Share

Part 3 Sakit

Keesokan harinya, Alva kembali menyajikan makanan untuk Sang Kakak. Dia melangkah dengan penuh kekhawatiran, takut apa yang dia bawa tidak di sentuh sedikit pun oleh Kakaknya seperti waktu kemarin.

Tok tok...

"Kak, aku masuk," ucap Alva.

Di dalam sana Ira masih tertelungkup di balik selimut tebal. Setelah hari itu, dia tak memakan apa pun, di tambah lagi kondisinya saat ini sangat menghawatirkan, sekujur tubuh bercucuran keringat, hingga membasahi tempat tidurnya.

"Kak, makan dulu," ucap Alva berusaha membangunkan Ira.

Ira tak bergerak sedikit pun, Alva yang merasa heran, mulai menepuk pelan tubuh Sang Kakak.

"Kak," ucap Alva.

Karena tak mendapat tanggapan apa pun, Alva membuka selimut yang menyelimuti Ira hingga se bahu.

Stt...

Alva melihat kakaknya bergetar memeluk kedua lengannya.

"Kak!" ucap Alva panik.

Dia menyentuh kening Ira, ternyata panasnya semakin Tinggi, Alva segera lari keluar meminta pertolongan.

Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan seorang di belakangnya, dia meraba kening Ira dengan lembut.

"Bagaimana Pak?"

"Panasnya tinggi, kita harus bawa Ira secepatnya," ucap Pak Amar.

"Alva, beritahu Bu Nina," perintah Pak Amar.

"Baik Pak." Alva segera pergi secepat mungkin.

***

DI RUMAH SAKIT....

"Bagaimana keadaan Ira Dok?" tanya Bu Nina.

"Dia mengalami panas biasa, untuk sementara makan obatnya secara teratur agar panasnya cepat turun."

"Terima kasih dok."

Bu Nina menghampiri gadis yang tengah terbaring di ranjangnya. Dia lihat Alva yang setia di sampingnya menunggu Sang Kakak membuka mata.

"Pak, bagaimana kalau Ira tinggal di rumah kita untuk sementara?" saran Bu Nina.

"Baiklah, Bapak juga kasihan melihat mereka," ucap Pak Amar seraya menatap kedua anak di sana.

Bu Nina membatin "Kalian pasti kuat,"

***

Sesampainya di rumah, Ira berjalan menuju kamarnya dengan di papah Sang adik. Setelah menolak tawaran Bu Nina, Dia memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dengan di temani Alva.

Setelah Ira duduk di kasurnya, Alva segera pamit untuk membuatkan makanan.

"Kak, aku buat bubur dulu, kakak tidur saja sebentar, nanti aku bangunkan," ucap Alva kemudian pergi.

Setelah tak terlihat punggung Alva dari pandangannya, Ira berjalan sempoyongan mendekati pintu kamar seraya mengambil kunci dari dalam laci.

Clek...

Selesai mengunci pintu, dia kembali ke ranjangnya, membaringkan tubuh yang sakit ini.

"Hiks...hiks...."

Dia menenggelamkan wajahnya di balik bantal seraya mengingat kembali kesedihan yang menyayat hatinya.

...

Beberapa saat berlalu, Alva membawa semangkuk bubur menuju kamar Kakaknya.

Clek...

"Di kunci?" Batin Alva.

Tok...tok....

"Kak!" ucap Alva.

Tak terdengar balasan apa pun dari dalam sana, dia menunggu sebentar, mungkin Kakaknya sedang berusaha membuka pintu.

Beberapa menit berlalu, Alva masih berdiri di depan pintu, dia mendengar samar suara rintihan dari dalam sana.

"Huh."

Alva menghela nafas berat sambil menatap bubur yang dia bawa dengan sepenuh hati. Tak terasa, keluar cairan dari pelupuk matanya, mengalir dengan sendirinya.

***

Hari mulai gelap, Alva terbaring di kursi tamu, dengan buku yang menutupi wajahnya.

Tok tok...

Dengan terpaksa, Alva segera bangun  untuk membuka pintu.

"Va, Ira bagaimana?" tanya Bu Nina.

Alva tidak menjawab, dia malah kembali ke tempat duduknya tadi dengan kepala yang tertunduk.

Terlihat Alva menatap Bubur di hadapannya. Tanpa mengucap kata, Bu Nina langsung mengerti akan situasi yang terjadi. Dia langsung menuju kamar Ira, mengetuk pintu dengan pelan.

"Ira?"

"Ira, bangun nak," lanjutnya.

"Ira, Alva bawa bubur untuk kamu nak."

"Ira, buka pintunya, sebentar saja."

Setelah beberapa kali percobaan, Ira masih tidak membuka pintu kamarnya, membuat Alva sebagai adik merasa semakin khawatir.

Setelah Berkali-kali mencoba membujuk Ira, tak ada hasil yang dia dapat, kemudian Bu Nina melangkah mendekati Alva.

"Alva, makanlah bubur itu, kamu pasti belum makan, nanti Ibu buatkan yang baru untuk Ira," ucap Bu Nina.

Alva hanya diam, namun setelah itu, dia mengangkat kepalanya dan langsung berlari keluar.

"Alva!" panggil Bu Nina.

Alva berlari ke luar, tanpa menghiraukan ucapan Bu Nina.

***

"Hiks...hiks...kalian pernah bilang tidak akan meninggalkan aku, apa buktinya sekarang? Kalian ingkar janji, aku benci kalian, aku benci semuanya!" batin Ira.

Tok tok...

"Aku ingin sendiri, jangan ganggu aku," batin Ira.

Tok tok ...

"Pergi! Aku tak ingin mendengar apa pun!"

Tok tok...

"Ira, ini makanan untukmu, bukalah sebentar."

Ira mendongak mendengar suara itu.

"Suara Ini..."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status