahkan saat syuting telah berakhir membuat Kyra senang sekaligus iri. Kyra bahagia melihat kisah mereka di dalam drama. Tapi di kehidupan nyata, bisakah Kyra yang menggantikan posisi Videlia? Kyra sangat-sangat ingin menjadi pemeran utama bersama dengan Asoka. Dia ingin dekat dengan Asoka sebagai teman dan menaikkan levelnya dari seorang fans.
Apakah Kyra terdengar serakah?
Ya. Tentu saja.
Kyra sudah sejauh ini. Dia berhasil masuk ke agensi yang sama dengan Asoka, dan dia juga berkesempatan berada dalam satu project drama dengan Asoka. Bukankah itu adalah berkah yang luar biasa? Kyra seperti akan jadi makhluk paling tidak tahu diri jika meminta lebih. Karena itulah, Kyra akan mengerahkan segala kemampuannya agar bisa bertahan di drama ini.
Kyra tak akan membiarkan Asoka mendepaknya bahkan sebelum drama ini merilis treaser pertamanya! Karena, itu akan melukai harga diri Kyra. Dan juga hatinya. Sebab, tak ada hal yang paling menyakitkan di dunia ini selain diusir oleh idola sendiri. Benar, kan?
Kyra tersentak saat seseorang menepuk pundaknya. Menoleh, dia mendapati Kendra yang sedang mengulum senyum manis dan mengepalkan satu tangannya ke udara memberi semangat.
"Lo pasti bisa. Gue yang paling tahu sendiri gimana berbakatnya aktris Vanila, jadi, jangan biarin si brengsek Asoka nginjak-nginjak harga diri lo lagi, oke?"
Mata Kyra seketika melotot. Dia refleks mencubit lengan Kendra karena kesal. Niat Kendra memang baik dengan memberi Kyra semangat. Hanya saja, dia tidak suka ketika ada orang yang mencerca Asoka. "Enak aja ngatain Asoka brengsek. Meski gimana pun kelakuan Asoka, dia tetap bakal jadi idola gue."
"Meskipun dia sering bentak staf dan sutradara?" sebelah alis Kendra menukik. "Atau ketika dia dengan seenak jidatnya nyuruh writer ngubah skrip yang udah disusun mateng-mateng?"
"Asoka nggak kayak gitu!" Kyra menghentakkan kakinya kesal. Matanya melotot marah. Tentu saja Kyra tidak terima jika idola yang dia cintai dihina oleh orang lain, meski itu adalah sahabatnya sendiri. Meski harus berperang membawa tombak dan pedang, Kyra tak akan ragu. "Jangan fitnah idola gue seolah lo dewa."
Kendra geleng-geleng kepala. Dia melipat kedua tangannya dan menatap Kyra seolah sedang mengomeli keponakannya yang bandel. "Gue udah beberapa kali ada project bareng sama Asoka. Udah bukan rahasia lagi soal kelakuan buruk Asoka dikalangan staf dan kru film. Tapi tetap aja, mereka berlomba-lomba buat dapetin Asoka karena popularitasnya."
Kyra tidak segan-segan menginjak kaki Kendra kuat-kuat. "Gue nggak akan percaya sebelum lihat dengan mata kepala gue sendiri." Dada Kyra naik turun menahan emosi yang mulai memuncak. "Asoka pasti punya alasan tersendiri kalau dia bener ngelakuin apa yang lo bilang. Dan gue bakal tetap ngefans sama Asoka! Gue suka sama karyanya. Bukan attitude-nya."
Bukannya marah dan kesal karena Kyra susah menerima kenyataan, Kendra justru terkekeh dan megusap puncak kepala Kyra gemas. "Dasar keras kepala. Kalau udah bucin emang gitu sih, susah buat nerima kenyataan."
"Nggak apa-apa bucin asal bahagia." Kyra menyentak tangan Kendra di kepalanya sambil memeletkan lidah mengejek. "Toh, kebucinan gue nggak bakal ngaruh apa-apa di hidup lo."
Bibir Kendra setengah mengerucut. Kyra memeletkan lidah mengejek. Kemudian, gadis itu setengah berlari sambil menjinjing kain jariknya menuju set yang digunakan untuk syuting. Jantung Kyra sudah berdebar keras menunggu gilirannya memainkan peran di depan Asoka. Kali ini, Kyra akan membuktikan bahwa dirinya mampu. Bahwa Asoka tidak akan punya alasan lagi untuk mendepak Kyra dari drama ini.
****
"Gue pengin dayang itu mati setelah scene ini," kata Asoka kepada penulis dan sutradara yang tampak serius berdiskusi. Mereka sedang break sejenak sebelum ganti set.
Bastian, sang sutradara, memandang Asoka bingung. "Maksudmu perannya Vanila?"
Asoka mengangguk mantap. "Ya, gue pengin dia keluar secepatnya."
"Tapi peran dayang Vanila masih ada sampai pertengahan episode." Bastian membuka-buka halaman skrip. "Peran dia cukup penting untuk membuat kedua tokoh utama semakin dekat."
"Gue nggak mau tahu." Asoka mengibaskan tangan tak acuh. Jika Asoka tidak bisa mengusir Kyra dengan tangannya sendiri, maka dia bisa menggunakan Bastian. Peran Kyra harus hilang agar gadis itu bisa segera pergi. "Vanilla harus tetap ada di drama ini, tapi gue nggak mau dia terlalu lama ada."
Benar. Asoka tidak bisa mengusir Kyra begitu saja. Tidak dengan memecatnya dengan cara tidak hormat. Tetapi jika perannya sudah selesai, maka mau tak mau, Kyra juga akan pergi dengan sendirinya. Dan setelah itu, Asoka tak perlu repot-repot menghindari cewek itu dan beresiko kutukan sialan ini diketahui. Jika sampai Kyra tahu bahwa Asoka tak bisa menolak permintaan gadis itu... entah apa yang akan terjadi? Asoka tidak sanggup membayangkannya.
Dari pada menjadi budak Kyra, Asoka lebih memilih mati.
"Kehilangan peran Vanilla di episode awal bakal ngerombak keseluruhan naskah." Bastian memijit ujung hidungnya karena lelah. "Tapi kalau kamu pengin Vanilla segera pergi, kita akan take seluruh adegan yang ada Vanilla-nya dulu. Mungkin bakal makan waktu paling cepat tiga minggu."
Jika seperti ini, maka jadwal tayang drama akan semakin molor. Tetapi, memangnya apa yang bisa Bastian lakukan? Akan semakin gawat jika Asoka yang notabennya pemeran utama, mogok syuting. Tidak ada cara untuk membujuk Asoka.
Sementara itu, Asoka tampak sedang menimbang-nimbang. Karena tidak bisa segera menyingkirkan Kyra, maka setidaknya Asoka harus mau berkompromi. Lebih baik bertahan menghadapi Kyra selama tiga minggu daripada tiga bulan, kan?
"Oke. Deal," kata Asoka akhirnya. Diam-diam, seringai puas terlukis di bibir indahnya.
Setelah drama ini berakhir, Asoka bersumpah untuk memblokir nama Kyra dari project-project Asoka mendatang. Dengan begitu, maka peluang dia bertemu Kyra lagi akan semakin menipis, kan?
****
Kyra tidak tahu apa yang sedang terjadi. Seluruh kru, terutama di bagian properti, tampak semakin sibuk dengan pekerjaannya. Kyra juga bisa melihat beberapa kru tambahan datang untuk membangun set-set baru di ruangan yang masih kosong. Entah ini perasaan Kyra saja, atau sesuatu memang sudah terjadi?
"Yok. Vanilla ganti kostum lagi. Scene sama Asoka dan Kendra udah mau mulai." Nila menepuk bahu Kyra pelan, membuat Kyra mengerutkan kening bingung. Kyra baru saja menyelesaikan dua scene bersama Videlia, dan seharusnya Kyra sudah bisa pulang sekarang. Tapi... kenapa mendadak harus shoot lagi?
Kyra mengerjabkan mata. "Bukannya aku udah selesai, Kak? Kenapa ada lagi? Kali ini shoot adegan apa?"
Nila mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Raut wajahnya tampak lelah sekaligus frustrasi. Perubahan mendadak ini membuat Nila harus mengubah seluruh jadwal yang sudah dia susun mati-matian.
"Biasalah. Dewa kita berulah lagi. Aku sebenarnya udah nggak mau ambil project ini karena aktor utamanya Asoka, tapi..." Nila menghela napas panjang. Dia memutuskan untuk berhenti mengeluh, kemudian menyerahkan selembar kertas pada Kyra. "Itu jadwal shoot untuk tiga minggu ke depan. Kita selesaikan dulu bagian kamu."
Kening Kyra terlipat semakin dalam. Peran Kyra tak terlalu menonjol di drama ini. Dia juga akan berakhir mati untuk menyelamatkan tokoh utama wanita. Tapi kenapa... seluruh adegan yang ada Kyra harus didahulukan? Bukankah itu mengganggu proses keseluruhan?
Bola mata Kyra membulat saat menyadari sesuatu. Apa jangan-jangan.... ini adalah... ulah Asoka? Tapi kenapa? Kenapa dia seolah-olah ingin Kyra segera angkat kaki dari drama ini? Kyra harus menemui Asoka dan menanyakan kebenarannya!
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak
Rupanya, tempat tinggal kakek Asoka dan Adrian berada di luar kota, tepatnya di kaki gunung Sewu. Butuh perjalanan sekitar empat jam untuk sampai di sana. Namun, Kyra tak merasakan lelahnya karena sepanjang perjalanan dia terus-terusan mengoceh dan Asoka yang mendengarkan dengan saksama. Sesekali, Asoka akan menjawab meski hanya dengan gumaman atau kata-kata singkat. Meski begitu, Kyra sama sekali tidak keberatan.Udara sejuk langsung menerpa wajah Kyra saat dia membuka kaca jendela mobil. Rambutnya yang terurai langsung berantakan, beterbangan ke segala sisi. Kyra terkekeh dan merapikan rambutnya, sebelum menoleh dan menatap Asoka lugu. “Kak Soka harus sering-sering ngajak aku ke sini, soalnya udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah di sini lama-lama.” Senyum Kyra bertambah lebar. “Kita nginep kan? Gimana kalau tiga hari? Kak Soka sibuk nggak?”&ldq
‘Aku ada di depan apartemenmu.’Mata Kyra membulat saat melihat pesan dari Ayudia di ponselnya. Tak lama, suara bel berbunyi dari pintu depan. Kyra buru-buru meloncat dari kasurnya dan keluar kamar. Diketuknya pintu kamar Asoka berulang kali.“Kak Soka, buka pintunya! Ada yang urgent nih!” Kyra masih mengetuk-ngetuk sambil melihat pintu bagian depan yang masih tertutup rapat, takut jika tiba-tiba kepala Ayudia muncul dari balik pintu. “Kak Soka! Ada Kak Ayudia di depan!”Tak lama, pintu terbuka dan Asoka muncul dengan rambut acak-acakan. Dia menatap Kyra dengan sorot datar. “Apaan sih ribut-ribut. Kalau dateng ya suruh masuk aja.”“Ya seenggaknya aku mau peringatin Kak Soka buat akting jadi suami yang baik.” Kyra mengerucutkan bibir. “Jangan cu
Asoka pikir, hanya dirinya dan Bianca saja yang akan duduk di meja juri dan menilai kualitas akting para aktor rookie yang akan bergabung dengan agensi Kyra. Namun, rupanya juga ada Bianca dan juga... Kendra. Bagaimana bisa cowok itu ada di sini? Seharusnya dia ada di lokasi syuting drama action barunya, bukannya di sini sambil buang-buang waktu. Lagi pula, kenapa Kyra harus meminta bantuan Asoka jika sudah ada Kendra?Melihat Kyra yang langsung mengobrol akrab dengan Kendra tepat saat mereka tiba di lokasi entah mengapa membuat Asoka merasa... jengkel. Terlebih, Asoka merasa dikhianati karena Kyra tidak bilang jika dia juga mengajak Kendra.Duduk di kursi, Asoka kemudian memainkan ponselnya sambil menunggu pemilihan dimulai. Dia tidak ingin bertambah