Share

Hari Sialku

Author: Rayana Lovely
last update Last Updated: 2021-04-09 18:23:49

Aku sudah berada di depan ruangan supervisorku. Aku masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintu. Pak Bryan mempersilakan aku untuk duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerjanya. Aku pun menurut. Sementara itu dia sibuk mengotak atik laptopnya.

"Mana laporan hasil penjualanmu? Sini berikan kepada saya," pinta Pak Bryan sambil menjulurkan tangannya ke hadapanku.

"Baik Pak! Sebentar!" Tanganku langsung masuk ke dalam tas, mencari notebook yang berisi tulisan tulisan tentang laporan penjualanku selama seminggu belakangan.

"Ini Pak." Aku menyerahkan notebook itu kepada atasanku. Pak Bryan menerimanya. Dia lalu memeriksa notebookku dengan seksama. Ku lihat alisnya yang bak semut beriring itu naik turun membaca notebookku, lalu wajahnya tampak manggut manggut tak menentu.

"Hem, ternyata kamu pintar juga mempromosikan suatu barang ya, hasil penjualan kamu sangat baik ... dan meningkat dua kali lipat dari bulan kemarin." Pak Bryan tersenyum lebar ke arahku.

"Terima kasih, Pak!" jawabku sembari menundukkan pandangan.

Ow Em Ji ... Tolong ya Pak! Itu mata jangan terlalu memandangku dengan serius begitu! Aku jadi malu. Lihat! Mungkin saat ini wajahku sudah memerah seperti buah tomat. Itu apa lagi, tolong senyuman itu jangan terlalu memaksa seperti itu! Aku jadi canggung! Aku salah tingkah! Senyumanmu menyihir hatiku Pak! Ku mohon mengertilah!

"Hey ... Anandita!!"

"Hah! Iya Pak?!" Aku tersentak. Gelagapan.

"Melamun apa lagi kamu?"

"Ah, tidak Pak! Ma-maafkan saya! Saya sedikit kaku hari ini mungkin karena teman-teman spg tidak ada di sini!" Aku beralasan.

"Apa kamu sudah sarapan?" tanyanya seraya menaikkan satu alisnya. Dia tersenyum sinis seperti mengejekku.

"Ha ha, ya sudah dong Pak! Masa sih jam segini saya belum sarapan! Bapak bisa aja deh!" balasku cegegesan. Sungguh sebuah tawa yang sangat terpaksa aku lakukan.

Iiihh ... tolong dong Anandita! Biasa saja kenapa sih! Kenapa kamu menjadi kaku dan canggung begini!! Lihat tuh pak Bryan semakin menggoda melihat dirimu seperti ini!

Batinku berteriak seakan tidak terima dengan tatapan maut pak Bryan yang usianya kemungkinan 12 sampai 13 tahun lebih tua di atas usiaku yang saat ini berumur 18 tahun.

"Tapi, kenapa kamu seperti mobil yang belum terisi bensin begini!"

Hah!

Ledekan pak Bryan kembali membuatku tersentak. Apa sih ni supervisor, dari tadi ngeledek mulu! Membuatku semakin canggung saja! Aku jadi menyesal tidak mengikuti saran ibuku tadi. Padahal ibuku menyuruhku untuk kembali saat aku sudah berada di motor kang ojek. Biar deh di minggu ini aku absen dulu untuk ngantor. Dari pada aku harus menanggung malu begini di hadapan supervisorku karena mimik wajah yang cepat memerah ketika di tatap pria ganteng seperti dirinya.

"Ah ... em ... seperti yang saya katakan tadi Pak! Mu-mungkin karena teman teman saya tidak ada di sini Pak! Jadi saya sedikit grogi," jawabku gelagapan.

"Apa yang kamu takutkan? Saya tidak makan orang kok!" katanya sambil mengotak atik laptopnya kembali.

"He he he ... iya Pak!" Aku cegegesan.

Iya iyalah Pak! Siapa juga yang mengatakan kalau bapak itu makan orang! Pinter bener sih supervisorku ini bikin hatiku terombang ambing.

"Ya, sudah kalau begitu. Laporan kamu sudah saya pindahkan ke file saya. Saya harap ke depan kamu bisa semakin  meningkatkan penjualan produk kita." Pak Bryan tersenyum lagi kepadaku.

"Baik Pak! Terima kasih sudah mengapresiasi saya!" balasku masih dengan kepala yang tertunduk.

Supervisorku mengangguk. Lalu, dia menutup notebookku dan menyerahkannya kembali kepadaku.

"Ini notebookmu."

Dengan tangan yang masih gemetar, aku berusaha meraih notebookku dari tangannya yang sedang terjulur di hadapanku. Aku mengangkat tanganku dengan pelan. Lalu, mengambil notebook itu. Tapi baru saja tanganku tiba di atas tangannya, dia malah memuji diriku.

"Usia kamu berapa sih? Kok wajah kamu baby face sekali."

Mendengar pujian yang diucapkannya, kepalaku yang tadinya tertunduk, kontan terdongak ke arahnya.

Trang!

Sleb!

Cangkir berisi kopi yang berada tepat di sebelah tanganku, tak sengaja aku senggol karena saking canggungnya. Kopi itu tumpah tepat di kemeja bagian dada supervisorku. Dia kaget, lebih lebih aku! Aku menyumpal mulutku yang ternganga dengan kedua tanganku. Seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lakukan.

"Hah!" pekiknya sambil mengibas-ngibas kemejanya. Mungkin pak Bryan merasa kepanasan, karena kopi itu memang baru tiba sesaat sebelum aku masuk ke ruangannya.

Melihat dia merintih karena perbuatanku, aku langsung reflek berlari    mendekat ke arahnya. Aku meraih tissue yang ada di atas meja kerjanya. Lalu, dengan cepat mengusap-usap noda kopi itu dengan selembar tissue.

"Maaf Pak!"

Aduh! Mati aku! Bagaimana ini!! Kenapa bisa begini sih! Haduh ... tamatlah riwayatku! Kalau begini mulai besok aku berhenti saja dari perusahaan ini. Dari pada aku harus menatap wajah pak Bryan lagi. Aku sudah kalah malu! Ya Tuhan ... apakah ini karma karena aku telah menentang permintaan ibuku?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agel
Gatel sih ceweknya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Hot Supervisor   Janji Suci (Tamat)

    Dalam samar-samar penglihatan, aku mencoba membuka mataku yang terasa berat. Tersenyum ketika melihat suami yang sedang duduk di tepi ranjang. Menggendong bayi mungil kami dengan raut wajah yang sumringah. Aku dan bayiku sudah dibolehkan pulang dua hari yang lalu. Dan tadi, aku disuruh Bryan istirahat sejenak. Dia yang menggantikan tugasku menjaga si baby. Kebetulan hari ini hari libur. Bryan bilang, aku harus banyak istirahat agar tidak terlalu lelah. Agar ASI eksklusif yang aku berikan kepada bayi kami tetap lancar. Maklum, memang belum seminggu aku menjadi seorang ibu. Tapi, semua tanggungjawab ini sudah membuatku kalang kabut. Sebab aku tidak punya pengalaman mengurus bayi. Jangankan bayi, menjaga adik saja aku tidak pernah. Sebab aku kan anak tunggal. "Kau sudah bangun?" tanyanya. Aku mengangguk. Lalu, berusaha untuk duduk dan bersender di ranjang. Ngilu jahitan caesarku masih terasa. "Apa dia rew

  • My Hot Supervisor   Oh, My Baby

    Bintang-bintang terlihat begitu cantik menghiasi langit malam yang gelap. Ada bulan separuh di tengah-tengah mereka. Seakan menjadi ratu di antara hamparan bintang-bintang itu.Di balkon kamar, aku berdiri menengadah ke atas langit. Tersenyum dalam lamunan. Menyaksikan indahnya ciptaan Tuhan. Ku elus perutku yang sudah membuncit. Gerakan si jabang bayi langsung menyambut tanganku. Begitu kuat dan aktif. Membuatku tertawa dalam hati.Tidak terasa kini usia kehamilanku sudah memasuki usia 9 bulan. Hamil di usia muda tidak mudah bagiku. Aku sempat mengalami stres saat trimester pertama dan kedua. Panik memikirkan bagaimana rasanya persalinan nanti. Beruntung ibu dan suamiku selalu menyemangatiku, hingga aku dapat menyingkirkan pikiran buruk yang ada di otakku.Sekarang berat badanku naik dua kali lipat. Wajar saja, karena selama hamil, nafsu makanku naik dari biasanya. Ditambah lagi dengan sikap suami yang selalu mengingatk

  • My Hot Supervisor   Hadirmu Membuat Hidupku Berubah

    Perutku benar-benar sedang keroncongan sekarang. Sampai badanku gemetaran karena menahan lapar. Setelah tadi makan siangku tertunda karena jengkel dengan bik Sumi, sekarang aku harus kembali menunda untuk makan. Sebab aku sedang menunggu makanan yang ingin aku cicipi. Nasi goreng kampung buatan suami dadakanku sedang bergumul dalam wajan.Tak pernah ku sangka, aku akan menghadapi hari-hari seperti ini. Rumahku terasa ramai dengan kehadiran suami dadakanku. Bagaimana tidak, dia selalu saja membuatku jengkel. Begitu juga dengan bi Sumi. Mereka bagaikan dua kubu yang berbeda jenis tapi satu haluan. Mahir sekali membuatku kesal.Akan tetapi, kekesalan itu kini berubah 180 derajat. Sepertinya tingkah kedua orang ini sekarang berubah menjadi semacam hiburan bagiku. Sebab aku tidak lagi merasakan yang namanya kesunyian di rumah ini seperti hari-hari sebelumnya. Bryan dan bi Sumi berhasil mengembalikan senyumku.Klentang, klenteng!Suara sendok dan wajan pe

  • My Hot Supervisor   Bik Sumi Bikin Kesal!

    Anandita POV~Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul satu siang. Perutku keroncongan. Pantas saja tidurku terganggu, aku kan belum makan siang. Ketika aku membuka mata, tak sengaja pandanganku tertoleh ke samping. Mataku langsung menangkap sosok Bryan yang tertidur pulas di sampingku. Tepatnya di bahuku. Kepalanya bertengger di bahu polosku yang tanpa alas.Melihat keberadaannya, baru aku sadar kenapa tubuhku terasa lelah tak karuan. Aku baru ingat tadi Bryan menjelajahi seluruh lekuk tubuhku hingga akhirnya dia kembali menggauliku. Aku terhanyut dalam sentuhannya, terbuai pada indahnya surga dunia. Meski masih terasa perih, tapi aku menikmati permainannya. Sebab dia melakukannya dengan lembut. Tidak seperti ketika pertama kali dia menjamahku. Begitu kasar dan sama sekali tidak memikirkan kesakitan yang aku rasakan saat itu.Aku mengeliatkan tubuh. Badanku terasa remuk. Persetubuhan yang kami lakukan tadi benar-benar menguras tenaga. Hingga tanpa sengaja kami

  • My Hot Supervisor   Luluhnya Anandita

    Bryan POV~"Kau sudah sadar?" tanyaku ketika Anandita sudah sempurna membuka matanya.Anandita langsung kaget ketika menyadari keberadaanku yang tepat berada di atasnya. Aku duduk di tepi ranjang dengan separuh badan yang mengurung tubuh mungilnya."Kau?""Ssshh ...."Cepat aku menahannya, menenangkannya agar tidak mengamuk seperti biasa. Dan untungnya, dia menurut. Anandita kembali tenang. Meski matanya menyiratkan sebuah ketakutan yang tak menutup kemungkinan adanya pertanyaan di sana."Tenanglah! Kau jangan terlalu banyak bergerak," ucapanku pelan. Mengelus kening atasnya dengan lembut."A-apa yang terjadi padaku? Dan kenapa aku tiba-tiba bisa ada di kamar ini?" tanyanya dengan suara parau."Kau pingsan. Makanya aku membaringkanmu di ranjang.""Pingsan?"Aku mengangguk cepa

  • My Hot Supervisor   Devan Datang Lagi

    Anandita POV~Perutku terasa begah karena memaksakan diri menghabiskan sepiring nasi goreng. Posisiku masih sama seperti tadi. Berhadapan dengannya yang juga telah selesai menyantap sajian bi Sumi. Bahkan saat makan pun, dia tetap fokus melihatku. Mengawasiku agar aku menghabiskan makanan ini. Anehnya, kenapa aku harus takut? Aku benar-benar payah! Sangat pengecut, seperti anak kecil yang takut dimarahi oleh orang tuanya. Oh ... God!Aku mendorong kursi, bangkit dari duduk."Aku mau mandi. Kau tetaplah di sini sampai aku selesai!" titahku pada Bryan.Bryan yang baru saja meneguk segelas air putih, langsung mendongak melihatku."Ngapain aku di sini? Kalau aku ikut denganmu, emang kenapa?" tanyanya menyelidik.Aku mendesah. Melipat kedua tangan ke dada."Kalo kau ikut masuk ke kamar, bagaimana bisa aku memakai pakaianku! Aku tidak terbiasa memakai baju di dalam toilet!" keluhku. Berharap dia mau memahami.Bryan berdehem, menyerin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status