“Ibu mau kok jadi mamanya Samudra.. Tanpa harus menikah dengan Papanya Samudra..” Bintang menambahkan penjelas dalam kalimat terakhirnya. Ia tak mau Sam salah sangka.
“Beneran Bu? Ibu bisa jadi mama Sam?” Sam kembali memeluk Bintang dengan mata berbinar. “Terima kasih ya bu udah mau jadi mama Sam.”
‘Ya tuhan, anak sekecil ini harus hidup tanpa ibunya?’ ucap Bintang dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya kehidupan Sam tanpa ada seorang ibu disampingnya. Bintang semakin mengeratkan pelukannya.
Pertama kali dalam hidupnya Sam menjalin komunikasi bersama orang lain dan itu sangat menyenangkan. Biasanya ia hanya sendiri di Rumah, ditemani pengasuhnya.
“Hhmmm, apa Sam tau alamat rumah atau ada catatan alamat rumah Sam?” tanya Bintang setelah sekian lama.
“Sepertinya Mbak menuliskan alamat dibuku.” Kemudian Sam memberikan buku tulisnya kepada Bintang. Benar, ternyata disana ada catatan alamat rumah Sam.
“Nah, ini dia. Ayo ibu antar pulang.” Bintang yang sudah selesai membereskan peralatan makannya, sambil menarik tangan Sam. Tapi Sam masih terdiam ditempatnya. “Kenapa Sam?” tanya Bintang.
“Nggak apa-apa ibu antar Sam pulang? Nanti bagaimana kalo papa ternyata datang jemput Sam?” Sam bertanya cemas. Ternyata ia masih mengharapkan kedatangan papanya.
“Sam tunggu papa Monrumah ya, nanti ibu kirim pesan kalo ibu sudah antar Sam pulang. JaMon nanti kalo handphone papa Sam udah aktif bisa baca dan langsung pulang kerumah.” Jawab Bintang menenangkan. Sam mengangguk tanda paham. Merekapun bergandengan tangan menuju parkiran sekolah itu.
***
Mobilio berwarna putih itu melesat dijalananan kota Bandung yang cukup padat. Kini disebelahnya duduk dengan manis bocah laki-laki yang siap menemani perjalanannya. Lebih tepatnya Bintang yang mengantarkan pulang bocah itu.
Dengan mata tetap fokus ke jalanan yang ramai sesekali melirik Sam yang ternyata sudah tertidur pulas, Bintang tersenyum melihat wajah polos Sam. Gemes. Bintang mengingat kembali saat Sam memperkenalkan diri didepan kelas. Bocah itu menyebutkan bahwa papanya bernama Galaxy Semesta Bintari.
‘Apakah Galaxy Semesta Bintari yang Sam maksud adalah Galaxy yang pernah menjadi pujaan hatinya dulu?’ Bintang menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengusir sosok yang selalu mengusiknya 7 tahun belakangan ini. Setelah 1 jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah rumah milik keluarga Sam. Rumah yang sangat besar dengan gaya Eropa ini memiliki taman yang luas. Satpam keluar menghampiri mobil Bintang. Bintang menurunkan kaca mobilnya.
“Maaf ibu cari siapa?”
“Saya mengantar Samudra, Pak. Saya gurunya.”
“Oh, mari silahkan masuk bu.”
Satpam membukakan pintu gerbang berwarna putih itu. Mobil Bintang melesat memasuki kawasan rumah elite tersebut. Kalau jalan kaki lumayan capek juga. Karena jarak antara gerbang dengan rumahnya cukup jauh.
Sesampainya didepan rumah, Bintang turun dari mobilnya dan menggendong Sam yang masih tertidur pulas. Tak lama seorang perempuan datang menghampirinya. Sepertinya wanita itu adalah pengasuh Sam jika dilihat dari seragamnya.
“Biar saya bantu menggendong Tuan Sam, Bu.”
“Tadi Sam sudah menunggu lama, tapi tidak ada yang menjemput. Dan nomer handpone papanya pun tidak aktif. Jadi saya antar pulang saja.” Bintang mencoba menjelaskan alasannya mengantar Sam.
“Terima kasih banyak ya bu.” kata pengasuh Sam sambil mengambil alih Sam dari gendongan Bintang. Bintang pun pamit. Sebelum masuk mobil, tak lupa Bintang memberi kabar kepada papa Sam bahwa Sam sudah diantar olehnya.
Bintang : Selamat Siang. Saya Bintang, wali kelas Sam. Mau menyampaikan bahwa Sam sudah saya antar pulang dengan selamat.
Masih centang satu. Menandakan bahwa nomer tersebut belum aktif. ‘Nanti setelah aktif pasti akan Monbaca,’ batin Bintang.
Bintang mengendarai mobil menuju rumahnya. Baru saja turun dari mobil, Handpone Bintang berdering. Nama Mondy terpampang dilayar ponsel miliknya.
“Ya halo, Mon?”
“Kamu lagi dimana?”
“Ini baru sampe rumah. Ada apa? Kangen? Baru juga minggu kemaren ketemu, udah kangen lagi.”
“Yeee, pede amat. Siapa juga yang kangen kamu. Aku cuma mau bilang kalo aku mau ke Bandung minggu depan. Aku ngelamar kerja di Bintari Group dan tadi malam aku dapat kabar, aku disuruh datang interview,” celoteh Mondy panjang lebar.
“Seriusan kamu mau ke Bandung, Mon? Kamu mau kerja disini?” tanya Bintang bertubi-tubi saking senangnya.
“Seriusan dong Bintang sayang. Sebenernya aku mau kasih kejutan sama kamu. Tapi aku ngak bisa kalau nyimpen rahasia dari kamu, hahaha..”
“Oke oke.. Mau dijemput?”
“Besok aku kesana pake travel aja. Nanti langsung ke rumah kamu ya.”
“Aku tunggu ya. See you Mondy..”
“See you Bintang..”
Bintang bahagia karena sahabatnya akan datang. Setidaknya ia tidak akan sendirian lagi. Kalau dipikir-pikir, keluarga Bintang termasuk keluarga berada. Ayahnya memiliki bisnis properti di Jakarta. Ia bisa saja ongkang-ongkang kaki tanpa harus susah payah kerja. Atau jadi orang yang ikut andil dalam mengembangkan usaha ayahnya bersama sang kakaknya. Tapi Bintang memilih jalan yang berbeda.
Bintang sangat menyukai anak-anak. Dan semakin ia mendalami jurusan kuliahnya, ia semakin menyukai apa yang ia tekuni saat ini. Makanya Bintang memilih bekerja menjadi guru disalah satu Taman Kanak-kanak di Bandung. Kenapa tidak di Jakarta?
Satu alasan yang pasti, ia ingin melupakan masa lalunya. Dan entah kenapa kini ia merasa akan segera bertemu dengan orang yang paling ia hindari selama ini, Galaxy Semesta Bintari.
To Be Continue..
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.Pesan teks masuk.081962xxxxxx : Terima kasih sudah mengantar Sam pulang dengan selamat.‘Cchhh, orang ini jam segini baru aktifin ponselnya? Untung anaknya diantar sama orang baik plus cantik kayak aku. Coba ketemu orang gila, belum sampe rumah kali tu anak,’ ucap Bintang dalam hati.Bintang: Sama-sama. Saran saya, kalau mau jemput Sam harap tepat waktu. Kasihan Sam jika harus menunggu lama.Bintang mengirim pesan tersebut langsung saat itu juga. Dirinya tidak perduli sudah jam berapa saat itu.Setelah memastikan tidak ada balasan, Bintang menarik selimutnya dan tidur.
Bintari GroupSeorang pria memakai setelan jas berwarna hitam. Memiliki wajah tampan, garis rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal dan memiliki iris mata berwarna biru. Pria itu duduk dibalik meja kerjanya. Didepan meja tersebut terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Ceo Bintari Group, Galaxy Semesta Bintari.’Ya, Kini Gala menjadi seorang pimpinan tertinggi di perusahaan milik keluarganya. Ketika Gala telah menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang sangat baik, Arya Bintari memutuskan untuk pensiun. Ia menyerahkan kepemimpinan perusahaan yang sudah dibangun oleh ayahnya kepada Gala, putra satu-satunya.Dengan bakat yang dimiliki Gala dalam mengelola bisnis, kini perusahaannya menjadi 1 diantara perusahaan yang dilirik oleh pihak asing untuk berinve
“Papa mana ya? Kok belum datang juga?” tanya Sam lesu. Sejak tadi lehernya terus terulur kearah gerbang sekolah dan berharap mendapati mobil Gala datang untuk menjemputnya.Bintang yang baru saja selesai rapat, terkejut melihat Sam masih berada di sekolah. Bintang langsung berlari menghampiri Sam yang terlihat pucat. “Samudra, kamu masih disini? Ayo ibu antar pu...... astaga, panas sekali badanmu, nak.” Bintang kaget saat memegang tangan Sam, panas. Tanpa menunggu jawaban, Bintang langsung menggendong Sam kemobil dan membawa Sam ke Klinik terdekat.“Bagaimana, Dok?” tanya Bintang setelah Sam selesai diperiksa dokte
Mereka berjalan kelantai dua, langsung menuju kamar Sam. Baru saja membaringkan Sam diatas tempat tidur, ponsel Gala berdering.“Halo Kiran.. Tidak bisakah kau rubah jadwal pertemuan sore ini? Sepertinya aku tidak bisa pergi.” Gala mencoba untuk mengatur ulang jadwalnya dan tetap dirumah untuk menjaga Sam.“Tapi klien sudah menunggu anda, pak,” jawab Kiran dari sebrang sana.Gala menghela napas pelan. Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan Sam yang masih sangat membutuhkannya. “Baiklah. Aku akan segera kesana.”“Papa akan meninggalkan aku lagi?” tanya Sam sedih setelah mendengar percakapan Gala dan Kiran. Matanya mulai berkaca-kaca karena merasa akan ditinggal oleh Gala.
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00, tapi Gala masih belum bisa tidur. Ia berdiri didepan jendela kamar Sam, memandang dengan tatapan kosong keluar jendela. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya, terutama tentang Bintang.Terdengar suara gerakan dari tempat tidur, membuat Gala membalikkan badan dan melihat Bintang sedang berdiri dibelakangnya.“A...anda su..sudah pulang?” tanya Bintang terbata. Ia terkejut karena terbangun masih berada dikamar Sam dan ada laki-laki asing disana. “Maaf saya ketiduran tadi waktu membacakan buku cerita. Karena Sam sudah membaik dan andapun sudah disini, saya permisi,” sambungnya.“Tidak baik seorang gadis pulang sendirian. Tidurlah disini sampai pagi,” pinta Gala tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Binta
Bintang menunduk dan mulai meremas-remas tangannya. “Tasku ketinggalan dikamar Sam!”“WHAT??”“Kunci rumah, mobil, dan ponsel semuanya ada ditas itu. Kunci serepnya dibawa Mondy. Semalam dia menghubungiku kalau malam ini akan menginap dirumah saudaranya,” Bintang mencoba menjelaskan. Dan berusaha untuk tidak panik.“Kalau begitu kita kembali saja. Nanti aku antar lagi,” ucap Gala menenangkan. Ia masih berdiri dengan tangan diselipkan kedalam saku celana. “Hmm, atau aku hubungi Johan untuk membawa tas dan sepatumu. Lagi pula mobilmu masih disana.”“Mungkin ide yang ke dua lebih baik dari pada harus mondar mandir,” jawab Bintang.
Ting Tong Ting Tong.......Bintang membalikkan badan, menatap pintu depan. Bintang merasa sedikit takut. Pasalnya, tidak pernah ada orang yang bertamu kerumahnya tengah malam seperti ini. Bintang meraih sebuah teplon dan digenggamnya dengan erat layaknya memegang pemukul bola baseball. Berjalan mengendap-endap mendekati pintu depan. Ia memutar pelan kunci pintu, dan ketika pintu terbuka Bintang mengayunkan teplonnya dengan mata tertutup. Dan .....Praaaaaankk“Aaaaaawwwwww”Teplon yang Bintang ayunkan tepat mengenai kepala orang dibalik pintu. Bintang akan mengayunkan lagi teplon dalam gengamannya, namun segera ditahan....“Bintang, stop please!” u
Hooooooaaaaammssss......Sudah beberapa kali Bintang menguap. Semalam ia hanya tidur jam. Dan sekarang, rasa kantuk benar-benar menghantuinya. Padahal masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.“Ibu Bintang lagi nggak enak badan ya? Dari pagi tadi terlihat lesu,” anya Ica ketika melihat Bintang yang sedang menyandarkan kepalanya diatas tangannya yang terlipat dimeja.“Sepertinya saya masuk angin, Bu. Sudah 2 malam ini nggak bisa tidur,” jawab Bintang mengangkat wajahnya. Terlihat lebih pucat dari biasanya.“Ibu Bintang butuh istirahat. Jangan dipaksakan. Saya bantu urus proposal ke donatur kita gimana?”“Waah, beneran Bu Ica