Silau mentari pagi membuat seorang pria mengerang pelan. Matanya perlahan terbuka, lalu senyumnya terukir manis. Satu tangannya meraba tempat di sebelahnya. Kosong.
"El?"
Aris langsung terduduk dan melihat ke arah kasur di sebelahnya. Ke mana Elsha? Apa wanita itu di luar? Aris beranjak dan mengusap wajahnya, lalu mengerjap saat menatap sosok lain yang bergelung di dalam selimut di atas sofa.
"Sial!"
Aris segera berjalan mendekati sofa dan mengangkat tubuh Elsha untuk pindah ke atas kasur. Apa Elsha sejak semalam tidur di sofa? Tapi kenapa?
Setelah menyelimuti Elsha dan mengecup kening wanita-nya, Aris berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Kebetulan pakaiannya ada yang tertinggal di sini dan dia akan mengenakan itu saja karena Elsha sudah mencuci serta menyetrikanya.
Sambil bersenandung kecil, Aris mengguyur kepala hingga tubuhnya dengan air dingin. Pria itu masih bertekad akan secepatnya menjadikan Elsha istrinya. Apa
Aris mengerjap saat ponsel di tangannya bergetar. Pria itu melihat nama sekretarisnya di layar ponsel. Dengan langkah tegap, Aris meninggalkan kamar Elsha untuk menjawab panggilan masuk tersebut. Aris yakin pasti ada hal penting yang harus sekretarisnya sampaikan sehingga menghubunginya pagi begini. Biasanya, bawahan Aris itu akan sabar menunggu di kantor sampai Aris tiba."Kenapa?" Aris berjalan ke sofa ruang tamu di rumah Elsha lalu duduk di sana.
Elsha berkutat di dapur membuat bubur untuk adiknya. Sejak pagi hingga siang adiknya itu tidak keluar kamar. Bahkan Elsha tidak tahu kapan Sashi pulang karena tadi malam, wanita itu kembali dijajah oleh si mesum Aris hingga dia terlelap.Suasana hati Elsha juga sedang bahagia karena Aris kembali melamarnya. Meski terkesan tidak romantis sama sekali, tapi Elsha tidak mau lagi menunda dan menolak si duda itu. Lama-lama dia kasihan juga.
Aris memijat pelipisnya dan memejamkan mata. Masalahnya benar-benar runyam karena adik bajingannya itu. Bisa-bisanya Andreas merusak kesenangannya bersama Elsha dengan menyakiti Sashi. Sial."Mas, gue...."Aris langsung berdiri dan melayangkan kepalan tangannya tepat di bibir Andreas. Laki-laki itu baru saja tiba dan hendak menjelaskan kepada Aris kejadian yang sebenarnya. Sayangnya, Aris yang
Aris mengumpat berulang kali, lalu menjambak rambutnya dengan kesal. Dia tidak tahu kenapa mudah sekali dipermainkan oleh Elsha. Apa karena Aris terlalu mencintai wanita itu sampai Elsha jadi semena-mena padanya?“Sial!”Aris menendang meja di depannya hingga benda tak bersalah itu bergeser jauh membentur sofa di seberang sana. Aris ingin sekali melampiaskan kekesalannya pada barang apa pun dan membuat barang tersebut hancur berderai seperti hatinya saat ini.Si duda mulai mengenaskan.“Mending gue balik dan minta restu Mami. Sekalian ditambahi penyedap bilang Elsha hamil anak gue. Kira-kira Mami serangan jantung gak, ya?” Aris bermonolog sendiri, lalu beranjak dari duduknya untuk segera pergi ke rumah Donita.Sekitar satu jam, Aris akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Butuh tiga puluh menit untuk Aris memikirkan kalimat apa yang akan dia gunakan untuk memulai pembicaraan kepada Donita
Elsha mengernyit bingung saat pintu kamarnya terbuka dan sosok yang sejak beberapa waktu lalu dia tangisi masuk sambil menyeret dua koper besar. Elsha masih diam memperhatikan Aris yang menutup serta mengunci pintu kamar, lalu pria itu berjalan ke arahnya meninggalkan kopernya di dekat pintu kamar."Kamu ngap-" Elsha dibuat bungkam oleh tingkah Aris.Tidak ada yang bisa keluar dari bibir Elsha
Aris tersentak dari tidurnya kala mendengar ringisan pelan di sampingnya. Pria itu menoleh dan mendapati wajah Elsha dengan ekspresi menahan sakit."Sayang, kenapa?"Elsha menggeleng, "gak tahu ini perutku sakit banget, Mas," adunya."Kita ke rumah sakit," Aris segera bergegas turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya."Ayo," Aris kembali dengan keadaan wajah yang lebih segar. Pria itu juga sudah mengenakan pakaian lengkap, lalu membantu Elsha mengenakan pakaiannya. Maklum, habis bercinta semalam suntuk membuat keduanya tertidur karena kelelahan sehingga lupa untuk mengenakan sehelai kain pun.Elsha mengalungkan kadua lengannya ke leher Aris. Dia biarkan Aris membawanya keluar kamar, lalu keluar rumah dan memasuki mobil. Hari masih gelap. Bisa Elsha pastikan kalau ini masih subuh."Sebentar," Aris berlari ke arah pintu rumah dan menguncinya. Sashi masih tidur dan Aris juga harus melindungi calon adik iparnya itu m
Elsha sudah dipindahkan ke ruang pemulihan. Dokter bilang, Elsha harus berada di sana selama beberapa jam ke depan. Karena dokter harus memastikan, apakah Elsha baik-baik saja, atau mengamali perdarahan berat, maupun komplikasi lainnya. Wanita itu tengah terlelap. Aris memandangi wajahnya yang pucat dengan pandangan khawatir.“Maaf,” Aris berbisik pelan sambil mengecup telapak tangan Elsha berulang kali. Pria itu merasa bersalah. Karena keegoisannya yang ingin mengikat Elsha, lalu membuatnya hamil secepat mungkin, Elsha harus mengalami hal menyedihkan seperti ini.Perasaan Aris jelas hancur saat tahu benihnya tidak sesuper itu. Apalagi saat dokter menjelaskan kalau kehamilan Elsha ini bermasalah dan bersumber dari spermanya. Sial. Aris merasa gagal menjadi pria yang sebenarnya. Kenapa si kental itu harus ada yang kosong atau berebut sel telur, sih? Kan, rencana Aris jadi gagal total ingin punya anak cepat.Aris sudah menghubungi Sashi dan mengabari p
Perdebatan kecil antara Elsha dan Aris masih tidak bisa terelakkan. Apalagi kalau keduanya membahas soal pernikahan. Aris ingin pesta yang mewah dan meriah, sedangkan Elsha ingin pesta yang sederhana saja. Wanita itu memikirkan kehidupan mereka ke depannya. Biaya hidup yang jelas semakin mahal, membuat Elsha sedikit berhemat untuk ke depannya.“Jadi, gimana? Semuanya udah lo urus, kan?”Elsha memperhatikan Aris yang saat ini sedang berbicara dengan Andreas. Kedua adik-kakak itu membahas persiapan pernikahan yang sudah Aris rencanakan. Ya, Elsha kalah. Aris-lah pemenangnya. Pesta mewah dan meriah akan tetap terlaksana.“Udah. Aman. WO yang lo minta udah menyanggupi pesta mewah sesuai keinginan lo. Gue juga udah bilang kalau ada spot buat relasi bisnis yang agak terpisah dari undangan luar. Jadi, ya, amanlah. Ngomong-ngomong, Mas, lo gak minta Mas Arjun buat jadi sponsor? Mayan, kan, tuh tua lapuk banyak duitnya.”Aris mengg