Elsha meremas kedua tangannya. Pantulan dirinya di dalam cermin sudah menunjukkan kalau wanita itu siap untuk bekerja melayani pelanggan pertamanya. Tapi, entah kenapa Elsha sedikit gugup. Ya, wajar sih, namanya juga pertama kali bekerja kotor begini.
Elsha menghembuskan napas berulang kali dan menatap pantulan dirinya di cermin yang kini tampak begitu menantang.
Telanjang? Tidak.
Elsha bahkan berpakaian. Hanya saja pakaian yang tidak sepenuhnya tertutup. Aset pentingnya terlihat dengan sangat jelas.
"Gila. Benar-benar gila."
Elsha membalikkan badan dan membuka pintu kamar mandi lalu dengan pelan berjalan menuju ranjang. Mata Elsha menatap sosok pria yang kini berbaring pasrah di atas ranjang. Rasa gugup dan takut kembali menyerang Elsha. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya.
"Aku bisa," bisik Elsha pelan dan berjalan dengan langkah berat menuju ranjang.
"Selamat malam, Tuan, saya-"
"Berisik!"
Elsha mengatupkan bibirnya sambil memjamkan mata. Terkejut? Jelas. Elsha bahkan rasanya mau menangis saja karena membayangkan kalau pria yang akan dia layani malam ini adalah pria kasar dan pembentak.
Elsha mencoba menjadi jalang profesional dengan menyentuh tubuh pelanggannya. Namun, sentakan kasar itu membuat Elsha mengerjap. Emosinya seketika memuncak saat pria yang belum Elsha lihat wajahnya itu malah meracau tidak jelas. Benar-benar mabuk.
"Tuan, kalau Anda tidak ingin dilayani, saya akan keluar sekarang," ujar Elsha dan bersiap untuk pergi dari sana. Sayangnya, harapan Elsha untuk menggertak sama sekali tidak berhasil. Pria mabuk di atas ranjang masih saja menelungkup tanpa memperlihatkan wajahnya.
Elsha kesal dan dongkol. Wanita itu menaiki ranjang dan membalikkan paksa tubuh kekar pria yang seperti batu itu.
"Sial. Apa yang-"
Elsha terpaku saat ucapan pria itu terputus. Mata keduanya terkunci. Ini....
Elsha segera menjauh dan turun dari ranjang dengan wajah pucat. Tidak. Ini tidak mungkin. Elsha pasti salah. Pria itu pasti orang yang berbeda. Elsha mengusap wajahnya dan menatap ke sembarang arah. Air matanya siap tumpah saat pria di atas ranjang itu berjalan ke arahnya membuat Elsha semakin mundur hingga terpojok di dinding.
"El...sha?"
Suara itu. Elsha memejamkan mata dan menahan napas saat tubuhnya terasa dihimpit.
Tidak.
Jangan.
Elsha tidak bisa.
Sekuat tenaga Elsha mendorong tubuh pria di depannya sehingga kini terjengkang ke belakang.
"Shit! Punggungku!"
Elsha melotot kaget saat hantaman keras terdengar memekakkan telinga. Apa dia terlalu bar-bar?
"Ka-kamu..."
Pria itu menatapnya dengan wajah merah padam, lalu dengan gerakan cepat yang tidak sempat Elsha duga, dirinya sudah terlempar ke atas ranjang.
"A-aris...."
Pria yang Elsha sebut Aris itu tersenyum miring dan menindih tubuhnya.
"Jalang, hm?" Aris mengendus leher jenjang Elsha, sehingga wanita itu memejamkan mata erat-erat dan meremas seprai di bawahnya.
"Lama gak ketemu, El," bisik Aris sambil menggigit gemas kulit leher Elsha.
Bekas merah sudah tertinggal di sana. Aris juga semakin merasakan panas di tubuhnya semakin menjadi. Aris menarik paksa gaun seksi transparan yang Elsha kenakan. Bahkan, payudara wanita itu sama sekali tidak terlindungi.
Aris terkekeh melihat tubuh polos di bawahnya. Dengan semangat yang entah datang dari mana, dan tubuh yang semakin memanas, Aris menumpu tubuhnya dengan kedua lutut lalu membuka tergesa pakaiannya. Kini hanya tersisa bokser ketat pembalut junior Aris yang sudah mengeras dan menggembung.
"Buka matamu, El, lihat apa yang pernah kamu lihat dan nikmati dulu," kata Aris sambil menurunkan wajah lalu mendaratkan kecupan di bibir Elsha. Kecupan yang awalnya hanya sekali kini berganti dengan lumatan dalam yang menuntut.
"Rishhh...."
Aris terus memperdalam ciumannya dengan tangan yang ikut meraba bagian tubuh Elsha. Pinggang, pinggul, paha dan tangan Aris masuk mengelus paha dalam wanita di bawahnya. Elsha sampai merapatkan kaki saat tangan Aris semakin dekat untuk menyentuh bibir sensitif miliknya di bawah sana.
"Basah," bisik Aris sensual saat tautan bibir mereka sudah terlepas.
Mata Aris sudah dipenuhi oleh kabut gairah. Elsha tahu pria di atasnya sudah sangat ingin bercinta. Tapi Elsha masih saja merasa ketakutan dan gugup.
"Bersikaplah seperti jalang, Elsha. Kenapa kalem begini, hm?"
Elsha menggertakkan gigi dan mendorong tubuh Aris ke samping sehingga kini posisi mereka terbalik. Elsha yang menindih Aris. Elsha duduk di atas perut keras Aris dan bergerak pelan untuk menggesekkan miliknya.
"Lama gak ketemu juga, Tuan Aris, pelanggan setia di sini, hm?" balasnya.
Aris terkekeh dan melarikan tangannya ke gundukan kenyal payudara Elsha. Aris meremasnya dan menjempit puncaknya dengan kuat membuat Elsha memejamkan mata serta mendesah.
"Tubuhmu benar-benar semakin seksi dari terakhir kali aku mencobanya. Apa rasanya juga masih sama?"
Elsha tersenyum miring dan mendekatkan payudaranya ke bibir Aris.
"Cobalah."
Oh, sial!
"Shit, El!"
Aris menahan pinggang Elsha dan memeluknya erat dengan mulut yang kini melahap rakus sebelah payudara Elsha dan satu tangan Aris lagi meremas bokong seksi wanita itu.
"Nikmati hidanganmu malam ini, Tuan."
Elsha mendesah dan mengerang saat payudaranya yang tengah dihisap Aris terasa ngilu dan nikmat.
"Yaahh... Mendesahlah untukku, El."
Aris kini beralih pada payudara Elsha yang sebelahnya lagi. Melakukan hal yang sama seperti pada payudara sebelumnya.
"Oohh...." Suara desahan Elsha bagaikan semangat untuk Aris agar melakukan hal yang lebih lagi.
Aris menarik turun karet boksernya dan mengarahkan junior yang sudah sekeras batang itu untuk mencari lubang kenikmatan milik Elsha.
Elsha yang merasakan ada yang menggesek bokongnya segera tahu kalau Aris sudah mulai ingin menggenjotnya.
Sial.
Elsha juga tidak munafik kalau dia sangat terangsang saat ini dan juga ingin merasakan kenikmatan yang sama seperti dahulu. Aris dan Elsha mengerang bersama saat kedua alat kelamin mereka menyatu.
"Sial, El, kenapa masih sangat sempit? Seharusnya tidak sesempit ini lagi kalau sudah menjadi jalang."
Aris memompa kuat dari bawah membuat Elsha mendesah keras. Elsha bahkan tidak sepenuhnya mendengar apa yang Aris katakan karena wanita itu menahan kedutan nyeri di bibir bawahnya saat Aris tanpa aba-aba memasukkan juniornya.
Aris bergerak semakin brutal dan itu membuat Elsha semakin kewalahan. Sial. Rasanya jauh lebih nikmat dari terakhir kali mereka melakukan ini beberapa tahun yang lalu.
"Shit!"
Aris terus saja mengumpat karena juniornya benar-benar dijepit dengan kuat oleh dinding lembut nan hangat di dalam sana.
"El....aakkhhh...."
Elsha menegakkan tubuh dan menumpukan kedua tangannya di dada Aris. Kini mereka saling menatap dengan mata sayu penuh gairah. Aris sangat merindukan wanita ini. Aris sangat ingin memilikinya. Tapi Aris juga merasa sakit hati dengan cara pertemuan mereka malam ini.
Fakta yang melukai harga diri Aris. Elsha-nya bukan si polos seperti dulu lagi.
Elsha-nya seorang jalang.
"Pa?"Sultan mendongak menatap Aris yang kini sedang memijit pelan kaki Elsha. Wanita itu mengeluh sakit pada kakinya karena tadi tersandung di undakan tangga saat mau ke lantai dua."Kaki Mami sakit," jawab Aris."Kit? Pa?"Aris terkekeh. "Bantu Papi pijit dong, Bang, itu sebelahnya," suruh Aris.Bocah itu lantas beranjak dengan semangat meski awalnya terduduk lagi karena gerakannya tergesa. Elsha yang tengah duduk bersandar di kaki sofa memperhatikan saja bagaimana Sultan memijit kakinya."AW," ringis wanita itu saat Aris memijitnya sedikit kuat."No!" Sultan melotot pada Aris karena membuat Elsha kesakitan.“Parah, sih, ini si embul bakal posesif banget sama kamu, Yang,” decak Aris.Elsha tertawa dan mencubit gemas pipi Sultan yang tampak memerah. “Botol susunya tadi ketinggalan di rumah Mama Sashi, ya, Bang,” katanya.Sultan mengangguk lucu, “ndak pa,” balasnya.&ldqu
Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang sangat disyukuri. Elsha merasakan itu. Pertama, bersyukur karena sebelumnya ia masih diberi kesehatan oleh sang pencipta sehingga bisa mencari nafkah untuknya dan Sashi.Kedua, bersyukur karena ia dipertemukan kembali dengan Aris dan menjalin hubungan serius hingga memiliki bayi mungil seperti saat ini.Ketiga, bersyukur karena ia memiliki keluarga baru yang begitu perhatian dan penuh limpahan kasih sayang. Nikmat mana lagi yang harus Elsha abaikan?Semua yang ia terima di kehidupan ini, ada baik dan buruknya. Tidak ada kehidupan yang selalu buruk dari awal hingga akhir. Pun, sama, tidak ada kehidupan yang selalu baik dari awal hingga akhir. Pasti ada titik masalah.Untuk Elsha sendiri, buruknya kehidupan yang ia rasakan adalah saat ditinggalkan kedua orangtuanya. Lalu, baiknya bertemu orang-orang baru.Membahas orangtua, Elsha tiba-tiba saja meneteskan air mata. Ia sudah tahu seberat apa perjuangan seorang
Minggu ke-40 yang ditunggu-tunggu Aris dan Elsha akhirnya tiba juga. Sangat mendebarkan dan menegangkan. Anak pertama mereka akan lahir ke dunia.Seperti halnya kedua suami istri itu, Donita dan yang lainnya juga merasakan hal yang sama. Ini adalah cucu pertama bagi Donita dan keponakan pertama juga bagi Arjun dan Andreas serta para istri dan kedua putri Donita.Elsha menarik napas berulang kali. Matanya terpejam dengan dahi yang dipenuhi oleh keringat. Aris yang berada di atasnya membisikkan kata-kata sayang dan semangat untuk sang istri tercinta."Ayo, Bu, sedikit lagi," Dokter menyuruh Elsha untuk terus mengejan mengikuti arahannya."Ayo, Sayang, kamu bisa," bisik Aris. Pria itu duduk di kursi tepat di atas kepala Elsha yang terbaring. Sehingga Aris mudah untuk mengelus kepala wanita tersebut.Suara tangis bayi yang memekakkan telinga membuat Aris berseru syukur dan mengecup kening Elsha. Elsha bernapas lega seketika saat merasa plong begitu saj
Elsha tidak pernah sekali pun meragukan perkataan dan rencana Aris. Jika pria itu sudah berkata A, maka yang akan terwujud jelas A. Seperti saat ini, Aris benar-benar menyuruh orang untuk membereskan barang-barang penting yang harus mereka bawa.“Itu gak usah, Mbak, tinggalin aja,” larang Elsha saat seorang wanita ingin memasuki sebuah kotak yang Elsha tahu isinya apa.“Ini taruh di dalam box itu aja, biar nanti saya gak pusing nyarinya,” kata Elsha lagi saat salah satu barang yang biasa dia pakai hendak dimasukkan ke dalam box barang kerjaan suaminya.“Yang,” Aris datang dengan segelas susu untuk Elsha. Pria itu duduk di sebelah Elsha memperhatikan tiga orang yang sedang berbenah.“Banyakan barang-barang bayi. Tahu gini, mending aku suruh kemarin orang store anter ke rumah baru aja,” decak Aris.“Ya, kan, gak tahu. Gak bakal nyangka juga ini bakal pindah cepet begini,” balas Elsh
Berselang tiga hari setelah Elsha keluar dari rumah sakit, Aris menghubungi Arjun. Pria itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk meminta bantuan sang kakak. Berbeda dengan Aris, Andreas malah lebih memilih langsung menemui pria itu. Menurutnya lebih puas menjelaskan kondisi saat ini secara bertatap muka.“Suruh Aris ke sini,” titah Arjun kepada Andreas.“Gak bisa, dia jagain Kak El sama Sashi di rumah. Lo yang ke sana aja gimana, Mas? Mampir bentar habis pulang kampus,” pinta Andreas.Arjun tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk pelan. Dia akan menelepon Alura untuk mengabari kalau ia akan mampir ke rumah adiknya sebentar. Agar istrinya tidak menunggu Arjun seperti kemarin.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Andreas pamit pergi. Sedangkan Arjun Kembali melanjutkan pekerjaannya. Saat sedang fokus, ponsel Arjun berdering, panggilan masuk ketiga kalinya hari ini dari orang yang sama. Aris.Di sebran
Elsha terpekur. Aris sampai bingung melihat istrinya. Mata Elsha hanya fokus pada ponsel di tangannya. Aris mendekat dan mengelus lengan Elsha."Sayang....""Mas, lihat, baca." Elsha menyerahkan ponselnya pada Aris. Pria itu membaca setiap teks yang masuk ke ponsel sang istri.