Hal yang paling Kyra inginkan di dunia ini, adalah dekat dengan Asoka. Segala hal tentang Asoka selalu membuat hati Kyra berdebar keras. Bahkan kamarnya yang berada di mansion keluarga Patibrata, dipenuhi oleh foto-foto Asoka dalam berbagai pose. Berkali-kali Ayah memarahi dan menganggap Kyra gila. Ayah juga menyuruh orang melepaskan segala atribut tentang Asoka di dinding-dinding kamarnya, tetapi sebanyak itu pula Kyra menempelkannya kembali, sampai Ayah akhirnya menyerah. Ya, Kyra memang segila itu jika menyangkut Asoka. Ia bahkan rela melakukan apapun demi bisa disapa cowok itu.
Tinggal di apartemen Bianca, tentu saja Kyra sudah menempelkan foto Asoka, mulai dari dinding-dinding kamar hingga perabotan. Bianca belum pernah masuk ke kamar ini, jadi, Kyra tak perlu khawatir cewek itu akan marah.
Kyra tersenyum tipis saat melihat foto yang ia beri bingkai cantik. Foto itu Kyra dapatkan saat ia menghadiri jumpa fans Asoka dan dapat kesempatan untuk berfoto berdua dengan idolanya. Berdekatan dengan Asoka membuat Kyra bisa menghindu aroma Asoka yang maskulin. Kyra bahkan tak mencuci bajunya selama satu minggu karena aroma Asoka menempel di sana. Tidakkah, Kyra memang sudah gila?
Satu hal yang Kyra syukuri terlahir sebagai Patibrata adalah, Kyra bisa mendapatkan uang dengan mudah untuk membeli tiket eksklusif jumpa fans Asoka, atau menghadiri gala premier film terbaru Asoka dengan koneksinya sebagai Patibrata. Kyra menyadari bahwa dirinya terlahir sebagai tuan putri. Hanya saja, karena ia adalah Patibrata, Ayah menentang keras mimpinya untuk menjadi aktris. Karena itulah Kyra berusaha mati-matian dan menanggalkan nama Patibrata di pundaknya.
Hari ini, Kyra sudah siap berangkat syuting. Perasaannya luar biasa ceria dan bahagia. Kejadian di parkiran bersama Asoka masih terbayang-bayang di kepala Kyra. Apalagi, Asoka sempat memegang dan menarik tangannya! Astaga, pipi Kyra merona lagi.
"Lo mau ke mana pagi-pagi gini?" Bianca bertanya saat melihat Kyra yang sedang sarapan dengan lahap di dapur apartemennya. Cewek itu sudah siap dengan dress selutut berwarna pastel, rambutnya digerai dan diberi kesan bergelombang di bagian ujungnya. "Lo dandan dari jam berapa, Juleha? Subuh?"
Kyra tersenyum polos. Tangannya terangkat membentuk angka empat. Kemudian melanjutkan menyuap roti isi selai kacang kesukaannya.
Bianca geleng-geleng kepala dan mengambil kotak susu dari dalam kulkas. Sudah Bianca duga kalau Kyra akan semakin gila jika mendapat jatah syuting dengan pujaan hatinya. "Emangnya lo syuting jam berapa?"
"Jam satu siang," balas Kyra tenang. "Untuk pertama kalinya, gue mau ke lokasi pakai MRT."
Bianca nyaris menyemburkan minumannya. Ia menatap Kyra dengan mata melotot. "Dasar gila. Lagi kesambet setan apa sih? Nggak takut nyasar lo?"
"Maka dari itu, gue berangkat pagi-pagi," kata Kyra semangat. "Biar nggak telat kalau harus nyasar dulu."
"Kenapa nggak minta anter Tia aja? Hah? Udah tugasnya buat nemenin lo ke mana-mana." Bianca berkacak pinggang dan menatap Kyra serius. Bianca masih ingat saat terakhir kali Kyra berangkat sendirian ke bandara, dia ketinggalan pesawat karena salah masuk gate. Naik MRT bagi Kyra sama dengan mencari mati.
"Tia lagi sakit. Dia demam, flu, batuk, dan suaranya kayak kodok," balas Kyra santai. Ia kemudian mengunyah suapan terakhir roti isinya, kemudian berdiri dan menepuk-nepuk pundak Bianca menenangkan. "Gue bisa sendiri kok. Nggak usah khawatir."
"Mending lo naik taksi aja," kata Bianca akhirnya. Ia berniat kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel. "Gue pesenin dan gue bayarin."
Kyra menggeleng. "Nggak perlu, Bi. Ini emang kemauan gue sendiri buat naik MRT. Gue pengin nyoba sesuatu yang baru. Siapa tahu aja ada yang kenal sama gue dan ngajakin foto sama minta tanda tangan." Kyra mengedipkan mata jail. "Dah. Gue pergi dulu."
Kyra tak memberi Bianca kesempatan untuk protes lagi, karena ia buru-buru menyambar tasnya dan berlari keluar apartemen. Hari ini, Kyra sengaja berangkat pagi meski syutingnya masih nanti siang. Kyra ingin melihat Asoka syuting dan merekamnya diam-diam. Kesempatan seperti ini, Kyra tak yakin bisa mendapatkannya lagi suatu hari nanti. Maka dari itu, Kyra akan memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. Senyum Kyra cerah ketika ia memencet tombol lift. Asoka! Kita akan segera bertemu! Tunggu, ya!
****
Perkataan Kakek semalam masih terngiang-ngiang di kepala Asoka. Tentang kutukan sialan itu. Asoka sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya, tetapi malah semakin melekat seperti lem di otaknya. Mau tak mau, kejadian aneh kemarin yang ia alami dengan Kyra membuat pikiran Asoka tidak fokus. Bagaimana, jika ia mencoba membuktikannya sekali lagi?
Asoka mengerjabkan mata dan tersentak saat Fian menepuk pundaknya keras. Asoka melotot pada Fian. "Apaan?"
"Ngelamun, ya? Nggak denger dari tadi dipanggil sama Pak Bas?" balas Fian, matanya melirik ke arah Sebastian yang sudah melambaikan tangan di seberang sana, meminta Asoka agar bersiap untuk syuting.
Asoka menghela napas panjang dan bangkit dari posisinya. Tepat ketika Asoka hendak memasuki lokasi, ia melihat Kyra yang sedang memasuki pintu dengan langkah serampangan. Ia nyaris terjengkang karena terlalu bersemangat, tetapi seseorang di belakang punggungnya menahan lengan Kyra. Mereka saling pandang dan bertukar senyum.
Wah. Sungguh pemandangan pagi hari yang mengejutkan. Tanpa sadar, langkah Asoka membawanya ke tempat Kyra dan mengabaikan panggilan Sebastian. Barulah ketika jaraknya tersisa dua langkah dari Kyra, Asoka mematung dan tersadar dengan ketololannya. Sihir apa yang menarik kaki Asoka hingga ia berjalan mendekati Kyra?
"Eh, Kak Soka!" Kyra menyapa kelewat ramah. Senyumnya terlukis sangat lebar hingga menampilkan lekukan kecil di ujung bibirnya. "Syutingnya udah mulai belum? Aku sengaja datang lebih pagi biar bisa liat Kak So--" Kyra menutup mulutnya dengan tengan. Hampir saja ia mempermalukan dirinya sendiri di depan Asoka. "Maksudku, liat syuting kalian supaya aku bisa lebih belajar mendalami peran." Kyra terkekeh kecil.
"Gue nggak nanya," balas Asoka dingin. Ia kemudian melihat Demian, pemeran pendukung yang hari ini ada take adegan dengannya. Ia kemudian melambaikan tangan. "Demian! Sini!"
Dengan begitu, Asoka bisa meninggalkan Kyra tanpa menjelaskan alasan kenapa ia harus mendekati Kyra secara tiba-tiba, tanpa tujuan. Atau jangan-jangan, Kyra adalah majikan yang diramalkan Kakek? Seseorang yang harus Asoka layani dengan senang hati?
Asoka terkekeh keras, menyangkal sekuat tenaga. Yang benar saja!
****
Kyra bisa sampai di lokasi syuting tanpa harus nyasar dan bertanya sana-sini berkat bantuan Kendra, teman Kyra yang dulunya pernah satu kelas belajar akting. Dan kebetulan juga Kendra juga ikut syuting di drama Roro Jonggrang ini sebagai prajurit setia Bandung Bondowoso yang diperankan Asoka. Dibanding Kyra, peran Kendra lebih banyak memungkinkannya bertemu dengan Asoka dalam adegan dibandingkan peran Kyra, membuat Kyra iri setengah mati.
"Masih suka sama Asoka?" tanya Kendra saat melihat punggung Asoka yang perlahan menjauh. Ia kemudian menatap Kyra lagi. "Lo udah ngidolain dia sejak jaman dia masih jadi model kan?"
Kyra mengangguk antusias. Matanya tak lepas memandangi Asoka. "Iya. Dari dulu sampai sekarang, cuma Asoka satu-satunya idola gue."
"Wah. Parah. Berartil ucky banget dong ya, bisa satu frame sama Asoka?" Kendra tersenyum manis dan merangkul pundak Kyra. "Terus kayaknya kalian udah deket banget. Rahasianya apa nih?"
Pipi Kyra seketika merona karena ditanya seperti itu. Ditatapnya Kendra sambil tersenyum lugu. "Mungkin karena kita jodoh?" Kyra menangkupkan kedua tangannya di dagu. "Tuhan baik banget karena ngabulin doa yang gue panjatin setiap hari."
Kendra tersenyum dan mengacak puncak kepala Kyra pelan. "Terus rencananya lo mau ngapain habis ini?"
"Ngekorin Asoka kayak anak ayam," balas Kyra polos. "Lo mulai syuting jam berapa?"
"Abis Asoka take adegannya sama Demian dan Videlia," balas Kendra. "Mau lihat?"
Kyra mengangguk antusias. Matanya berbinar-binar seperti habis menang lotre. "Tentu saja. Gue juga kangen bisa liat lo akting kayak dulu lagi."
"Gue masih belum berubah, kok." Kendra mengedipkan mata. Senyumnya terlukis tulus dan manis. "Masih kayak dulu."
"Kata siapa masih belum berubah?" Kyra menyeringai dan meninju lengan berotot Kendra main-main. "Lo jadi lebih tinggi dan kekar sekarang. Rajin nge-gym ya?"
Kendra terkekeh kecil sambil mengusap tengkuk. Telinganya memerah malu. "Biasalah. Tuntutan pekerjaan."
Seseorang dari arah ruang make up melambaikan tangan pada Kendra, seperti memberikan kode agar Kendra segera masuk karena giliran syutingnya akan segera dimulai. Kendra mengangguk singkat dan menatap Kyra dengan pandangan bersalah, "Gue harus ganti kostum dulu."
"Yaudah sana." Kyra mengibaskan tangannya tanda mengusir. "Gue juga mau videoin Asoka kok. Bye, Kendra jelek."
Kendra melotot, tapi Kyra hanya memeletkan lidah dan berlari riang meninggalkannya. Kendra cuma bisa geleng-geleng kepala melihat punggung mungil Kyra. Dari dulu sampai sekarang, sifat Kyra tidak berubah. Masih saja ceria dan apa adanya, tidak terlihat sama sekali bahwa dia juga merupakan keturunan Patibrata. Ya, cuma Kendra yang mendapat penghargaan dari Kyra dengan menjaga rahasianya. Dan kenyataan itu mau tak mau membuat Kendra mundur perlahan untuk mendapatkan hati Kyra. Latar belakang keluarga mereka, tidak akan pernah bisa sebanding.
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak