Pada bosen sedih-sedih kan ?
Nih aku kasih yang manis-manis....
****
Satu tahun kemudian...
Devan sibuk didalam ruang kerjanya. Matanya terlalu fokus akan pekerjaan yang dia lakukan hingga tidak sadar kalau Claudya sudah berdiri disana dengan Laura. "Ehem...," Claudya membuat suara yang menarik perhatian Devan. Lalu pria itu tersenyum. "Hei lama tidak bertemu Clau," ucapnya membuat Claudya dan Laura tertawa bersama.
"Dev. Claudya datang kesini ingin mengajak mu keluar dan bertemu temannya. Teman Claudya itu sangat cantik Dev." Devan melirik Claudya yang menaikkan kedua alisnya sembari melebarkan senyuman.
"Aku tidak ingin menikah dengan temannya Mam."
Azura baru bangun dari tidurnya. Netra hazel yang dia miliki langsung menatap jengah Akira yang tengah duduk di atas tempat tidurnya. "Akira ngapain sih. Pergi sana." Akira tidak takut dengan wajah dingin Azura. Meski dia diusir oleh adiknya itu tapi Akira tetap harus mengeret Azura untuk bertemu dengan Devano. Jika tidak semua akan sia-sia.Tinggal satu hari lagi dan hanya dia yang ingin menyadarkan Azura dari kebodohannya. "Bangun Zura. Bangun...," geramnya sambil menarik bagian tangan Azura. "Enggak!""Bangun !""Enggak.""Bangun !" teriak Akira lagi hingga Azura kesal dan melotot padanya."I say no and leave me or...,""Or what !?"
"Azura katakan jika kau masih mencintaiku." Devan masih tetap pada pertanyaannya. Ciuman mereka barusan adalah bukti kalau Azura masih mencintainya. Azura tertawa memperlihatkan akting yang luar biasa. Sampai Devan percaya akan hal itu."Really Dev. You are really...really crazy man." Azura menutup mulutnya agar menghentikan tawa sandiwara-nya.Devan dan Azura terdiam cukup lama sampai sebuah suara menyadarkan mereka. "Dev, Azura. Apa yang kalian lakukan?" Azura bersyukur karena suara itu adalah suara Akira. Dengan menarik lengan Azura dan mata yang melotot Akira memperingatkan saudara kembarnya itu. "Ayo pergi. Kita harus kembali ke London." Devan mendengar bisikan itu. "Dev, sekali lagi selamat ya. Semoga dengan ini kau bisa memulihkan hatimu yang terluka. Dan bisa memulai awal yang baik dengan istri mu. Aku harus membawa Azura segera kembali ke London." Devan men
Duduk dengan wajah yang terlihat sangat serius berpikir, Devano selalu membuat Claudya gemas akan mimik wajah suami nya itu."Dev," panggilnya membuat Devano tertegun dan kemudian senyuman muncul di wajahnya. "Hem..,ada apa?" Devano berdiri mendekati Claudya."Aku sudah di telpon sama dokter kandungannya dan kita akan datang kesana besok. Kamu harus luangkan waktu oke?""Oke." Devan menggandeng tangan Claudya keluar dari ruang kerjanya. "Kau masih memikirkannya Dev?" Devan hanya mampu terdiam dengan itu. Sementara Claudya sudah hapal setiap ekspresi Devan jika pria itu merindukan wanita yang ia cintanya."Maafkan aku.""Aku sudah bosan mendengarnya. Aku tidak ingin memaksamu melupakannya meski sudah setahun lebih kita menikah. Tapi aku mohon
Claudya mondar-mandir sedari tadi karena hingga pukul 2 dini hari Devano belum juga kembali. Ponselnya mati, dan sekertarisnya berkata kalau Devano tidak masuk kantor. Claudya sangat cemas, dia mencoba untuk tenang dan menunggu namun tetap saja tidak bisa.Hingga terdengar suara pagar terbuka Claudya berlari menuju arah jendela. Dia melihat mobil Devano dan Claudya menunggu dengan berdiri tepat di depan pintu.Devan yang baru masuk langsung terkejut mendapati Claudya berdiri disana dengan wajah kesal."Kau dari mana Dev ?""Maaf sayang aku ada urusan penting tadi."Devan mencoba merangkul Claudya namun Claudya melepaskan tangan itu dengan tegas."Katakan kau darimana Dev?" Hati Claudya panas dan dia benar-benar termakan api cemburu. "Aku
"Kau dimana ? Azura kecelakaan."Devan tidak berpikir panjang, dia langsung mengambil mobilnya dan pergi begitu saja. Bahkan mobil Claudya yang baru krluar dari gerbang mansion masih bisa melihat kalau mobil Devan melaju kencang seperti ingin mengejar sesuatu.Devan di dalam mobil mengumpat karna lupa menanyakan dimana Azura dibawa. Menekan panggilan melalui mobilnya Devan masih terus melaju di jalan."Hallo Dev,""Dimana Azura?""Dia berada di Royal hospital London."Langsung mematikan sambungan telpon dia mempercepat laju kemudi. Devan berdoa dalam hati kalau Azura baik-baik saja. Detak jantungnya bahkan sepertinya dapat terdengar oleh orang lain.Devano memarkir mobil dengan asal dan langsung menu
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H