Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Pesan teks masuk.
081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.
‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.
Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.
Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.
Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
***
Keesokan harinya, Bintang berangkat pagi-pagi sekali supaya bisa menyambut siswa siswinya yang menggemaskan. Sesampainya disekolah, masih sunyi. Hanya ada penjaga sekolah yang sedang menyapu.
“Selamat pagi Pak Didi,” sapa Bintang ceria.
“Selamat pagi bu Bintang. Pagi-pagi sekali bu?”
“Iya pak, saya ingin menyambut anak-anak pagi ini. Saya masuk dulu pak.”
“Oya, silahkan bu..”
Setelah Bintang meletakkan tas dan bekal yang dibawanya, Bintang berjalan ke depan kelas dan berdiri untuk menyambut anak-anak yang datang. Tampak sebuah mobil Mercy keluaran terbaru memasuki halaman sekolah.
‘Sam’
Bintang melihat Sam dan dua orang, seorang wanita dengan setelan rapi turun dari mobil tersebut. Sam tampak ceria digendeng dengan wanita itu menuju kelas
“Hallo Mama Bintang... Eh ibu guru..” Sam melambaikan tangannya dan berlari kearah Bintang.
Awalnya Bintang melotot kaget, karena dipanggil Mama oleh Sam.
“Hallo juga Sam,” balas Bintang. Sam langsung mencium tangan Bintang dan bergelayut disana.
“Bu, kenalin. Ini Tante Renata, temannya Papa. Pagi ini Tante Renata yang antar Sam kesekolah.”
DEG
‘Dia mirip wanita yang dicium Galaxy waktu itu..’ batin Bintang.
“Bintang?” tanya Renata memastikan.
Bintang tersenyum. “Ya, senang bisa bertemu lagi denganmu,” ucap Bintang, berusaha untuk biasa saja.
“Jadi Tante Re dan Ibu Bintang sudah saling kenal?” tanya Sam polos.
Renata dan Bintang saling tatap, kemudian tersenyum mendengar perkataan Sam.
“Iya sayang. Tante dan Ibu Bintang saling kenal. Kami teman lama.” Renata yang menjawab pertanyaan Sam.
‘Apa katanya? Teman lama? Sejak kapan aku jadi temannya?’ Bintang berucap dalam hati. Perasaan tak suka kembali menjalar dalam hatinya, namun Bintang tak mau rasa itu berlanjut lebih lama. Toh itu hanya masa lalunya.
“Aku pun senang bisa bertemu lagi denganmu. Oya, terima kasih kemarin sudah mengantarkan Sam pulang. Papanya Sam ada meeting mendadak dan handponenya mati jadi tidak bisa memberi kabar.” Renata berucap dengan senyuman hangat dibibirnya.
“Tidak masalah. Aku senang mengantar Sam pulang.”
“Ini dari tadi malam Sam sangat antusias sekali menyambut pagi. Katanya ingin segera pagi dan berangkat sekolah. Ingin segera bertemu dengan ibu guru Bintang. Padahal kemarin Sam tidak mau sekolah lo..” curhat Renata lagi seperti tahu seluruh kehidupan Sam.
Bintang tersenyum melihat Sam. Sam masih tidak melepas tangan Bintang sambil tersenyum malu-malu mendengar aduan dari Renata.
“Benarkah? Senang sekali mendengarnya, semoga Sam tambah semangat ya belajarnya..”
“Iya dong bu, Sam akan semangat belajar..”
“Kalau begitu pamit dulu. Papanya Sam sudah menungguku di Kantor. Titip Sam ya, ibu Bintang..”
“Pasti. Aku pasti menjaganya. Tenang saja. Hati-hati dijalan.”
Sam mencium pipi Renata dan melambaikan tangan ketika Renata menjauh. Bintang dan Sam menunggu yang lainnya didepan kelas. Di tempat parkir, Renata masih memperhatikan Bintang dan Sam. Renata tersenyum melihat perubahan Sam.
“Aku senang melihat Sam, nyawanya seperti hidup kembali. Dia tersenyum sepanjang pagi. Ternyata ingin berjumpa dengan gurunya. Semoga Sam bisa selalu seperti ini...”***
Setelah selesai mengajar, Bintang langsung pulang. Ia ingin bersiap menyambut kedatangan sahabanya. Hari ini Mondy akan datang ke Bandung. Bintang menghentikan mobilnya didepan minimarket. Iya akan membeli beberapa bahan makanan yang sudah menipis persediaannya. Biasanya ada asisten rumah tangga yang membelinya dipasar, tapi sudah 5 hari ijin pulang kampung.
Sesampainya dirumah, Bintang langsung ke dapur. Mengolah bahan yang sudah dibelinya tadi. Bintang membuat rica-rica ayam dan sop. Mondy sangat menyukai masakan Bintang ini. Setelah selesai, Bintang menghidangkannya dimeja makan. Baru saja Bintang selesai membereskan dapur, terdengar suara bel berbunyi..
Ting tong...
Bintang bergegas membuka pintu depan. Dan ternyata Mondy sudah berdiri disana.
“BINTAAAAAANG,” panggil Mondy dengan suara yang nyaring. Padahal Bintang ada dihadapannya.
Bintang memejamkan mata dan menutup kedua telinganya karena mendengar suara Mondy yang terlalu keras. “Aduuh Mon... Aku ada didepan kamu, kenapa kamu teriak?”
“Hihihi, maaf maaf.. Aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Oya, kamu nggak nyuruh aku masuk gitu. Masa tamu dari tadi berdiri diluar gini. Capek tau..” Gadis itu bertanya dengan sewotnya.
“Hahaha... Ayo ayo masuk. Aku juga udah masak yang special buat kamu. Kita langsung makan ya,” ajak Bintang.
“Ide bagus, kebetulan aku udah laper banget.”Tanpa perlu menunggu dua kali, Mondy langsung masuk kedalam dan menghampiri meja makan. Air liur Mondy hampir menetes karena melihat makanan kesukaannya. Mondy langsung makan dengan lahapnya.
“Kamu kayak orang yang 10 tahun gak makan tau, Mon?” Bintang terkekeh melihat cara makan Mondy.
“Iya, aku memang seperti 10 tahun nggak makan karena interview yang menegangkan tadi.” Bukan membantah, Mondy malah mengiyakan ejekan temannya itu.
“Oya, emang susah pertanyaannya? Terus hasilnya gimana” tanya Bintang penasaran.
Mondy masih mengunyah dengan lahapnya, namun tiba-tiba berhenti saat mendengar pertanyaan Bintang. Ia menelan sisa-sisa makanan yang ada dimulutnya. “Pertanyaannya sih nggak susah, dan aku berhasil, Bintang. Aku berhasil diterima kerja disana. Yeeeeee...”
“Yeeeee... Selamat ya. Aku seneng kamu diterima. Nanti kamu tinggal disini aja. Ya ya ya... Pleaseeee...” Bintang memohon. Jujur saja, selama ini ia merasa sendirian karena tinggal sendiri dirumah itu.
“Boleh. Nanti aku minta ibuku kirim kesini barang yang belum dibawa..”
“Horeeee... Aku gak sendirian lagi... Selamat ya, Mon..” Bintang menghampiri Mondy dan memeluknya erat.
“Iya, sama-sama,” ucap Mondy. “Oya, tadi waktu interview ada itu....” Mondy mencoba bercerita tapi gantung.
“Itu apa?”
“Ah, nggak jadi. Aku mendadak lupa. Udah. Jangan ganggu aku dulu. Aku mau makan enak. Aku mau abisin semua makanan ini.” Mondy mencoba menghindar, kalau tadi yang menginterviewnya ada seorang Galaxy Semesta Bintari-mantan kekasih Bintang.
“Ya ya ya... makanlah sepuasnya, ini memang khusus buat kamu. Awas aja kalo nggak habis,” ucap Bintang sambil menggelengkan kepala melihat tingkah lucu Mondy.
“Soal ngabisin makanan mah gampang, aku ratunya.”
Kemudian mereka tertawa bersama.
‘Puuuffhh, syukur dia gak bahas lagi’ kata Mondy dalam hati.
TO BE CONTINUED
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, tapi Gala masih belum bisa tidur. Ia berdiri didepan jendela kamar Sam, memandang dengan tatapan kosong keluar jendela. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, terutama tentang Bintang.Terdengar suara gerakan dari tempat tidur, membuat Gala membalikkan badan dan melihat Bintang sedang berdiri dibelakangnya.“A...anda su..sudah pulang?” tanya Bintang terbata. Ia terkejut karena terbangun masih berada dikamar Sam dan ada laki-laki asing disana. “Maaf saya ketiduran tadi waktu membacakan buku cerita. Karena Sam sudah membaik dan andapun sudah disini, saya permisi,” sambungnya.“Tidak baik seorang gadis pulang sendirian. Tidurlah disini sampai pagi,” pinta Gala tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Binta
Bintang menunduk dan mulai meremas-remas tangannya. “Tasku ketinggalan dikamar Sam!”“WHAT??”“Kunci rumah, mobil, dan ponsel semuanya ada ditas itu. Kunci serepnya dibawa Mondy. Semalam dia menghubungiku kalau malam ini akan menginap dirumah saudaranya,” Bintang mencoba menjelaskan. Dan berusaha untuk tidak panik.“Kalau begitu kita kembali saja. Nanti aku antar lagi,” ucap Gala menenangkan. Ia masih berdiri dengan tangan diselipkan kedalam saku celana. “Hmm, atau aku hubungi Johan untuk membawa tas dan sepatumu. Lagi pula mobilmu masih disana.”“Mungkin ide yang ke dua lebih baik dari pada harus mondar mandir,” jawab Bintang.
Ting Tong Ting Tong.......Bintang membalikkan badan, menatap pintu depan. Bintang merasa sedikit takut. Pasalnya, tidak pernah ada orang yang bertamu kerumahnya tengah malam seperti ini. Bintang meraih sebuah teplon dan digenggamnya dengan erat layaknya memegang pemukul bola baseball. Berjalan mengendap-endap mendekati pintu depan. Ia memutar pelan kunci pintu, dan ketika pintu terbuka Bintang mengayunkan teplonnya dengan mata tertutup. Dan .....Praaaaaankk“Aaaaaawwwwww”Teplon yang Bintang ayunkan tepat mengenai kepala orang dibalik pintu. Bintang akan mengayunkan lagi teplon dalam gengamannya, namun segera ditahan....“Bintang, stop please!” u
Hooooooaaaaammssss......Sudah beberapa kali Bintang menguap. Semalam ia hanya tidur jam. Dan sekarang, rasa kantuk benar-benar menghantuinya. Padahal masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.“Ibu Bintang lagi nggak enak badan ya? Dari pagi tadi terlihat lesu,” anya Ica ketika melihat Bintang yang sedang menyandarkan kepalanya diatas tangannya yang terlipat dimeja.“Sepertinya saya masuk angin, Bu. Sudah 2 malam ini nggak bisa tidur,” jawab Bintang mengangkat wajahnya. Terlihat lebih pucat dari biasanya.“Ibu Bintang butuh istirahat. Jangan dipaksakan. Saya bantu urus proposal ke donatur kita gimana?”“Waah, beneran Bu Ica
Bintang pun memacu mobilnya kembali menuju sebuah alamat dimana sebelumnya Bintang sempat membuat janji. Ia sudah melakukan janji temu dengan donatur selanjutnya dan setuju untuk menemui Bintang. Bintang masuk ke sebuah cafe dan ternyata donatur itu sudah menunggunya.Ditatapnya punggung yang sepertinya cukup dikenalinya itu. Seperti pernah bertemu sebelumnya.“Oh jadi ini Mr. Perdana?” Bintang menghempaskan tubuhnya dan duduk dihadapan Dion yang kini hanya meringis menatapnya. Sebelum itu dia juga sempat memesan kopi yang sudah menjadi minuman favoritnya.“Sebenarnya aku mau kasih kejutan sama kamu. Tapi aku nggak bisa nunggu lama lagi..”“Dan aku cukup terkejut Bapak Mr. Perdana.” Bintan