"Jadi, bukankah lebih baik Zamaryn diakuisisi oleh A-Way, yang notabene seluk beluk dan predikatnya jelas." Yasa berusaha meyakinkan keseluruhan pemegang saham dan dewan direksi setelah presentasinya yang panjang lebar.
"Perusahaan kami sudah terbukti menguasai pasar Timur Tengah dan juga sudah mulai merambah pasar Eropa." papar Yasa melanjutkan dengan tegas. "Dan satu lagi ... kalau setelah mendengar presentasi saya yang panjang lebar ini, kalian masih juga meragukannya, itu berarti … ada hal terselubung di balik merger yang kalian lakukan dengan Egonism."
Peserta rapat berkasak kusuk untuk sejenak, ikut merasa terpojok dengan kalimat Yasa. Sserta sibuk mempertimbangkan segala kemungkinan yang ada. Lalu Sinar angkat bicara.
"Saya tahu, kalau Egonism merupakan salah satu perusahaan retail yang terkemuka di Jerman. Tapi satu hal yang harus kalian pertimbangkan untuk memutuskan." Sinar menarik napasnya perlahan.
"Mereka tidak tahu seluk beluk ma
Cincin pernikahan yang benar-benar sederhana. Setidaknya, untuk ukuran seorang Yasa, mengeluarkan uang tidak sampai 50 juta, untuk sepasang cincin yang akan dipakai untuk sisa umurnya nanti, sungguh di luar ekspektasi.Aya juga terlihat tidak sembarangan saat memilihnya cincin yang akan dipakainya. Gadis itu memilih cincin berbentuk V denga lima berlian cantik di atasnya. Sangat simple dan tidak berlebihan. Sedangkan untuk Yasa, hanya sebuah cincin polos tanpa ada hiasan apapun.Setelah mendapatkan hal yang diinginkan, Yasa mengantarkan Aya pulang. Sesuai janjinya dengan Sinar kalau hanya akan membawa gadis itu untuk membeli cincin pernikahan.“Cahaya, boleh peluk gak?”Yasa nekat bertanya, padahal ia sudah tahu jawaban ketus apa yang akan disemburkan Aya kepadanya.Aya melirik jengah, Yasa tengah mengantarkannya untuk memasuki rumah. Berjalan bersisihan menuju pintu.“Mau aku laporin bunda! Katanya gak boleh macem-macem sebelum nikah!”“Ass
Tidak ada kendala yang berarti, saat Yasa mengutarakan semua maksud hatinya untuk melamar, dan menikahi Aya kepada Hatta. Pria paruh baya itu tidak ingin ikut campur dalam kehidupan pribadi sang anak. Siapapun nantinya yang akan menjadi pendamping Yasa, Hatta hanya bisa menyetujuinya.Ini sebuah bentuk dari penebus kesalahan Hatta di masa lalu terhadap Yasa dan ibunya. Meskipun untuk lain hal, Hatta bisa teramat tegas kepada sang anak, tapi untuk teman hidup anaknya kelak, Hatta tidak akan ikut campur.Pun saat mengetahui bahwa Aya merupakan putri sambung dari Pras, yang saat ini masih terjegal kasus hukum, dan sudah bisa dipastikan masuk penjara. Semua itu, tidak akan mengubah pemikiran Hatta. Ia akan menyetujui siapapun pilihan Yasa, asalkan sang anak mencintai pilihannya dan bisa hidup berbahagia nantinya.“Yaa, sepertinya papa tahu dan pernah bertemu dengan Cahaya.” kata Hatta. “Tapi waktu itu dia masih kecil, putri Pak Bintang itu ada wakt
Arsya dan Rendra kompak memberi siulan pada Aya, ketika gadis itu kelur dari kamarnya dan hendak menuju ke rumah depan.“Ciyee yang mau kawin!” celetuk Rendra setelah siulan panjangnya berakhir.“NIKAH!” ralat Aya dengan ketus.“Gitu bilang gak pacaran,” decih Arsya yang jarang-jarang melihat Aya memakai dress, jika bukan hendak pergi ke acara tertentu atau pemotretan DailYou. “Bokis banget lah kamu tuh, Mbak.”“Emang gak pacaran, yee.” cibir Aya.“Lha terus ini mau ngapain kalau gak pacaran,” timpal Arsya tidak mau kalah. “Bang Yasa udah kering dari tadi nunggu di depan. Garing, garing dah disidang papi, opa sama oma.”Manik Aya melirik jam dinding, “Emang dia udah datang?”“Beeehh! Bang Yasa udah dari setengah jam yang lalu di depan.” jawab Rendra mengambil alih dengan gaya hiperbola.Aya menunduk, menarik tali kitten h
Tepat di saat Aya dan Yasa melepas Abraham dengan lambaian tangan untuk berpisah. Ponsel Aya berdering. Terpampang nama Rajata di sana.Jantung Aya seketika menghentak cepat. Bukan karena nama Rajata yang muncul di benda pipihnya. Melainkan, apa yang akan disampaikan oleh pria itu kepadanya.Astro …Berusaha bersikap tenang di tengah hati yang teraduk-aduk, ternyata cukup susah. Dengan sigap Aya menggeser icon hijaunya, lalu meletakkan ponsel tersebut di telinga.“Astrophile Kaivan, dia baru aja masuk ke ruang Pak Raden. Kamu mau ke sini?” tanya Rajata di seberang sana. Menunggu jawaban dari Aya yang masih saja termangu tanpa kata.“Cahaya …”Aya terkesiap dengan sentuhan lembut Yasa pada bahunya. Pria itu menunjuk ponsel yang masih berada di telinga gadis itu.“Oh …” seketika Aya paham akan maksud Yasa. Mengembalikan kesadarannya lalu berujar pada Rajata. “Iya, aku ke san
Mobil Yasa berhenti di pekarangan kediaman Pras, tepat di sebelah land rover yang juga baru saja berhenti. Kedua roda empat itu memang datang hampir bersamaan. Sepanjang jalan, Aya hanya terdiam pias. Yasa sampai merasa canggung hendak mengajaknya berbicara.Masalah apa yang terjadi sebenarnya, diantara kedua sepupu itu?Asa terlebih dahulu keluar, dan mengitari bagian depan mobilnya, untuk menghampiri pemilik rubicon yang baru saja keluar dan menutup pintu.“Hei, Bang. Baru balik?” Asa menatap pintu yang bersebrangan dengannya, namun tidak kunjung mendapati adiknya itu keluar dari sana. Ia sudah diberitahu, kalau Aya malam ini pergi makan malam dengan Yasa, untuk bertemu keluarga pria itu.“Aya gak keluar?”Keduanya pernah bertemu dan berkenalan sekilas, saat Aya mengalami kecelakaan dan di rawat di rumah sakit.“Tidur.” jawabnya dengan helaan panjang.Asa mengangguk-angguk, lalu berdecak kecil kar
Pras dan Sinar yang berada santai di balkon, kompak mengerutkan dahi saat melihat mobil Yasa masuk ke perkarangan rumah. Yasa memarkirkan mobilnya tepat di samping land rover milik Asa. Posisinya tepat seperti semalam saat mereka bertemu.“Ahh, calon mantu datang.” Sinar berceletuk tapi bibirnya menyebik menatap Pras. “Kalau diinget-inget, dulu itu malah lebih banyak aku datangin kamu ya, daripada kamu datang ke rumahku.”“Gak usah di inget-inget, toh sudah punya buntut 3.”“Ich, kamu itu, dari dulu nyebelin, tau gak.”“Nyebelin tapi mau aja dinikahin. Jujur aja, dari awal, kamu itu memang sudah suka sama aku.”“Gak ya! siapa yang mau sama kamu, ganteng sih iya, tapi attitudemu itu bikin sebel!”Perdebatan kecil seperti itu dari dulu sampai sekarang, masih saja selalu ada.Pras kemudian menghela begitu panjang. “Aku harap, Aya ada di tangan yang tepat. Karen
“Wah, curang ini sih, ada yang bawa gandengan di mari.” protes salah satu teman SMA Yasa yang bernama Tara. Pria itu baru saja datang seorang diri, terlambat karena harus menangani sebuah operasi.“Gak usah lebay,” balas Vitor yang juga membawa sang istri, ke pertemuan yang hanya dihadiri oleh enam orang tersebut. “Cuma Yasa sama gue yang bawa gandengan, yang lain pada merana, sama kayak lo.”“Ya ngomong kek, gue kan bisa nyewa dedek gemesh buat dibawa.” Tara menari kursi yang melingkari sebuah meja bundar. Pria itu duduk, berada diantara Vitor dan Andara, yang sedari tadi hanya menekuk wajah.“Bacot, lo, Tar! Diatur!” hardik Vitor lagi.Dari dulu, Yasa memang malas untuk meladeni Tara. Karena kalau diteruskan, tidak akan ada habisnya.“Karena sudah ngumpul, gue cuma mau ngasih tahu, tanggal 21 gue nikah. Dan lo semua harus datang.”Seketika Tara mencondongkan tubuh untu
“Aku pinjam baju sama celana, training kalau ada, piyama juga boleh.”Aya langsung merangsek masuk ke apartement Yasa sambil memeluk tubuh basahnya. Menggigil, karena seluruh pakaiannya basah terkena deraian hujan, yang masih saja terhempas membasahi malam.Pantas saja, Yasa tidak mau memberhentikan motornya. Ternyata, apartemen milik pria itu tidak terlalu jauh, dari restoran tempat diadakan reuni beberapa saat yang lalu. Yasa berencana untuk mengganti motornya dengan mobil. Tapi, apa mau dikata, ternyata keduanya basah dan lebih baik singgah sebentar untuk mengganti pakaian.“Ikut aku.” pinta Yasa. Pria yang juga sama basahnya dengan Aya itu, melangkah menuju sebuah kamar, yang diyakini Aya adalah kamar milik Yasa.Yasa memasuki walk ini closet dan mengambilkan sebuah kaos, juga celana training yang biasa dipakainya untuk pergi ke tempat fitness. Tidak lupa dengan sebuah handuk, yang juga ia serahkan pada gadis itu.&ldquo