Pagi itu, Kimi duduk manis di sofa kamar Mina, sementara matanya terus mengawasi gerak-gerik Mina yang keluar masuk kamar ganti untuk mengeluarkan beberapa gaun dari sana. Sebenarnya akan lebih mudah jika Kimi masuk ke dalam dan memilihnya langsung tadi, tapi dasar memang Onikim orang aneh. Masuk ke kamar Mina dan Nic saja Kimi sudah marasa lancang, jadi dia bersikeras untuk tidak mau masuk ke ruang ganti yang diyakininya banyak perhiasan dan barang mewah milik saudara tirinya itu. Kimi sebenarnya merasa aneh. Richie mengundangnya ke pesta yang diadakan di rumahnya kemarin, bahkan dia juga sudah diberi gaun, sepatu dan tas oleh pria itu. Namun, kenapa pagi ini undangan pesta itu berubah menjadi undangan yang harus didatangi semua staff tanpa terkecuali. Kimi pun tetap tidak mau menggunakan baju yang diberikan oleh Richie, untuk itu pagi-pagi dia datang ke rumah saudara tirinya. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk meminjam gaun. Kimi t
Kimi termenung, ia hanya pasrah saat Richie menggandeng dan memintanya masuk ke dalam mobil tadi. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Para wartawan itu, apa mereka mengambil fotonya? Bagaimana kalau wajahnya terlihat jelek tadi. Kimi menutup mukanya dengan ke dua telapak tangannya dan menunduk. Ia bahkan tak peduli kemana Richie akan membawanya sekarang. “Apa kamu menangis?” tanya Richie, sesekali ia menoleh untuk memastikan keadaan gadis di sebelahnya, dan kembali fokus melajukan mobilnya. Kimi menggeleng, gadis itu menegakkan kepalanya, menatap Richie dengan raut ketidakpercayaan. Apa mukanya kan terpampang di dunia maya besok? atau malah akan ada berita yang buruk tentangnya muncul dimana-mana. Tidak-tidak, dia bukan artis atau pun selebgram seperti saudara tirinya-Mina. Ia hanya kaum sudra yang tanpa sengaja terjebak di situasi yang aneh dengan pria kaya bernama Richard Tyaga. “Pak, mereka tidak akan memberitakan hal yang bukan-bukan tentang kita
Richie sepertinya lelah, sudah lebih dari satu bulan dia bersikap cuek dan tidak mengunjungi Kimi seperti biasanya ke klinik. Kimi pun merasa ada yang kurang, dan tanpa sadar ia selalu terkejut saat melihat pintu klinik terbuka. Gadis itu berharap Richie datang dan menganggunya seperti biasa. “Apa anda tahu putra pak Daniel sudah lahir?” Pertanyaan Eva membuyarkan lamunan Kimi, ia beranggapan mungkin Richie sibuk dengan pekerjaan dan keponakan barunya. Namun, saat mengingat gadis yang beberapa bulan lalu datang dan nampak begitu akrab dengan pria itu, Kimi menduga mungkin keduanya sedang menjalin hubungan. “Mereka pasti tengah berbahagia karena pangeran klan Tyaga sudah lahir,” sahut kimi. “Ya, benar pangeran. Sejak bayi saja dia sudah menjadi seorang billionaire bagaimana kelak saat sudah dewasa.” Eva menyanggah dagunya dengan kedua tangannya dan Ia pun mendesau. “Kenapa hidup orang lain begitu mulus ya Dok?” “Mulus bagaimana?” Kimi yang sibu
Melihat kondisi Richie yang lemah, sebagai dokter Kimi benar-benar khawatir. Di dalam ambulance yang membawa pria itu ke rumah sakit, sebisa mungkin dia dan Eva melakukan pertolongan. Jangan sampai Richie mengalami penurunan perfusi atau aliran darah ke jaringan yang bisa menyebabkan organ vital pria itu kekurangan oksigen dan bisa berakibat fatal. Eva melihat Kimi begitu panik, dokter cantik itu bahkan terus meneteskan air matanya hingga sampai ke rumah sakit.“Kim, luka tusuknya cukup dalam, kami harus melakukan operasi,” ucap dokter yang kebetulan merupakan kenalan Kimi, gadis itu bingung karena keluarga Richie belum juga datang setelah dikabari.“Lakukan apa saja untuk menyelematkan nyawanya, keluarganya pasti tidak akan menolak jika memang harus melakukan operasi.” Kimi menatap cemas wajah temannya, ia bahkan tak peduli dengan tangan dan bajunya yang berlumuran darah Richie.“Dia kehilangan banyak darah dan membutuhkan
“Aku sudah gila!” gumam Kimi. Tangannya mencengkeram erat stir mobil. Ia memalingkan muka dan tertawa. Tak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikirannya bahwa dia akan secepat ini membuka hati untuk pria.Dada Kimi berdetak kencang saat langkah kakinya terhenti tepat di depan kamar rawat Richie. Ia mengangkat tangannya mencoba mengetuk pintu saat sesorang keluar dari dalam sana. Kimi kaget, begitu juga dengan sosok perempuan cantik dengan dress berwarna merah jambu di hadapannya. Perempuan ini, Kimi ingat betul. Perempuan yang sama yang menemui Richie di pabrik.Hati Kimi mencelos, mungkinkah perempuan yang dia tahu bernama Abel ini selama satu minggu menemani Richie di rumah sakit. Tidak, Kimi merasa tidak boleh sakit hati. Siapa dia? Dia tidak memiliki hubungan spesial dengan pria yang terlihat memiringkan punggung untuk melihat dan melambaikan tangan ke arahnya sekarang.Abel pun menoleh, keningnya mengernyit karena sebenarnya dia baru sa
Kimi tersenyum sendiri seperti orang gila di dalam mobilnya, begitu juga dengan Richie yang masih duduk di atas ranjang pesakitannya, bibirnya tak henti-hentinya melengkung dan sesekali menyuapkan apel yang dikupaskan Kimi untuknya tadi, dia tak menyangka jadian bisa membuatnya sebahagia ini. Pria itu spontan mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan meneriakkan kata ‘Yes’ berkali-kali, hingga ia meringis merasakan nyeri bekas operasi di perutnya. Hingga malam menjelang dan Nova sudah datang pun, Richie masih saja melakukan hal yang sama. Ia tersenyum sendiri seperti orang kurang waras. Nova yang memang selama beberapa hari ikut tidur di sana pun sampai mendekat dan memegang kening putranya itu untuk memastikan Richie tidak demam. “Apa kamu sakit? Kamu baik-baik saja kan?” Nova menempelkan punggung tangannya ke kening putranya dan mengernyitkan dahi. “Tidak panas, apa mungkin efek obat mengganggu kerja syarafmu?” tanya wanita itu asal. Nova semakin merindi
Hari itu Kimi merasa seperti terkena sidang. Ia yang berniat menginap di rumah orangtuanya langsung dicecar dengan berbagai macam pertanyaan oleh Sara tentang hubungannya dan Richie. Menjelaskan apa adanya, Sara terkejut mengetahui fakta bahwa putrinya dan Richie ternyata tinggal bersebelahan di satu gedung apartemen."Pindah!"Satu kata dengan enam huruf itu menunjukkan betapa khawatirnya Sara ke sang putri. Sebagai seorang ibu, pikirannya sudah kemana-mana membayangkan apa yang akan dilakukan Kimi dan Richie diam-diam di apartemen mereka."Kenapa?" tanya Kimi ke Sara. Ia heran untuk apa sang mami menyuruhnya pindah."Mami yakin kalian pasti akan mencari kesempatan dalam kesempitan, siapa yang bisa memastikan kalau kalian tidak tinggal bersama, atau tidur bersama dan ehem ehem? Hadeh.... " Sara memukul-mukul bibirnya sendiri karena mengucapkan secara gamblang apa yang menjadi kekhawatirannya."Ya elah Mami, negatif thin
“Bagaimana bisa kamu tidak menaikkan resleting celanamu?”Ucapan Kimi kembali membuat Sara histeris, ia beranggapan putrinya memberi kode ke Richie setelah melakukan ehem ehem di apartemen pria itu.“Kimi!” Sara mendekat ke arah putrinya dan hampir memukul gadis itu, tapi Kimi seketika ditarik oleh Richie dan disembunyikan ke belakang punggungnya, alhasil tangan Sara mengayun mengenai bagian perut pria itu yang masih belum pulih.“Agh!” Richie memekik kesakitan. Kimi yang kaget pun seketika memegangi lengan kekasihnya itu yang terus merintih.“Mami, jahitan luarnya memang sudah sembuh tapi apa mami tahu berapa lapisan kulitnya yang dijahit?” Kimi ketakutan, tapi seketika mukanya berubah bingung saat Richie mengedip-ngedipkan matanya. Pria itu ternyata hanya berpura-pura.“Aduh! Maaf! maaf tante ga sengaja, lagian kenapa kamu tadi pakai narik Kimi segala?” sesal Sara.“Ak