Share

MCB // Chapter 08 Mentiras

Enjoy Reading.

.

Aira menyuapi Alex seperti biasanya. Lelaki itu hanya diam. Dulu Alex akan mengamuk, tapi sekarang lelaki itu menjadi semakin penurut. Entah karna telah terbiasa dengannya atau karna obat yang selalu ia berikan hingga Alex menjadi lelaki idiot penurut.

Aira mencekram sendok yang dipegang kuat, perasaan marah dan bersalah menguasainya.

'Ini bukan salahmu Aira, kau hanya berada di posisi yang salah.'

'Jika kau tak memberinya obat itu, Alex takkan seperti ini, kau memang penyebab Alex seperti ini.'

'Sebelum kau datang ke sini Alex juga sudah gila, kau tidak bersalah sama sekali.'

'Tapi dia semakin gila, jika terjadi sesuatu dengan Alex maka semua orang akan menyalahkanmu.'

Hati Aira bergumul, ada pertentangan dalam batinnya, tanpa sadar tangan Aira bergetar hebat. Aira berjengkit saat merasakan cekalan di pergelangan tangan.

Alex memandang Aira datar, menarik tangan wanita itu dan menyuapkan nasi terakhir ke mulutnya.

Tentu saja perlakuan Alex membuatnya semakin syok. Langsung menarik tangan dengan kedua mata membulat, air mata bahkan menggenang di pelupuk mata.

Dengan tangan bergetar Aira menyodorkan obat-obatan yang biasa di minum Alex, Aira kembali menarik tangannya dan meremas obat tersebut.

"Ini tidak benar. Ya, semua ini tidak benar," guman Aira pelan dan bibir bergetar.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini."

Aira menangkup kedua tangan di dada, tubuhnya bergetar hebat, ia takut akan di persalahkan dan mendapat hukuman. Bagaimana nasibnya kelak? bagaimana nasib putrinya jika ia harus di penjara?.

Aira menggeleng kuat, air matanya sudah jatuh membasahi pipi,  memegang lutut Alex sedikit meremasnya.

"Sungguh, aku tidak tahu jika mereka melakukan ini padamu. Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bersalah."

Dahi Alex mengerut dalam, bingung akan apa yang di ucapkan Aira. Apa yang membuatnya setakut ini.

"Aku tidak tahu jika mereka memberi obat yang berbeda. Ampuni ak—" suara Aira tercekat saat melihat pandangan Alex semakin menajam kearahnya. Aira menjauh, ia takut Alex akan meyakitinya.

Sekarang Alex tahu kemana arah pembicaraan gadis ini, Aira sudah tahu bahwa obat itu berbahaya untuknya. Ia tak menyangka Aira tau rencana mereka.

Tapi yang membuat Alex lega, setidaknya Aira bukan bagian dari mereka.

"Aku mohon ja-jangan sakiti aku. Aku tahu aku bersalah. A-aku berjanji, a-aku akan melakukan apapun untukmu, jangan penjarakan aku!" Aira terus menangis dan meringkuk dengan tubuh bergetar, ketakutannya pada Alex semakin besar.

Alex melipat bibir menahan tawa, polisi?. Darimana gadis bodoh ini memiliki pemikiran seperti itu, ia ingin tertawa, tapi melihat wajah pucat Aira dan tubuh bergetarnya, Alex merasa tak tega.

Selama ini dirinya memang baik-baik saja, ia sudah tau rencana mereka, itulah sebabnya  tak pernah meminum obat itu. Alex akan membuangnya setelah Aira pergi.

Dan selama ini obat yang selalu diminum adalah obat dari sahabatnya, di kirimkan melalui orang kepercayaannya.

Itulah mengapa kondisinya semakin baik. Bahkan dirinya sudah dinyatakan sembuh satu setengah tahun yang lalu. Tapi ia berhasil mengelabuhi semua orang.

Kursi roda yang diduduki Alex semakin bergerak pelan mendekati Aira.  Satu tangan terulur mengusap kepala Aira pelan.  Aira sempat berjengkit akan perlakuan aneh yang di terima.

Dengan takut-takut mengangkat wajah memberanikan diri menatap Alex.  Untuk sesaat Aira terpaku mendapati senyum hangat yang menghiasi bibir Alex. Senyum teduh yang pertama kali dilihat olehnya.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu?" suara serak dan berat milik Alex terdengar, tapi suara itu mengalun merdu di pendengaran Aira.

"Baiklah, tetaplah di sisiku dan jadilah milikku," lanjut Alex membelai pipi Aira menggunakan punggung jari dengan gerakan lembut.

Mata itu mengerjapkan, mencoba mencerna ucapan sang boss. 'menjadi milikku.'

Setelah mengerti barulah Bola matanya membulat sempurna.  sekarang ia faham apa yang dimaksud oleh sang boss. Aira berdiri, mengambil langkah mundur untuk menjaga jarak.

"Aa-anda, apa yang anda katakan, Tuan?" tanya Aira tergagap. Meski masih takut, tapi ia harus mengetahui maksud Alex sesungguhnya.

Alex tertawa rendah, kucing kecilnya sengaja berpura-pura bodoh atau memang gadis ini lambat menangkap maksud dari keinginannya.

" Anda membohongi kami semua, Tuan? anda tidak sakit bahkan anda tidak gil-?" Aira segera membekap mulut ketika menyadari kelancangannya dalam berbicara. Bukannya marah lelaki itu malah menampilkan senyum tipis.

"Menurutmu....?!"

"Tapi orang tadi bilang, bahwa obat yang anda minum bisa membuat anda tidak waras."

Aira yakin betul apa yang didengar tadi tidak salah, walaupun suara orang itu tidak terlalu keras, tapi ia masih bisa mendengarnya baik. Saat melihat Aira kebingungan, Alex menggunakan kesempatan itu untuk menarik lengan Aira hingga jatuh kepangkuannya.

Aira terkejut karna kini dia sudah berada di kungkungan Alex.

"Apa yang anda lakukan...?" pandangan mata Aira menajam karna tindakan kurang ajar bossnya.

Senyum tipis ditunjukkan, Alex tak menghiraukan kemarahan Aira. Membelai pipi lembut Aira menggunakan punggung tangan, menikmati kecantikannya dari jarak sedekat ini.

"Cantik, " gumam Alex pelan.

Jantung Aira bertalu-talu, pujian yang dilontarkan Alex membuatnya hilang fokus. Sedetik kemudian Aira menggeleng kecil, untuk menyadarkan diri agar tak tertipu oleh sikap lelaki penipu seperti Alex.

"Lancang sekali Anda, turunkan saya! anda bahkan membohongi semua orang."  Aira menepis tangan Alex dari pipinya.

" Aku tak berbohong, mereka saja yang terlalu bodoh."

Aira mendelikkan, jawaban Alex semakin membuatnya marah, otomatis Alex juga menganggapnya bodoh. Saking kesalnya memukul lengan Alex kuat

"Ara....? " Alex melotot karna lengannya terasa panas.

"Secara tak langsung kau juga mengataiku bodoh." Aira yang terlampau emosi melupakan kesopanannya, ia bahkan tak ingin repot-repot berbicara formal pada Alex.

Orang seperti Alex memang tak pantas dihormati. Bagaimana bisa Alex mengakui kebohongannya begitu ringan, seolah tidak mempunyai rasa bersalah pun saat membohingi orang lain.

Aira memberontak dan memukul Alex, ingin turun dan menjauhi pria gila seperti Alex. Nyatanya usahanya sia-sia, pukulannya tidak berpengaruh apapun untuk tubuh keras Alex. Ia mulai kelelahan dan menyerah.

"Jangan membuang tenagamu dengan percuma Ara! aku tak suka melihatmu kelelahan saat aku belum melakukan apapun untukmu." Aira bergidik mendengar ucapan ngawur pria gila ini.

"Kau memang tidak waras," desis Aira.

Justru Alex tegelak mendengar ucapan Aira. Entah mengapa wanita ini bisa membuatnya tertawa. Lagi Alex mengelus pipi Aira.

"itu karenamu Ara."

Aira berdecih saat mendengar jawaban Alex. "Cihh...., aku bahkan menangis seperti orang gila."

"Itu karna kau mencemaskanku, Ara," jawab Alex terkekeh geli.

"Percaya diri sekali kau. Aku hanya takut di penjara,"

Mendengar nama penjar Alex kembali tergelak, ia tak tahu darimana fikiran bodoh itu muncul.

"Ya, setelah kau mengucapkan janji, kau memang akan terpenjara denganku Ara karna kau milikku."

"Kapan aku berjanji? " elak Aira keras dia tak ingin terjebak terlalu dalam dengan boss gilanya.

"Apa perlu aku harus mengingatkamu," Alex mengendus leher Aira menggunakan ujung hidung.  Tubuh Aira meremang, ia bergidik geli.

'Siall...., dia memanfaatkanku.' umpat Aira dalam hati.

"Ingat, sekarang kau kekasih seorang Alex," ucapnya mutlak, enggan mendapat penolakan. Baginya apa yang sudah diputuskan harus terjadi.

Aira memutar bolanya matanya malas, sungguh ia sangat bosan mendengar kata 'milikku'. Sampai sekarang dirinya milik ibuk sama bapaknya, jika ingin memilikinya harus ijin orang tuanyalah, bukan main klaim sesuka hati.

'Ehh...., kesannya kok aku ngarep banget di jadiin milikknya, sadar oi...., Aira sadar.....fikiran waras Aira mengambil alih.

Aira merutuki fikiran konyolnya, ia ingin sekali membenturkan kepalanya yang mulai ikut-ikutan tak waras.

"Lepaskan aku! aku ingin turun!"

Sekali lagi Aira mencoba berontak.

Alex tak menghiraukan teriakan Aira, malah mengangkat tubuhnya menuju ranjang.

Aira kembali di buat terkejut saat kaki itu berdiri begitu kokoh. Kebohongan apa lagi yang disembunyikan boss gilanya ini? .

Alex memerangkap tubuh Aira tanpa menindihnya, masih menikmati ekspresi keterkejutan Aira.

Tiba-tiba wajah Aira bersemu merah ketika ingatan itu muncul di kepalanya. Memandikan Alex.

"Jika selama ini kau bisa berjalan, kenapa kau selalu menungguku untuk memandikanmu. Dasar pria mesum," makinya marah.

Alex semakin tertawa keras. "Kau juga menikmatinya baby, bukankah itu sama-sama menguntungkan?"

"Kau memang pria gila, tidak waras, lepaskan aku..!"

"Jika kau mau, kita bisa mengulanginya lagi, baby. Kau bisa lebih leluasa melihat tubuh telanjangku. Bukankah lebih menyenangkan melakukan saat kita sama-sama menginginkan."bisik Alek ditelinga Aira.

Kata-kata itu semakin membuat wajah Aira memerah, harus diakui ia tak bisa menahan diri saat melihat tubuh telanjang Alex. Dan ia memang memuja tubuh lelaki itu. Ia juga wanita normal yang akan menggilai roti sobek milik lelaki. Aira yakin pasti saat itu Alex selalu menertawakannya

Alex semakin gemas melihat semburat merah di pipi Aira, langsung memberi ciuman singkat di kedua pipi.

Alex berbaring disamping Aira, memeluk wanita itu posesif.

'Apa yang terjadi setelah ini? Dia bahkan tidak bisa dibantah' gumam Aira dalam hati mulai tak nyaman akan posisinya.

Aira menjadi gelisah dan menggerakkan tubuhnya agar sedikit terlepas dari pelukan Alex.

"Diamlah Ara atau aku bisa melakukan hal lebih daripada ini." geram Alex penuh ancaman.

Aira langsung terdiam, ia yakin Alex takkan main-main dengan ucapannya.

"Waktu kau memeluku saat tidur, kau sebenarnya tak tidur kan? apa kau juga yang memindahkanku saat tidur? dan kau juga yang menci?"

Aira menggigit bibir bawahnya,  hampir keceplosan lagi.

Alex tersenyum mendapatkan pertanyaan itu, ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Aira dan menghirup leher Aira sambil menggesekkan hidungnya dengan gerakan menggoda.

Aira semakin tak nyaman, tubuhnya meremang. Ada sensasi aneh dan nikmat, saat bulu-bulu halus di rahang Alex menggesek area lehernya.

Jantungya semakin berpacu cepat, Aira hanya berharap, agar Alex tak mendengar detak jantungnya. Ia mencoba menahan gerakan Alex menggunakan tangan.

"Heemm...., aku bahkan ingin memakanmu saat itu juga."

Aira menoleh menatap Alex, horor. Ia terkejut atas jawaban frontalnya. Sedangkan Alex masih memejamkan mata menikmati kebersamaanya dengan kucing kecilnya.

'Kalau saja dia bukan bossku, aku pasti akan menendang kepalanya, agar otaknya kembali normal. Oh... Aira sadarkan dirimu laki-laki ini hanya membual saja, sadarkan dirimu! Jangan tergoda oleh rayuan iblis gila ini.' bisik Aira dalam hati.

Tapi nyatanya pipi Aira sudah semerah tomat saat mendengar nada rayuan bos gilanya. Alex melirik melalui ekor mata, semakin tersenyum ketika semburat merah di pipi Aira terlihat jelas.

.

.

.

Revisi 12 juli 2021

Ig Cayraalmeera. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status