Beranda / Rumah Tangga / My Cassanova Husband / 6A. Wanita Berambut Pirang

Share

6A. Wanita Berambut Pirang

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-12 23:00:29

“Menikah?” Seketika, Resa tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perut. “Hey! Emangnya ada cowok yang mau nikah sama lo? Ya… kalaupun ada, gue yakin dia cuma

bocah kemaren

yang masih minta duit sama orang tua.”

Itulah respons pertama Resa setelah Lavina menyampaikan rencananya untuk menikah. Resa seolah tidak percaya Lavina akan mendapat lelaki yang sempurna, karena penampilan Lavina yang jauh dari kata anggun dan berkelas.

Lavina hanya remaja yang berpenampilan sederhana, wajahnya nyaris tidak pernah dipoles

make up. Sehari-harinya hanya memakai

sunscreen

dan bedak tipis. Tidak ada lipstik yang menempel di bibirnya selain

lip gloss

untuk melembabkan bibir. Tubuhnya pun kecil dan tidak begitu tinggi.

Berbeda sekali dengan Resa yang tinggi semampai dan fasionista.

Jadi, ketika Auriga datang ke rumah Mawar bersama orang tuanya untuk melamar Lavina, Resa nyaris pingsan karena dugaannya salah besar.

Calon suami Lavina bukan

bocah kemarin

yang biaya hidupnya masih ditanggung orang tua, melainkan seorang pilot, anak pertama pengusaha kaya raya. Wajah Auriga yang tampan dan usianya yang matang, membuat jantung Resa berdebar-debar saat memandanginya. Resa merasa dunia ini tidak adil, karena seharusnya pria seperti Auriga tertarik kepada dirinya, bukan kepada Lavina.

“Lo pake susuk? Berapa biji? Pasang di mana? Pasti dukunnya udah pro banget sampai-sampai calon suami lo mau nikah sama lo,” sindir Resa.

Namun Lavina sama sekali tidak menggubris. Meladeni Resa hanya membuang-buang energi dan waktunya saja.

Sementara itu, Mawar tidak banyak berkomentar. Kalungnya yang hilang sudah Lavina ganti dengan uang sebesar harga kalung tersebut, yang Lavina dapatkan dari Auriga.

Tentu saja Mawar tidak melarang pernikahan Lavina, karena ia pikir ekonomi Auriga yang bagus bisa menunjang kehidupan keluarga Mawar yang pas-pasan jika sudah menjadi suami Lavina kelak.

***

Di dalam

ballroom

mewah yang dipenuhi cahaya gemerlap, langit-langit tinggi berkilauan dengan kristal-kristal

glistening

yang memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Aroma harum bunga-bunga segar mengisi udara, mencampur dengan tawa dan bisikan haru dari para tamu yang mengenakan pakaian penuh gaya.

Di panggung, di bawah lengkungan bunga putih yang indah, Auriga berdiri dengan elegan dalam setelan jas hitamnya. Wajahnya yang tampan, bibirnya yang tak berhenti melukiskan senyuman pada tamu yang menghampiri. Seakan-akan Auriga bahagia dengan pernikahan ini.

Sementara di sampingnya, berdiri sang pengantin wanita. Dalam gaun putih murni yang mengalir dengan lemah lembut, ia berdiri dengan percaya diri, senyuman bahagia menghiasi bibirnya. Rambutnya yang dihias dengan mahkota bunga, menyatu dengan wajahnya yang ceria.

Namun, benarkah Lavina bahagia dengan pernikahannya?

Oh, tentu saja tidak. Ia dipaksa menikah oleh keadaan, dengan laki-laki yang tidak dicintai, di usia muda yang sebelumnya tak pernah terpikir untuk menikah.

Lavina terlihat bahagia sebab ia sedang menikmati peran. Semua orang yang ada di

ballroom

ini mungkin mengira bahwa ia dan Auriga menikah karena saling mencintai.

Daddy Axl dan Mommy Darly—orang tua Auriga, adalah orang yang baik, mereka menerima Lavina dengan tangan terbuka dan pelukan hangat.

Dan di antara semua orang yang ada di ruangan ini, ada satu orang yang terlihat paling bahagia atas pernikahan Lavina dan Auriga. Dia Aurora.

“Baru kali ini Mommy melihat Aurora sebahagia itu, Vin,” ucap Mommy Darly seraya memperhatikan Aurora yang tak berhenti tersenyum lebar memandangi Lavina.

Anak itu sejak tadi berdiri di antara Lavina dan Auriga, tapi sekarang Auriga sedang berganti pakaian di kamarnya.

“Oh? Benarkah?” Lavina mengerjap tak percaya. Ia sempat melirik ponsel Auriga yang tertinggal di kursi, layar ponselnya menyala, ada panggilan masuk.

“Hm.” Mommy Darly tersenyum. “Dia sepertinya sangat menyukai kamu.”

Lavina menunduk sambil tersenyum malu. “Semoga aku bisa jadi ibu yang baik buat Aurora… Mom,” bisiknya.

Lavina tertegun saat ibu mertuanya itu mengusap lembut punggungnya. Ia lupa kapan terakhir kali mendapat perlakuan seperti ini dari sang ayah yang telah tiada.

“Mommy percaya sama kamu, Lavina.”

Seulas senyum lebar terlukis di bibir Lavina sambil mengangkat wajahnya lagi. “Terima kasih banyak, Mom.”

Percakapan mereka terinterupsi saat seorang petugas menghampiri dan meminta Lavina untuk ganti kostum dengan gaun yang lain.

Lavina mengangguk mengerti. Setelah berjalan dua langkah, ia kembali ke kursi untuk mengambil ponsel Auriga yang kembali berdering. Lavina khawatir ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan si penelepon.

Kemudian Lavina berjalan dengan sedikit tertatih karena baru kali ini memakai

high heels

sepuluh senti yang terasa begitu menyiksa.

“Mbak, kalau Om—eh, s-suami saya ada di mana ya?” tanya Lavina, yang hampir saja menyebut Auriga dengan panggilan

om

di hadapan orang lain.

“Ada di kamar yang di ujung lorong itu, Mbak. Mbak Lavina mau ketemu Mas Auriga dulu?”

“Iya.” Lavina mengangguk. “Boleh?”

“Tentu aja boleh.” Wanita yang bertanggung jawab pada pengantin wanita itu pun tertawa. “Tapi jangan lama-lama ya, Mbak. Ditunda dulu kangen-kangenannya,” bisiknya, bercanda.

Lavina meringis dengan pipi tersipu. Mereka kemudian berpisah. Wanita itu masuk ke ruangan yang digunakan untuk merias Lavina, sedangkan Lavina terus berjalan di lorong menuju ruangan Auriga.

Tatapan Lavina tertuju pada pintu coklat di ujung lorong. Detik berikutnya pintu itu terbuka, lalu keluarlah seorang wanita cantik berambut pirang sepinggang dari sana. Gaunnya yang seksi dan ketat membuat lekuk tubuhnya terlihat begitu sempurna.

Siapa dia? Kenapa keluar dari kamar Om Auriga?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
bener² emang ya nih om duda masih acara resepsi padahal udah sama wanita lain aja dikamar hotel
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
siapa itu wanita rambut pirang , ya kali baru resepsi malah hohohehe sama orang lain.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status