Elgan mengeratkan pelukannya pada tubuh Cia. Aroma Cia yang menenangkan langsung menyeruak memenuhi penciumannya. Baru kali ini mereka berdekatan sedekat ini. Sebenarnya Elgan masih sedikit kesal dengan gadis digendongannya ini. Tapi, entah mengapa rasanya ia tidak bisa menumpahkan amarahnya untuk saat ini. Elgan menunduk menatap Cia yang bersandar di dada bidangnya. Mengingat soal Alden, Elgan rasanya benar-benar ingin memberikan bogeman mentah pada wajah si brengsek itu. Berani-beraninya si brengsek itu menyentuh miliknya, pikir Elgan. Miliknya? Benarkah jika Elgan sudah mengklaim Cia sebagai miliknya? Entahlah. Elgan tidak ingin ambil pusing memikirkan itu. Namun, tetap saja ada yang janggal saat melihat Alden begitu peduli pada Cia.
Kamar penginapan Cia sudah tampak di depan mata. Elgan dengan tubuhnya yang kokoh tidak sedikit pun merasa kesulitan menggendong tubuh Cia yang tidak bisa dibilang kecil. Hal itu, membuktikan jika pria it
Lambert CorpNadin baru saja keluar dari lift menuju ruangan si pria arrogant. Siapa lagi kalau bukan Elgan, yang Cia sebut si Kulkas Rusak. Suara stilettonya menggema saat menuju ruangan Elgan. Tidak jauh di depannya tampak Niko yang sedang sibuk dengan laptop yang menyala. Jari-jarinya dengan lincah menari di atas keyboard.Dengan semangat, Nadin menghampiri Niko yang saat ini belum menyadari kehadirannya. Bahkan, saat sudah berdiri di samping pria itu pun, Niko juga belum menyadarinya. Nadin mengamati wajah Niko yang tampak serius, mata tajamnya menatap lurus layar di depannya seakan menghunus benda datar tersebut.Nadin menunduk dan mendekatkan wajahnya di samping wajah kekasihnya tersebut."Ehem.." Nadin berdehem tepat di telingan Niko.Refleks Niko langsung menoleh ke samping.CupNiko terpaku saat bibirnya tanpa sengaja bersentuhan dengan sesuatu yang lembut. Namun, saat melihat wajah Nadin yang tersenyum memb
Sesuai dengan rencana awal, malam ini Cia akan bertemu dengan Alden di sebuah restaurant. Tadi, saat tiba di apartemen, Cia tidak mendapati kehadiran Elgan disana. Ternyata suaminya itu belum pulang dari kantor.Cia telah siap dengan dress yang melekat di tubuh rampingnya. Dress berwarna putih dengan panjang selutut itu tampak sangat cocok membalut kulitnya yang putih. Rambutnya sengaja ia kuncir agar tidak terlalu membuatnya gerah. Sentuhan terakhir, Cia melingkarkan jam tangan kecil berwarna hitam pada pergelangan tangan kanannya. Sudah jam 19:55 saat gadis itu melirik jam yang berada di pergelangan tangannya. Dapat dipastikan kalau Cia akan telat bertemu Alden malam ini, karena sebelumnya Alden memberitahunya untuk bertemu saat jam delapan sementara ia masih belum berangkat.Drrttt... drrttt...Getaran pada ponselnya menghentikan langkah Cia. Ia segera mengambil ponsel berwarna putih tersebut dari dalam sling bagnya."Lo udah jalan?" 
Pukul 04:25 WIB, hari masih gelap. Segelap ruangan persegi yang saat ini dihuni oleh dua makhluk tuhan yang masih berada di alam mimpi. Ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya dari lampu tidur LED itu menampakkan sepasang insan yang sedang bergulung di dalam selimut tebal dengan tubuh yang berdekatan dan saling berpelukan.Seperti yang diinginkan Cia kemarin malam, Elgan benar-benar tidur di kamar mereka. Kemarin, setelah kepergian Cia ke kamar untuk tidur, Elgan berpikir keras mengenai dirinya yang terasa aneh menurutnya. Elgan merasa ada yang berbeda di dalam dirinya jika sedang bersama Cia. Tapi sekeras apapun ia berpikir malam itu, Elgan sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang membuatnya puas. Malahan, Elgan merasa kepalanya menjadi sakit dan memutuskan untuk tidur bergabung bersama Cia.Eghhh....Lenguhan terdengar dari salah satu diantara mereka disertai dengan timbulnya gerakan dari ranjang tersebut."Jam berapa sih ini?" Cia berusaha mengumpulkan
Elgan menghela nafas lega setelah membereskan berkas-berkas yang telah ia periksa dan beberapa telah ia tandatangani. Elgan beranjak dari duduknya lalu berdiri di depan kaca besar belakang kursinya yang menampakkan luasnya dan deretan gedung-gedung pencakar lagit disana.Di tempatnya berdiri, Elgan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena berjam-jam hanya duduk di kursinya. Elgan juga melepas dua kancing teratas kemejanya lantasan merasa gerah, padahal di ruangannya ini terdapat AC yang menyala non stop.Elgan menerawang jauh memikirkan masalahnya dengan Amora yang tidak kunjung berakhir. Entah sampai kapan ia harus seperti ini, menunggu dan terus menunggu kepulangan Amora dengan sendirinya. Kekasihnyanya itu tidak sedikit pun membiarkan Elgan bisa menjangkau dirinya kembali. Dan hal itu benar-benar membuat Elgan frustasi.Elgan melirik jam yang berada dipergelangan tangannya. Sudah waktunya makan siang. Elgan lantas bergegas mengenakan kem
Elgan bergegas keluar dari ruangan Mr. Bill setelah mereka bersalaman dan mengucapkan salam perpisahan yang sering mereka melakukan."Saya pamit Mr. Bill, jaga selalu kesehatan Anda. Titipkan juga salam saya untuk putramu,""Iya, Nak. Kesehatan itu paling utama, aku akan selalu mengingat pesanmu itu. Salammu akan aku sampaikan.""Terimakasih karena tidak memandang putraku buruk, Nak." Tentu, perkataan pria itu sangat jauh dari kenyataan karena Elgan sudah menganggap Alden cukup buruk di kesan pertama mereka bertemu."Ah satu lagi! Tambahlah sedikit ekspresi wajahmu itu, Nak. Aku takut istrimu akan lari karena sering kau tatap begitu." Cerocos Mr. Bill yang kini menatap wajah Elgan yang tampak tidak berekspresi sedikit pun.Elgan menghelas nafasnya."Saya usahakan, Mr. Bill," balas Elgan singkat."Terakhir kali kita bertemu kau juga berkata begitu. Aku hanya khawatir saja. Sana lekas pulang! nanti istrimu kelamaan menunggumu. Setahu ku
Cia hanya bungkam saat Elgan menuntunnya masuk dan duduk di bangku mobil. Mungkin jika keadaannya sedang baik-baik saja ia akan mencak-mencak dan tersenyum lebar karena Elgan menyentuh lengannya bahkan membimbingnya duduk di jok mobil. Tapi, karena kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik, Cia hanya bisa bungkam dan tidak memikirkan hal-hal seperti itu. Melihat kepedulian Elgan saja sudah membuat Cia senang ditengah sisa kesadarannya. Walaupun tadi ia sempat menerima bentakan pria itu.Cia menyenderkan tubuhnya pada sandaran bangku setelah meletakkan kuncing putih itu di sampingnya. Cia merasa tubuhnya kaku dan kepalanya terasa sangat berat. Disisa kesadarannya, ia sempat mendengar Elgan yang bertanya tentang kondisinya. Dengan mata yang terpejam, Cia masih merasakan sentuhan tangan Elgan di bahunya. Ia ingin menjawab pertanyaan pria itu, namun tenaganya sudah tidak cukup, bahkan untuk berbicara sekalipun.Sedetik kemudian, Cia merasa dirinya ditarik oleh sesuatu yang gel
Elgan kembali ke kamar setelah ia mengembalikan mangkuk sup ke dapur. Ia kembali ke kamar dengan membawa segelas ia di tangannya. Lagi-lagi Elgan menggerutu dalam hati saat menatap Cia yang kini melayangkan seutas senyum kepadanya. Bukanya Elgan tidak suka dengan senyum gadis itu, tidak! Ia malah sudah mengakui jika senyum Cia adalah senyum terindah yang pernah ia lihat selama hidupnya. Ck! Hanya saja, Elgan merasa takut, takut dirinya akan hanyut pada pesona gadis itu dan akan berujung penyesalan. No! Elgan tidak ingin itu, ia masih setia dengan kekasihnya."Kamu perhatian banget sih, Sayang. Aduuuh aku jadi tambah cinta deh." Cia menatap Elgan dengan genit.Cinta? Huh!, Elgan mendengus."Minum." Tukasnya.Cia menerima segelas air itu dengan semangat, ia bahkan langsung menghabiskan air itu dengan sekali teguk."Makasih, Sayang." Cia menyerahkan kembali gelas yang telah kosong tersebut kepada Elgan."Udah kan? Masih mau ngadu la
Cia terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menerpa wajahnya dari sela-sela gorden. Angin pagi bertiup sepoi-sepoi menimbulkan rasa sejuk yang lumayan membuatnya harus mengeratkan selimut. Cia menguap lebar menghilangkan kantuk yang masih menyerangnya. Tidak biasanya ia bangun sesiang ini. Cia mendudukkan dirinya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas lalu melihat jam yang ada di benda pipih itu.08:27, ini rekor terbaru Cia bangun tidur. Cia kembali meletakkan ponselnya lalu merapikan rambutnya yang terasa berantakan. Cia menerawang jauh lalu mengulum senyum cerah sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia tidak sanggup menahan tawanya.Bantu aku mencintaimu.Benarkah Elgan berkata begitu? Cia samar-samar mendengar ucapan pria itu kemarin malam, tapi, apakah itu nyata atau hanya imajinasinya saja? Seperti yang sering ia bayangkan akhir-akhir ini."Aku pasti akan membantumu, Sayang." Cia menatap foto Elgan yang ada di dind