Sagara menenangkan Gistara di koridor rumah sakit. Gadis itu tidak berhenti menangis sejak Gian dibawa ke rumah sakit. Gian sedang di periksa oleh dokter. Sebelumnya laki-laki itu sudah diberikan pertolongan pertama.
Saat pergi menuju rumah tua itu. Tama membawa seorang dokter yang tak lain adalah salah satu temannya. Tama siap dengan segala yang terjadi. Tanpa di suruh oleh Sagara pria itu tahu apa yang di butuhkan oleh bosnya itu.
Ketiga preman tadi sudah berhasil bodyguard Sagara bawa menuju kantor polisi. Satu preman yang sempat menodong pistol kepada Gistara itu berhasil Sagara tembak. Sehingga pria itu di larikan ke rumah sakit dengan pantauan polisi.
“Bagaimana keadaan adik saya Dok?” tanya Sagara saat melihat dokter keluar dari unit gawat darurat.
“Paru-parunya baik. Organ dalam dia baik-baik saja. Tapi kami akan mengecek kembali saat dia sadar. Pasien yang tenggelam biasanya akan memiliki fobia—“
“&mdash
Sejak lima belas menit yang lalu Gistara tidak berhenti membuang nafasnya kemudian menghirupnya kembali. Gadis itu berusaha menghilangkan kegugupannya. Malam ini Sagara mengajaknya makan malam bersama keluarganya.Sagara ingin memperkenalkan Gistara dengan mamanya. Terlihat aneh memang, mereka sudah mau menikah tapi baru kali ini Gistara diajak bertemu dengan keluarga Sagara. Gistara memang mengenali mendiang papa Sagara sebagai pribadi yang baik. Sedangkan mama pria itu dia tidak tahu persis bagaimana wanita itu.“Kita berangkat ya?” tanya Sagara.Sagara yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. Gistara meminta Sagara untuk jangan menjalankan mobilnya dulu. Dia benar-benar gugup bertemu mama pria yang ada di sampingnya.Gistara menoleh, menatap Sagara dengan ragu membuat pria itu tersenyum. Sagara mengambil tangan Gistara yang bertautan. Mengecup tangan itu.“Jangan gugup. Saya gak akan tinggalin kamu sendirian di sana. Ada Ba
Air mata Gistara tumpah saat masuk rumah. Tubuhnya luruh ke lantai. Gadis itu membekap mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Gian. Gian sudah pulang sejak siang tadi. Adiknya itu pulang setelah dirawat selama tiga hari. Gian memaksa untuk pulang karena dia merasa sudah baik-baik saja.Kedua orangtua Gistara sudah pulang sore tadi. Ayahnya terpaksa pulang bersama bundanya karena tidak bisa meninggalkan anak didiknya terlalu lama. Kewajibannya sebagai seorang guru membuat Singgih tidak sampai hati izin terlalu lama. Meskipun hanya tiga hari.Sejak di kediaman Sagara gadis itu berusaha menahan tangisnya saat Kirana membisikkan satu fakta yang membuatnya ragu melanjutkan pernikahannya bersama Sagara.“Sagara tidak mencintai kamu. Semua yang dia lakukan terhadap kamu adalah sandiwara. Dia mengajak kamu menikah agar warisan papanya bisa dia ambil seluruhnya. Kamu yakin ingin melanjutkan pernikahan ini Nak?”Kata demi kata yang Kirana bi
Gian menunggu kakaknya di parkiran. Sudah tiga puluh menit kakaknya itu belum membalas pesannya. Hari ini dia pulang sedikit cepat karena gurunya sedang tidak enak badan. Dia sangat senang saat pulang cepat, tapi dia merasa cemas setelahnya, karena kakak perempuannya belum membalas pesannya sejak tadi.Gian berjalan menuju kantor guru, menanyakan kepada guru di sana dimana keberadaan kakaknya. Hanya ada dua guru karena yang lain masih mengajar. Anggun, guru yang dekat dengan Gistara tidak tahu di mana Gistara.“Ibu gak tahu dimana teteh kamu Gian. Tapi barang-barangnya masih ada.” Anggun mengerutkan keningnya, “mungkin teteh kamu di kamar mandi. Bentar ibu cek ya.”Gian mengangguk. Laki-laki itu menunggu Anggun yang sedang ke kamar mandi khusus guru. Mencari keberadaan Gistara.“Gian, gak ada teteh kamu. Ibu baru ingat kalau kamar mandi guru sedang rusak.”Gian mengucapkan terimakasih. Setelah itu laki-laki itu b
Sagara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perkataan Gistara terus berputar di otaknya. Gadisnya itu tidak memberitahu alasan kenapa dia ingin membatalkan pernikahan itu. Setelah berkata tentang penolakan pernikahan mereka, Gistara menyuruh Sagara untuk pergi dari ruang inapnya.Tanpa membantah Sagara keluar dari ruang inap Gistara. Pria itu tidak benar-benar pergi. Sagara duduk di depan ruang inap Gistara. Otak Sagara seolah tidak berfungsi untuk berpikir apa yang harus dia lakukan setelah mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Gistara. Hingga telpon dari Tama membuat dia kembali tersadar dari rasa terkejutnya.Tama memberitahu informasi kepada Sagara tentang dalang di balik kekacauan yang menimpa Gistara dan Gian. Rahangnya mengeras saat mengetahui kalau mantan sahabatnya lah yang melakukannya.Cukup bagi Sagara menahan untuk tidak memberi pelajaran kepada Nesa. Wanita yang menyebarkan gosip tentang Papahnya yang memiliki affair dengan Gista
Kristina dan Willi memperhatikan Gistara yang hanya diam sejak mereka datang. Besok hari pernikahan gadis itu tapi tidak ada kebahagiaan di wajahnya. Gadis itu seperti memiliki banyak masalah. “Are you okay Beb?” Kristina mengelus rambut Gistara. Di dalam ruang inap Gistara hanya ada mereka berdua. Gian sedang sekolah sedangkan kedua orang tuanya sedang ke kafetaria yang berada di rumah sakit. Tengah malam kedua orangtuanya datang dijemput oleh sopir Tama dan Maman. Sedangkan Sagara, pria itu belum datang sejak Gistara mengusirnya semalam. Mengetahui fakta itu Gistara sedih, ternyata benar kalau pria itu tidak mencintainya. Pria itu hanya menjadikan Gistara alat untuk mendapatkan apa yang pria itu inginkan. “Lo beneran mau membatalkan pernikahan ini Beb?” tanya Willi. Gadis itu menatap cemas sahabatnya. Jika sepupu dan sahabatnya batal menikah bantuan dia selama ini benar-benar tidak berguna. Willi tidak mau waktu bertahun-tahun dia sia-sia ka
Ballroom di salah satu hotel mewah di Bandung itu di sulap dengan begitu indah. Dengan tema putih dan soft pink ruangan itu tampak girly dan romantis. Meja yang memanjang dengan bunga soft pink dan lilin-lilin di setiap meja membuat ruangan itu terlihat mewah.Tema itu dipilih oleh Sagara karena dia pikir tema itu sangat menggambarkan Gistara yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Bukan hanya itu, gadis itu juga bermimpi ingin menikah dengan tema seperti itu. Soft dan pink merupakan warna yang lembut, Gistara menyukai kedua warna itu.Gistara mendengarkan nasihat sahabatnya dengan sangat baik. Gadis itu tidak jadi membatalkan pernikahannya. Untuk saat ini yang dia inginkan kebahagiaan untuk kedua orangtuanya. Masalah keselamatan keluarga dan maksud dari pernikahan ini Gistara sudah mempasrahkan kepada Tuhan.Acara pemberkatan sudah dilaksanakan satu jam yang lalu di gereja terbesar di Bandung. Sagara yang menginginkannya karena teringat mendiang papanya yang
“Sayang gak kuat,” bisik Sagara lirih.“Aku lagi dapet.”Gairah Sagara terjun dengan bebas mendengar jawaban istrinya. Dia sudah menahannya sejak lama tapi saat mereka sah istrinya justru mendapatkan tamu bulanannya. Dia benar-benar sial pikirnya.Gistara menatap Sagara dengan takut. Dia juga tidak tahu kenapa saat malam pertamanya tamu bulannya datang. Padahal seingatnya tamu bulannya datang pertengahan bulan nanti.“Maaf, aku gak tahu.”Sagara tersenyum kemudian mengecup bibir istrinya. “Gak papa, aku mandi dulu ya.” Sagara berjalan meninggalkan Gistara yang merasa tidak enak hati kepada suaminya.Gistara sebenarnya bersyukur karena tamu bulannya datang lebih cepat. Dia belum siap untuk melakukan hubungan suami istri. Dia masih ragu dengan suaminya. Apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.Gistara berjalan menuju koper Sagara. Dia mengambil piyama untuk suaminya. Setelah it
Setelah menyelesaikan sarapannya Sagara dan Gistara mengantar kedua orangtua Gistara menuju lobi hotel. Di sana supir Sagara sudah menunggu Singgih dan Novi. Sagara sebenarnya ingin mengantarkan mertuanya tapi keduanya menolak karena tidak mau mengganggu waktu pengantin baru.Mobil pajero sport milik Sagara yang di kendarai oleh supirnya melaju meninggalkan lobi hotel. Sagara memperhatikan Gistara yang tersenyum kecut. Mata istrinya itu berkaca-kaca.“Kita cek rumah baru kita yuk.” Gistara menoleh ke samping kiri di mana suaminya berada.“Sekarang?” tanya Gistara. Sagara mengangguk, tangannya menggenggam tangan Gistara menuju mobilnya yang tadi sempat diantar oleh Tama.Sagara membuka pintu untuk Gistara. Setelah itu dia sedikit berlari untuk mencapai pintu kemudi. Sagara memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya sebelum dia memasang sabuk pengaman untuknya.Sagara menggenggam tangan Gistara yang berada di paha gadis itu mem