Keesokan paginya, Yasa kembali datang ke kediaman Pras. Sebelumnya, Yasa pergi terlebih dahulu ke rumah Elo, namun gadis yang ingin ditemuinya ternyata sudah pulang dari semalam. Dengan berat hati, Yasa melajukan roda empatnya ke rumah gadis itu. Menyiapkan mental baja untuk menghadapi seorang Prasetyo Sagara.
Yasa kesal sekaligus menyesal, dengan apa yang telah terjadi dengan mereka kemarin. Ucapan yang dimuntahkannya saat itu, hanyalah emosi sesaat tanpa berpikir lebih panjang. Apalagi, saat Yasa melihat manik Aya sempat mengembun dengan wajah memerah menahan emosi saat menamparnya.
Ah, Yasa memang pantas menerima tamparan tersebut.
Dan benar saja, lagi-lagi yang ditemuinya di kediaman mewah itu adalah Pras. Seketika itu juga aura di ruang tamu terasa sangat menyesakkan bagi Yasa. Menghirup udara yang notabene tidak berbayarpun rasanya susah sekali.
“Haaah, aku itu gak tahu lagi harus bicara seperti apa sama kamu, Yas.” nada bicara Pras ter
Aya tersenyum lalu menggigit bibirnya, segan. Ia menyodorkan sebuah paper bag yang berisi jaket denim yang telah dipakainya kemarin lusa.“Maaf ya, Mas. Aku lupa ngembaliin, udah dicuci kok. udah di setrika, udah wangi.”Rajata terkekeh sungkan sebenarnya, karena jaket yang kerap dipakainya harus dicuci oleh Aya. Eh, tapi, pasti bukan Aya yang nyuci kan? Pasti ada asisten rumah tangga yang mengerjakan semuanya.“Lumayan, laundry gratis, udah sebulan gak dicuci.” Rajata kembali terkekeh sembari mengeluarkan jaket denimnya dari paper bag. Ia melepas jaket bomber yang dikenakannya lalu menggantinya dengan jaket denim tersebut.“Dasar jorok.” ejek Aya. Keduanya kembali bertemu di warung mie ayam yang pernah mereka datangi kala itu.Rajata tertawa menanggapinya. “Maklum, gak ada yang ngurus, masih single. Tunggu punya istri dululah.”“Ya udah buruan nikah, biar ada yang ngurus.”&
Kini, di ruang private sebuah restoran, hanya menyisakan Astro dan Raden. Kedua pria berdarah campuran Jerman, yang tadinya berbicara dengan mereka sudah pergi. Meninggalkan, restoran dengan susunan rencana yang telah mereka anggap sempurna.“Apa pendapatmu?” Raden mengoyangkan pelan gelas winenya, menghirup aroma lembut red wine tersebut namun tidak menyesapnya. “Kamu dan Kurt bisa membuat firma hukum baru setelah ini. Aku rasa, kalian berdua bisa jadi manajer partner yang cocok.”“Saya masih sangsi sebenarnya, Pak. Mr Egon dan anaknya itu terlalu baik, saya khawatir mereka punya maksud lain dibelakang.”“Maksud mereka jelas, untuk menghancurkan Pras, sama dengan kamu.” Raden meletakkan gelas winenya. “Sebentar lagi, mereka akan segera merger dengan Zamaryn Group, setelah itu, sedikit demi sedikit kita habiskan semuanya dari dalam.”“Apa bapak lupa, kalau si Pras itu, punya Pak Kaisar dibe
Mobil Yasa datang bersamaan dengan Bima. Kedua mobil itu parkir bersisihan. Bima tidak bisa menahan seringai lebarnya, saat melihat Sinar, Aya dan Yasa keluar serempak dari mobil yang sama.Bima menghampiri ketiga orang tersebut. Berjalan santai dengan menenggelamkan kedua tangan di dalam saku celana.Lantas, Bima mengeluarkan tangan kanannya dari saku celana. “Supir baru?” telunjuknya mengarah pada Yasa, separuh meledek. “Apa kabar Hatta Kamil sama Abraham Yazeed? Udah bangkrut mereka?”Bima, sedari dulu memang tidak pernah mengatur ke mana mulutnya itu akan menyambar.“Bima!”Hardikan Sinar, beserta cubitan kecil pada perut Bima, cukup mampu membuat pria itu berjengit dan memilih menutup mulutnya.Yasa hanya bisa terkekeh, karena ia tahu benar bagaimana tabiat Bima. Bahkan saat di wawancara dan masuk siaran langsung televisipun, Bima selalu saja menjawab pertanyaan wartawan dengan seenak perutnya. Ia sat
Bima membuka dan menahan handle pintu sebentar, menunggu Sinar dan Aya untuk masuk terlebih dahulu ke ruangan Pras. Setelah kedua perempuan itu masuk, Bima segera menutup rapat pintunya.“Kalian memang pemilik sekaligus pemegang saham terbesar jika digabung, tapi, kalau suara waktu RUPS nanti gak memihak kalian berdua, semua ambyar, Je. Zamaryn tetap akan merger dengan Egonism.”“Aku tahu.” Kata Sinar menghempas tubuhnya pada sofa. Mengambil bantal sofa dan menepuk-nepuknya sejenak, lalu meletakkannya di belakang punggung. Ia bersandar dengan desahan panjang, melepas sedikit ketegangan.Sebagai wartawan yang pernah bergelut di bidang ekonomi bisnis. Aya bisa mengerti, apa yang menjadi kendala perusahaan. Itu sebabnya, Pras memintanya untuk menemani sang bunda untuk datang ke kantor Zamaryn.Pras ingin agar Aya membantunya sementara waktu, sebelum perusahaan itu nantinya beralih kepada si kembar. Sedari dini, Pras dan Sinar sudah me
"Jadi, bukankah lebih baik Zamaryn diakuisisi oleh A-Way, yang notabene seluk beluk dan predikatnya jelas." Yasa berusaha meyakinkan keseluruhan pemegang saham dan dewan direksi setelah presentasinya yang panjang lebar."Perusahaan kami sudah terbukti menguasai pasar Timur Tengah dan juga sudah mulai merambah pasar Eropa." papar Yasa melanjutkan dengan tegas. "Dan satu lagi ... kalau setelah mendengar presentasi saya yang panjang lebar ini, kalian masih juga meragukannya, itu berarti… ada hal terselubung di balik merger yang kalian lakukan dengan Egonism."Peserta rapat berkasak kusuk untuk sejenak, ikut merasa terpojok dengan kalimat Yasa. Sserta sibuk mempertimbangkan segala kemungkinan yang ada. Lalu Sinar angkat bicara."Saya tahu, kalau Egonism merupakan salah satu perusahaan retail yang terkemuka di Jerman. Tapi satu hal yang harus kalian pertimbangkan untuk memutuskan." Sinar menarik napasnya perlahan."Mereka tidak tahu seluk beluk ma
Cincin pernikahan yang benar-benar sederhana. Setidaknya, untuk ukuran seorang Yasa, mengeluarkan uang tidak sampai 50 juta, untuk sepasang cincin yang akan dipakai untuk sisa umurnya nanti, sungguh di luar ekspektasi.Aya juga terlihat tidak sembarangan saat memilihnya cincin yang akan dipakainya. Gadis itu memilih cincin berbentuk V denga lima berlian cantik di atasnya. Sangat simple dan tidak berlebihan. Sedangkan untuk Yasa, hanya sebuah cincin polos tanpa ada hiasan apapun.Setelah mendapatkan hal yang diinginkan, Yasa mengantarkan Aya pulang. Sesuai janjinya dengan Sinar kalau hanya akan membawa gadis itu untuk membeli cincin pernikahan.“Cahaya, boleh peluk gak?”Yasa nekat bertanya, padahal ia sudah tahu jawaban ketus apa yang akan disemburkan Aya kepadanya.Aya melirik jengah, Yasa tengah mengantarkannya untuk memasuki rumah. Berjalan bersisihan menuju pintu.“Mau aku laporin bunda! Katanya gak boleh macem-macem sebelum nikah!”“Ass
Tidak ada kendala yang berarti, saat Yasa mengutarakan semua maksud hatinya untuk melamar, dan menikahi Aya kepada Hatta. Pria paruh baya itu tidak ingin ikut campur dalam kehidupan pribadi sang anak. Siapapun nantinya yang akan menjadi pendamping Yasa, Hatta hanya bisa menyetujuinya.Ini sebuah bentuk dari penebus kesalahan Hatta di masa lalu terhadap Yasa dan ibunya. Meskipun untuk lain hal, Hatta bisa teramat tegas kepada sang anak, tapi untuk teman hidup anaknya kelak, Hatta tidak akan ikut campur.Pun saat mengetahui bahwa Aya merupakan putri sambung dari Pras, yang saat ini masih terjegal kasus hukum, dan sudah bisa dipastikan masuk penjara. Semua itu, tidak akan mengubah pemikiran Hatta. Ia akan menyetujui siapapun pilihan Yasa, asalkan sang anak mencintai pilihannya dan bisa hidup berbahagia nantinya.“Yaa, sepertinya papa tahu dan pernah bertemu dengan Cahaya.” kata Hatta. “Tapi waktu itu dia masih kecil, putri Pak Bintang itu ada wakt
Arsya dan Rendra kompak memberi siulan pada Aya, ketika gadis itu kelur dari kamarnya dan hendak menuju ke rumah depan.“Ciyee yang mau kawin!” celetuk Rendra setelah siulan panjangnya berakhir.“NIKAH!” ralat Aya dengan ketus.“Gitu bilang gak pacaran,” decih Arsya yang jarang-jarang melihat Aya memakai dress, jika bukan hendak pergi ke acara tertentu atau pemotretan DailYou. “Bokis banget lah kamu tuh, Mbak.”“Emang gak pacaran, yee.” cibir Aya.“Lha terus ini mau ngapain kalau gak pacaran,” timpal Arsya tidak mau kalah. “Bang Yasa udah kering dari tadi nunggu di depan. Garing, garing dah disidang papi, opa sama oma.”Manik Aya melirik jam dinding, “Emang dia udah datang?”“Beeehh! Bang Yasa udah dari setengah jam yang lalu di depan.” jawab Rendra mengambil alih dengan gaya hiperbola.Aya menunduk, menarik tali kitten h