My Girl [Elsha - Aris]

My Girl [Elsha - Aris]

last updateLast Updated : 2021-06-10
By:  PRINCESSACompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 ratings. 11 reviews
41Chapters
27.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ketika orangtua Elsha memilih berpisah dan meninggalkannya dengan sang adik tercinta, Elsha tidak lagi bisa menikmati kehidupan seperti kebanyakan wanita seusianya. Yang Elsha tahu hanya lah bekerja dan bekerja. Biaya kuliah adiknya serta biaya hidup yang semakin mahal, membuat Elsha terpaksa memilih pekerjaan dengan bayaran besar. Salah satunya menjadi jalang kelas elit di sebuah kelab malam ternama. Lalu, takdir membawa Elsha pada cinta pertamanya sewaktu remaja. Apalagi pria itu juga yang pernah mengambil mahkota berharga miliknya. Bisakah Elsha bertahan dari godaan pria tersebut ketika Elsha tahu kalau pria itu lah pelanggan pertamanya sebagai jalang? Elsha juga tidak mau terjebak cinta masalalu ketika pria itu mengatakan hubungan mereka belum usai. Karena yang Elsha tahu, pria yang dia puaskan pada malam panas tersebut bukan lah pria lajang lagi, tapi pria yang sudah beristri. "Will you marry me, El?" "Kamu gila, Mas."

View More

Chapter 1

1. Jebakan

Malam telah tiba. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan. Sudah saatnya Elsha akan bekerja. Mencari uang demi membiayai kehidupannya dan kehidupan sang adik.

Semenjak orangtua mereka berpisah, lalu pergi meninggalkan mereka, Elsha-lah yang turun tangan langsung untuk mencari pekerjaan. Sedangkan adiknya –Sashi– tengah menjalani status sebagai mahasiswi di salah satu universitas di Ibu Kota.

Malam ini, Elsha akan mendapatkan tantangan baru. Bekerja dengan upah yang lebih besar dari pekerjaan sebelumnya, dan itu akan sedikit memperbaiki kehidupan mereka. Lagipula, dia butuh banyak biaya untuk sekolah sang adik.

"Dek?"

Elsha keluar dari kamarnya sambil memanggil Sashi. Mulai malam ini, Elsha akan meninggalkan sang adik sendirian di rumah jika ia akan mulai bekerja. Biasanya Elsha dan Sashi akan menghabiskan waktu berdua hanya pada malam hari. Tapi keadaan berubah. Elsha bekerja di tempat yang berbeda.

"Ya, Kak?" Sashi keluar dari dapur dengan beberapa camilan di tangannya.

"Kakak pergi dulu, kamu hati-hati di rumah. Kunci pintunya baik-baik."

Sashi mengangguk dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

"Ingat, jangan tidur larut malam. Nanti Kakak usahakan pulang cepat," lanjut Elsha. Sashi kembali mengangguk. Elsha mencium kening Sashi lalu berjalan keluar rumah.

Menghela napas, Elsha menatap langit malam dengan sendu. Kenapa Tuhan menguji mereka seperti ini? Elsha juga ingin hidup normal seperti wanita seusianya. Menjalin hubungan dengan seorang pria, lalu melanjutkan ke jenjang yang lebih serius hingga menikah. Jangankan menjalin hubungan, bahkan Elsha lupa caranya menghabiskan waktu untuk memanjakan diri sendiri karena terlalu sibuk mencari uang.

"Kamu kuat, El," bisiknya sebagai mantra untuk meyakinkan diri.

Elsha memesan taksi dan kendaraan itu berlalu menuju tempat yang akan menjadi penghasil uang bagi Elsha mulai malam ini. Beberapa kali Elsha melamun selama perjalanan menuju tempat kerjanya. Entah berapa menit yang Elsha habiskan di dalam kendaraan beroda empat itu. Yang jelas, sekarang dia sudah berada di tempat tujuannya.

Elsha mendongak menatap sebuah bangunan di depan matanya. Sambil menghela napas berkali-kali, Elsha berjalan masuk.

"Hai, Dear."

Elsha tersenyum saat dirinya berada di meja tinggi yang menghalangi dirinya dan beberapa orang di balik sana yang kini sibuk meracik minuman.

"Baru pertama kali? Mau minum apa? Alkohol?"

Elsha menggeleng. Dia sedang menunggu seseorang yang akan mempekerjakannya di sini. Elsha tidak akan minum. Wanita itu memperhatikan banyaknya manusia yang mencari hiburan malam ini. Berjoget, bersulang, dan bercumbu.

Sial. Elsha meneguk ludah susah payah. Hatinya kembali ragu untuk melanjutkan niatnya datang kemari.

Tapi....

Ah, sudahlah.

Nasi sudah menjadi bubur. Elsha juga bukan wanita suci yang masih perawan. Dia sudah bolong. Sudah dicoblos oleh kekasihnya saat SMA dulu. Jadi, apalagi yang musti Elsha khawatirkan?

"Hai," sapa seseorang yang baru saja duduk di sebelah Elsha. Elsha tersenyum dan membalas uluran tangan dari lawan bicaranya.

"Sorry lama. Tadi ada urusan dulu."

Elsha mengangguk saja dan mulai meremas tangannya. Jujur, Elsha merasakan ketakutan yang entah karena apa.

"Langsung ke atas aja. Ke ruangan gue."

Elsha mengikuti wanita yang ia perkirakan seusia dengannya itu menuju lantai atas. Kelab malam ini yang akan menjadi tempat Elsha mencari uang.

"Duduk."

Elsha duduk dan menunggu wanita di depannya bicara dengan harap-harap cemas.

"Lo..., seriusan udah gak perawan, kan?"

Elsha meneguk ludah sambil mengangguk kecil.

"Nakal juga, ya, lo." Kekehan geli keluar dari bibir wanita di depan Elsha.

"Oke, langsung aja. Malam ini lo pakai ini. Lo bakal turun langsung melayani pelanggan baru."

Elsha menerima gaun malam yang sangat pendek dari tangan lawan bicaranya. Sungguh, sedikit saja Elsha membungkuk, dia yakin celana dalamnya akan terlihat.

"Ini?" tanya Elsha ragu.

"Ya. Dan ini juga."

Wanita itu kembali memberikan sepasang pakaian dalam super tipis. Bahkan Elsha sangat yakin kalau payudaranya akan kedinginan karena jaring sialan itu sangatlah transparan.

"Kamar 8320. Lo ganti pakaian di sana. Setengah jam lagi tamunya bakal ke sana."

Elsha mengangguk meski terpaksa. Tanpa semangat sedikitpun, Elsha keluar dari ruangan serba hitam itu lalu menuju kamar yang tadi disebutkan oleh bos barunya.

"8320," gumam Elsha sambil memperhatikan nomor di pintu kamar.

***

"Brengsek. Gue masih punya tangan buat ngocok kalau kalian lupa."

Beberapa pria terbahak dan menggeleng.

"Mana puas sama tangan doang anjir! Pakai lobang juga dong. Gue yakin lo bakal muncrat lebih deras."

Oh, sial. Ingin rasanya Aris menyumpal mulut ketiga sahabatnya ini. Aris yang selama ini tidak pernah memasuki kelab malam, terpaksa berakhir di sini karena tipuan ketiganya.

"Udahlah, Ris, ngapain kerja lembur bagai kuda mulu? Siapa yang bakal lo nafkahi? Istri gak punya. Anak apalagi," ejek Dio dengan senyuman geli.

"Bener. Dasar duda jaman now. Tebar pesona dikit kek. Lo mau jadi duda abadi abad ini?" Arkan ikut mengompori.

Aris meneguk kasar minuman di gelas yang dia ambil secara asal dari atas meja. Oh, bangsat! Tenggorokannya terasa terbakar. Aris juga merasakan kepalanya sedikit pening. Matanya berkunang dan pendengarannya berdengung.

"Lo teler, Ris?" tanya Bian menatap Aris dengan pandangan bahagia. Sahabat biadab memang mereka ini.

"Gue mau balik. Lo pada senang-senang aja. Gue bayarin. Nih!" Aris melempar sebuah kartu ke atas meja dan beranjak dari duduknya dengan sempoyongan.

"Baru segelas udah teler. Lembek banget lo."

Aris menatap malas ketiga sahabatnya dan mulai berjalan meninggalkan mereka. Namun, sialnya Aris merasa gerah di seluruh tubuhnya. Aris mengusap tengkuknya tanpa sadar karena merasa gelisah. Suara dentuman musik semakin memperburuk keadaannya.

Dio memperhatikan Aris dari jauh dan tersenyum. Pria itu memberi isyarat kepada kedua sahabatnya untuk menyusul Aris dan membawanya ke atas. Mereka bertiga sudah merencanakan ini. Aris butuh pelepasan hebat. Mereka sangat yakin dan percaya kalau sahabat mereka yang satu itu bukanlah pria tangguh seperti yang mereka lihat selama ini.

Bahkan beberapa kali Aris mengigau saat tidur di kantor sambil menyebut nama wanita yang jelas-jelas mereka mengenalnya. Sahabat mereka itu belum sepenuhnya move on dari cinta pertamanya.

Elsha. Mantan kekasihnya saat SMA. Tidak. Mereka belum resmi putus karena Aris dan Elsha kehilangan kontak tanpa pernah mengucapkan kata berpisah.

"Kamar nomor berapa, sih?" tanya Bian sambil memapah Aris yang kini sudah cukup teler.

Mereka tahu, Aris dan alkohol adalah musuh. Baru segelas saja sudah seperti orang minum belasan botol alkohol saja.

"8320," jawab Arkan.

Mereka mencari kamar 8320 di lantai atas dan menemukannya. Lalu Dio dan Arkan masuk bersama Bian yang masih memapah Aris.

"Ceweknya udah lo booking?" tanya Dio pada Arkan.

"Udah. Sepupu gue udah bilang beres kok setengah jam yang lalu."

"Ini anak orang tinggal begini aja nih?" Bian menatap Aris yang benar-benar mengenaskan.

"Udah, biarin. Kita balik ke bawah aja. Gue juga butuh asupan gizi." Dio terkekeh dan merangkul Bian agar segera pergi dari sana.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sarti Lestari
ceritanya menarik
2023-04-14 23:43:14
0
user avatar
Fitri Yani
kak ko novel sweetplayboy ga ada??
2022-01-02 07:01:12
0
default avatar
theonlyyours_
ceritanya sangat bagus
2021-12-07 07:03:07
0
user avatar
FANYA DEAR
bagus banget deh
2021-11-24 02:05:39
0
user avatar
Dahlia Erfinna
Bagus banget
2021-08-03 08:14:13
0
user avatar
Dahlia Erfinna
singkat dan padat
2021-07-31 00:49:34
0
user avatar
Dahlia Erfinna
Bagus banget
2021-07-31 00:48:35
0
user avatar
Rahayu avilia
mantul 👍👍👍👍
2021-07-17 09:24:28
0
user avatar
wetped
dari wetped kesini demi jingan Aris😎
2021-07-16 20:46:14
1
user avatar
Authoring
Semangat kak, update terus ya. Salam dari Married With Killer's Teacher
2021-05-08 13:47:48
1
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-30 12:50:44
2
41 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status