Elgan bergegas keluar dari ruangan Mr. Bill setelah mereka bersalaman dan mengucapkan salam perpisahan yang sering mereka melakukan.
"Saya pamit Mr. Bill, jaga selalu kesehatan Anda. Titipkan juga salam saya untuk putramu,"
"Iya, Nak. Kesehatan itu paling utama, aku akan selalu mengingat pesanmu itu. Salammu akan aku sampaikan."
"Terimakasih karena tidak memandang putraku buruk, Nak." Tentu, perkataan pria itu sangat jauh dari kenyataan karena Elgan sudah menganggap Alden cukup buruk di kesan pertama mereka bertemu.
"Ah satu lagi! Tambahlah sedikit ekspresi wajahmu itu, Nak. Aku takut istrimu akan lari karena sering kau tatap begitu." Cerocos Mr. Bill yang kini menatap wajah Elgan yang tampak tidak berekspresi sedikit pun.
Elgan menghelas nafasnya.
"Saya usahakan, Mr. Bill," balas Elgan singkat.
"Terakhir kali kita bertemu kau juga berkata begitu. Aku hanya khawatir saja. Sana lekas pulang! nanti istrimu kelamaan menunggumu. Setahu ku
Cia hanya bungkam saat Elgan menuntunnya masuk dan duduk di bangku mobil. Mungkin jika keadaannya sedang baik-baik saja ia akan mencak-mencak dan tersenyum lebar karena Elgan menyentuh lengannya bahkan membimbingnya duduk di jok mobil. Tapi, karena kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik, Cia hanya bisa bungkam dan tidak memikirkan hal-hal seperti itu. Melihat kepedulian Elgan saja sudah membuat Cia senang ditengah sisa kesadarannya. Walaupun tadi ia sempat menerima bentakan pria itu.Cia menyenderkan tubuhnya pada sandaran bangku setelah meletakkan kuncing putih itu di sampingnya. Cia merasa tubuhnya kaku dan kepalanya terasa sangat berat. Disisa kesadarannya, ia sempat mendengar Elgan yang bertanya tentang kondisinya. Dengan mata yang terpejam, Cia masih merasakan sentuhan tangan Elgan di bahunya. Ia ingin menjawab pertanyaan pria itu, namun tenaganya sudah tidak cukup, bahkan untuk berbicara sekalipun.Sedetik kemudian, Cia merasa dirinya ditarik oleh sesuatu yang gel
Elgan kembali ke kamar setelah ia mengembalikan mangkuk sup ke dapur. Ia kembali ke kamar dengan membawa segelas ia di tangannya. Lagi-lagi Elgan menggerutu dalam hati saat menatap Cia yang kini melayangkan seutas senyum kepadanya. Bukanya Elgan tidak suka dengan senyum gadis itu, tidak! Ia malah sudah mengakui jika senyum Cia adalah senyum terindah yang pernah ia lihat selama hidupnya. Ck! Hanya saja, Elgan merasa takut, takut dirinya akan hanyut pada pesona gadis itu dan akan berujung penyesalan. No! Elgan tidak ingin itu, ia masih setia dengan kekasihnya."Kamu perhatian banget sih, Sayang. Aduuuh aku jadi tambah cinta deh." Cia menatap Elgan dengan genit.Cinta? Huh!, Elgan mendengus."Minum." Tukasnya.Cia menerima segelas air itu dengan semangat, ia bahkan langsung menghabiskan air itu dengan sekali teguk."Makasih, Sayang." Cia menyerahkan kembali gelas yang telah kosong tersebut kepada Elgan."Udah kan? Masih mau ngadu la
Cia terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menerpa wajahnya dari sela-sela gorden. Angin pagi bertiup sepoi-sepoi menimbulkan rasa sejuk yang lumayan membuatnya harus mengeratkan selimut. Cia menguap lebar menghilangkan kantuk yang masih menyerangnya. Tidak biasanya ia bangun sesiang ini. Cia mendudukkan dirinya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas lalu melihat jam yang ada di benda pipih itu.08:27, ini rekor terbaru Cia bangun tidur. Cia kembali meletakkan ponselnya lalu merapikan rambutnya yang terasa berantakan. Cia menerawang jauh lalu mengulum senyum cerah sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia tidak sanggup menahan tawanya.Bantu aku mencintaimu.Benarkah Elgan berkata begitu? Cia samar-samar mendengar ucapan pria itu kemarin malam, tapi, apakah itu nyata atau hanya imajinasinya saja? Seperti yang sering ia bayangkan akhir-akhir ini."Aku pasti akan membantumu, Sayang." Cia menatap foto Elgan yang ada di dind
Elgan beserta para bodyguardnya berpencar untuk mencari infomasi yang bersangkutan dengan Amora. Kini pria itu telah berada di dalam mobil hitam yang dikemudi oleh salah satu anak buahnya. Elgan beserta rombongannya sampai sekitar dua jam yang lalu dan Elgan langsung membagi tugas kepada para bawahannya.Berdasarkan informasi yang diberitahu oleh Nadin, Elgan menyusuri kota Columbus untuk mencari Amora dan membawa wanita itu bersamanya."Tuan, dari informasi yang kita terima, nona Amora ada disekitar sini." Ujar pria bersetelan hitam yang kini mengemudi mobil."Hm, pelankan laju mobilnya, kita harus mengintainya dari sini." Tegas Elgan. Tatapannya yang tajam menyusuri jalanan kota Columbus. Tekatnya sangat besar agar bisa menemukan Amora. Kali ini Elgan sangat yakin jika dirinya pasti dengan mudah dapat menemukan wanita itu.Di daerah yang sama, Amora merasakan jantungnya mencelos saat melihat dua pria berpakaian hitam berdiri di hadapannya. Bagaimana bis
Jakarta, Indonesia Sudah hampir seminggu Elgan pergi tanpa kabar meninggalkan Cia. Keadaan wanita itu tidak bisa dibilang baik-baik saja saat ini, karena faktanya hati dan pikirannya sedang gelisah memikir keberadaan Elgan. Semenjak kemarin Cia sudah berulang kali mencoba menghubungi nomor Elgan. Namun, tidak ada satu pun panggilannya yang dijawab oleh suaminya itu.Pagi ini Cia kembali merasa kosong saat ia bangun dari tidur lelapnya, sama seperti beberapa hari yang lalu. Saat ia tertidur karena terlalu lama menunggu kepulangan Elgan dari kantor. Namun, apa yang ia dapatkan pagi harinya? Cia bahkan tidak menemukan siapa pun di apartemen, menandakan jika Elgan tidak pulang malam itu. Tidak! Bukannya malam itu, tapi malam-malam berikutnya Elgan juga tidak pulang ke apartemen mereka.Cia merasa kecewa karena Elgan tidak memberi kabar hingga saat ini. Jika pun memang suaminya itu sedang sibuk dengan pekerjaannya, seharusnya ia
Seorang pria berbalut jas hitam datang ke ruang inap Amora dan menerobos masuk, memberontak para bodyguard yang menjaga di depan pintu. Syam ikut masuk menyusul pria itu. Elgan mengurai pelukannya lalu menatap pria asing yang kini berdiri di ambang pintu. Ia menatap datar pria itu yang kini balik menatapnya dengan tajam."Ma-af, Tuan. Kami sudah mencegahnya tapi dia-," Elgan mengacungkan telapak tangannya menghentikan ucapan bodyguarnya, Syam. Syam menunduk takut lalu undur diri dari hadapan Elgan yang kini tampak menahan amarah. Siapa pria yang telah lancang mengusik privasinya?"Siapa kau?" Desis Elgan tajam menatap pria berambut pirang itu.Pria itu mendengus kesal."Tidak perlu tau siapa aku. Aku kesini hanya ingin mengambil milikku." Desisnya tak kalah tajam.Apa katanya? Miliknya? Ck! Yang benar saja.Pria itu mengalihkan tatapannya dari Elgan lalu menatap Amora dengan tajam. Ditatap seperti itu membuat Amor
Setelah selesai memasukkan semua pakaian dan kebutuhan pribadinya ke dalam koper, Cia bergegas turun ke basement dengan menaiki lift.Tadi saat keluar dari kamar, Cia masih mendapati keberadaan Niko di tempatnya semula, bahkan pria itu tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Ternyata temannya itu tidak ingin membiarkannnya kesusahan seorang diri karena membawa koper yang isinya lumayan berat.Cia melirik Niko yang kini mengemudi di sampingnya. Semburat lelah tampak jelas di wajah pria itu jika ditelisik lebih dalam. Walaupun merasa kecewa, Cia tidak akan sanggup mendiami Niko yang sudah banyak membantunya. Sampai sekarang, Cia terus bertanya-tanya apakah Nadin sudah mengetahui dan mau menerima kabar tentang pernikahannya dengan Elgan. Melihat reaksi Nadin beberapa hari yang lalu saat di restoran, membuat Cia takut kalau Nadin akan membencinya dan beranggapan kalau ia telah merebut Elgan dari Amora."Maaf, tadi gue udah bicara kasar sama lo." Ujar Cia
Helicopter yang membawa Elgan dan Amora telah mendarat di atas gedung perusahaan pria itu setelah tadi melakukan transit di bandara Soekarno-Hatta. Elgan keluar dari heli disusul oleh Amora yang berjalan di belakangnya.Dengan senyum cerah, Amora menatap punggung Elgan yang tampak kokoh di tempatnya. Membiarkan Elgan berjalan di depannya, Amora lantas menarik nafas dalam lalu menatap sekelilingnya. Dari bangunan tinggi itu, Amora dapat dengan jelas melihat putihnya awan dan luasnya kota Jakarta. Amora juga dapat melihat puncak-puncak bangunan yang tingginya tidak kalah dari bangunan yang ia berpijak kini.Amora mengangguk-angguk pelan, akhirnya apa yang ia inginkan dapat kembali terwujud. Akhirnya ia lepas dari jangkauan Harvey, walaupun sebelumnya ia sudah putus asa untuk bisa lari dari genggaman mafia kejam itu."Mora, ayo turun." Suara Elgan menyadarkan Amora dari rasa leganya yang amat membuncah. Wanita itu lantas langsung berlari kecil untuk menyus