Share

4 Hei, Sekarang Aku Punya Mama!

“Ibu mau kok jadi mamanya Samudra.. Tanpa harus menikah dengan Papanya Samudra..” Bintang menambahkan penjelas dalam kalimat terakhirnya. Ia tak mau Sam salah sangka.

“Beneran Bu? Ibu bisa jadi mama Sam?” Sam kembali memeluk Bintang dengan mata berbinar. “Terima kasih ya bu udah mau jadi mama Sam.”

‘Ya tuhan, anak sekecil ini harus hidup tanpa ibunya?’ ucap Bintang dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya kehidupan Sam tanpa ada seorang ibu disampingnya. Bintang semakin mengeratkan pelukannya.

Pertama kali dalam hidupnya Sam menjalin komunikasi bersama orang lain dan itu sangat menyenangkan. Biasanya ia hanya sendiri di Rumah, ditemani pengasuhnya.

“Hhmmm, apa Sam tau alamat rumah atau ada catatan alamat rumah Sam?” tanya Bintang setelah sekian lama.

“Sepertinya Mbak menuliskan alamat dibuku.” Kemudian Sam memberikan buku tulisnya kepada Bintang. Benar, ternyata disana ada catatan alamat rumah Sam.

“Nah, ini dia. Ayo ibu antar pulang.” Bintang yang sudah selesai membereskan peralatan makannya, sambil menarik tangan Sam. Tapi Sam masih terdiam ditempatnya. “Kenapa Sam?” tanya Bintang.

“Nggak apa-apa ibu antar Sam pulang? Nanti bagaimana kalo papa ternyata datang jemput Sam?” Sam bertanya cemas. Ternyata ia masih mengharapkan kedatangan papanya.

“Sam tunggu papa Monrumah ya, nanti ibu kirim pesan kalo ibu sudah antar Sam pulang. JaMon nanti kalo handphone papa Sam udah aktif bisa baca dan langsung pulang kerumah.” Jawab Bintang menenangkan. Sam mengangguk tanda paham. Merekapun bergandengan tangan menuju parkiran sekolah itu.

***

Mobilio berwarna putih itu melesat dijalananan kota Bandung yang cukup padat. Kini disebelahnya duduk dengan manis bocah laki-laki yang siap menemani perjalanannya. Lebih tepatnya Bintang yang mengantarkan pulang bocah itu.

Dengan mata tetap fokus ke jalanan yang ramai sesekali melirik Sam yang ternyata sudah tertidur pulas, Bintang tersenyum melihat wajah polos Sam. Gemes. Bintang mengingat kembali saat Sam memperkenalkan diri didepan kelas. Bocah itu menyebutkan bahwa papanya bernama Galaxy Semesta Bintari.

‘Apakah Galaxy Semesta Bintari yang Sam maksud adalah Galaxy yang pernah menjadi pujaan hatinya dulu?’ Bintang menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengusir sosok yang selalu mengusiknya 7 tahun belakangan ini. Setelah 1 jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah rumah milik keluarga Sam. Rumah yang sangat besar dengan gaya Eropa ini memiliki taman yang luas. Satpam keluar menghampiri mobil Bintang.  Bintang menurunkan kaca mobilnya.

“Maaf ibu cari siapa?”

“Saya mengantar Samudra, Pak. Saya gurunya.”

“Oh, mari silahkan masuk bu.”

Satpam membukakan pintu gerbang berwarna putih itu. Mobil Bintang melesat memasuki kawasan rumah elite tersebut. Kalau jalan kaki lumayan capek juga. Karena jarak antara gerbang dengan rumahnya cukup jauh.

Sesampainya didepan rumah, Bintang turun dari mobilnya dan menggendong Sam yang masih tertidur pulas. Tak lama seorang perempuan datang menghampirinya. Sepertinya wanita itu adalah pengasuh Sam jika dilihat dari seragamnya.

“Biar saya bantu menggendong Tuan Sam, Bu.”

“Tadi Sam sudah menunggu lama, tapi tidak ada yang menjemput. Dan nomer handpone papanya pun tidak aktif. Jadi saya antar pulang saja.” Bintang mencoba menjelaskan alasannya mengantar Sam.

“Terima kasih banyak ya bu.” kata pengasuh Sam sambil mengambil alih Sam dari gendongan Bintang. Bintang pun pamit. Sebelum masuk mobil, tak lupa Bintang memberi kabar kepada papa Sam bahwa Sam sudah diantar olehnya.

Bintang : Selamat Siang. Saya Bintang, wali kelas Sam. Mau menyampaikan bahwa Sam sudah saya antar pulang dengan selamat.

Masih centang satu. Menandakan bahwa nomer tersebut belum aktif. ‘Nanti setelah aktif pasti akan Monbaca,’ batin Bintang.

Bintang mengendarai mobil menuju rumahnya. Baru saja turun dari mobil, Handpone Bintang berdering. Nama Mondy terpampang dilayar ponsel miliknya.

“Ya halo, Mon?”

“Kamu lagi dimana?”

“Ini baru sampe rumah. Ada apa? Kangen? Baru juga minggu kemaren ketemu, udah kangen lagi.”

“Yeee, pede amat. Siapa juga yang kangen kamu. Aku cuma mau bilang kalo aku mau ke Bandung minggu depan. Aku ngelamar kerja di Bintari Group dan tadi malam aku dapat kabar, aku disuruh datang interview,” celoteh Mondy panjang lebar.

“Seriusan kamu mau ke Bandung, Mon? Kamu mau kerja disini?” tanya Bintang bertubi-tubi saking senangnya.

“Seriusan dong Bintang sayang. Sebenernya aku mau kasih kejutan sama kamu. Tapi aku ngak bisa kalau nyimpen rahasia dari kamu, hahaha..”

“Oke oke.. Mau dijemput?”

“Besok aku kesana pake travel aja. Nanti langsung ke rumah kamu ya.”

“Aku tunggu ya. See you Mondy..”

“See you Bintang..”

Bintang bahagia karena sahabatnya akan datang. Setidaknya ia tidak akan sendirian lagi. Kalau dipikir-pikir, keluarga Bintang termasuk keluarga berada. Ayahnya memiliki bisnis properti di Jakarta. Ia bisa saja ongkang-ongkang kaki tanpa harus susah payah kerja. Atau jadi orang yang ikut andil dalam mengembangkan usaha ayahnya bersama sang kakaknya. Tapi Bintang memilih jalan yang berbeda.

Bintang sangat menyukai anak-anak. Dan semakin ia mendalami jurusan kuliahnya, ia semakin menyukai apa yang ia tekuni saat ini. Makanya Bintang memilih bekerja menjadi guru disalah satu Taman Kanak-kanak di Bandung. Kenapa tidak di Jakarta?

Satu alasan yang pasti, ia ingin melupakan masa lalunya. Dan entah kenapa kini ia merasa akan segera bertemu dengan orang yang paling ia hindari selama ini, Galaxy Semesta Bintari.

To Be Continue..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status